Selasa, 08 Agustus 2017

SAIGON DALAM SEPASAR (BAGIAN I)


Sebuah Catatan Perjalanan
Ini merupakan catatan perjalanan 4 tahun yang lalu yang sempat terbengkalai karena berbagai alasan, salah satunya kesibukan. Selamat menikmati!

Selasa, 18 Juni 2013

(sumber gambar: http://airlines-airports.com)
Sebagian perasaan masih tertinggal di rumah. Keinginan  untuk menempel pada bocah imut yang egosentris bernama Abhimanyu masih menguasai perasaan. Itulah yang dinamakan kelekatan. Namun, aku juga berhak untuk pergi lepas dari kelekatan cinta dan aroma rumah yang hangat dan belajar untuk melihat dunia luar. Belajar untuk tega melepaskan kelekatan dari yang dicintai. Juga belajar menyapih anak untuk merasakan ditinggalkan induk. Tujuannya baik juga dari kecil dia harus tahu bahwa dia adalah individu bebas yang tak selamanya menempel pada sang ibu. Pribadi bebas yang akan meninggalkan kelekatannya pada suatu saat bila tiba waktunya.
Berangkat ke negri Vietnam dengan maskapai penerbangan Malaysia. Sambil duduk di kabin pesawat berkelas ekonomi itu, sudah saya siapkan sebuah bacaan untuk perjalanan kali ini sebagai camilan selama berada di pesawat: Menembus Langit karya Mgr. J. Sunarka, SJ. Judul yang sangat tepat untuk perjalanan udara, bukan? Menembus langit! Memang itu yang akan kami lakukan dengan boing   ... ini.
Beberapa kata-kata bijak dan inspirasi Mgr. J. Sunarka, SJ membawa pencerahan kala saya membacanya di atas awan. Tantangan mengandaikan tentang cita-cita. Bila orang mempunyai cita-cita setelah terumuskan secara samar orang dapat mengarahkan tantangan melihat dengan kadar kejelasan sesuai dengan orang tersebut apakah sudah mampu menggariskan cita-citanya tadi.   
Penerbangan menjadwalkan untuk singgah transit di Kuala Lumpur. Dua jam kami berada di bandara ini. Seperti biasa ketika para pengembara ini singgah yang akan dituju adalah tandas atau toilet dalam bahasa internasionalnya. Sesuai dengan bahasa Malaysia tandas untuk menandaskan-menuntaskan-menghabiskan  apa yang terdapat di perut yang merupakan sisa pembakaran  tubuh.
Turun di bandara kota Ho Cin Minh disambut oleh tour guide lokal. Udara cerah, suhu di kota saat itu tak jauh berbedara dengan di Jakrta. Bus membawa kami ke Oscar Saigon Hotel salah satu hotel berbintang empat di tengan kota Saigon. Sebelum tiba di hotel, kami mampir di Ho Cin Minh Park, sebuah taman kota yang di dalamnya terdapat patung bapak bangsa Vietnam, Ho Cin Minh. Nama beliau kemudian diabadikan dalam sebutan untuk kota Saigon: Ho Cin Minh. Selalu ada pengorbanan , air mata, dan darah dalam setiap perjuangan setiap bangsa. Demikian pula Vietnam mempunyai sejarah yang berdarah.
Selesai berfoto dan menikmati keindahan Ho Cin Minh Park, bis membawa kami ke hotel. Sebetulnya dari taman ke hotel berjalan kaki sangat dekat, tetapi karena terikat dengan rombongan dengan peraturannya, tentunya tak bisa sembarangan berjalan-jalan sendiri.
Makan malam kami diselenggarakan di sebuah restauran yang tak jauh dari hotel. Menu yang terhidang masakan ala vietnam dengan makanan laut yang mendominasi. Ada sup ikan yang panas dan segar mampu menghilangkan penat perjalanan udara yang seharian dialami. Hidangan penutup dengan buah tropis segar: pepaya dan semangka. Makan malam yang lezat dan sehat.
(Christina Enung Martina)
***********************************

Tidak ada komentar:

Posting Komentar