Hari
ini, Sabtu, 21 Oktober 2017. Kami guru-guru di sekolah St. Ursula berlibur karena ini perayaan santa pelindung kami,
Santa Ursula. Tadinya saya berniat menghabiskan waktu bersama orang-orang yang
terkasih di rumah atau jalan-jalan. Namun, niat itu surut karena hari ini saya
diundang untuk ikut rapat karya di gereja saya, St. Ambrosius, Vila Melati Mas.
Wah, liburan saya bersama Santo Ambrosius jadinya. Namun, hari ni saya mendapat
pelajaran yang banyak dari santo yang satu ini.
Santo
Ambrosius, Uskup dan Pujangga Gereja
Untuk mengetahui riwayat hidup St. Ambrosius silakan baca link di atas!
Saat ini saya akan berbicara tentang pribadi Santo Ambrosius yang
membuat dia menjadi seseorang yang unggul sehingga dikenang dalam sejarah Gereja.
Bila dilihat di Vatikan, patung St. Petrus ditopang oleh 4 patung yang
lain, yaitu: patung St. Agustinus, St. Ambrosius, St. Atanasius, dan St.
Yohanes Krisostomus. Dua santo yang pertama adalah santo yang berasal dari
Gereja Barat dan yang kedua terakhir adalah santo dari Gereja Timur. Keempat
patung itu melambangkan persatuan anatara Barat dan Timur yang menopang tahta
St. Petrus di Vatikan.
Keempat santo inilah yang melawan ajaran bidaah pada masa itu dan tetap
menegakkan ajaran Gereja yang hidup dan kita kenal hingga sekaarang.
St. Ambrosius adalah seseorang yang berani menyuarakan pendapat untuk
melawan ajaran bidaah (Arianisme) pada masa itu. Aliran Arianisme pada saat itu
sangat dekat dengan sumbu kekuasaan (politik). Istri kedua Kaisar Valentianus, Yustina dan anaknya Theodosius adalah pengikut
Arianisme. Seperti pada zaman sekarang, politisasi agama sudah ada. Maka Yustina
mengangkat uskup tandingan, Uskup Dionesius yang sepaham dan setia kepadanya.
Sekedar pengetahuan Arianisme adalah bidaah/ heresy yang muncul di awal abad ke -4
(319). Ajaran ini dianggap bidaah karena mengajarkan ajaran sesat dalam hal Trinitas dan Kristologis.
Bidaah ini diajarkan oleh Arius, seorang imam dari Alexandria, yang ingin
menyederhanakan misteri Trinitas. Ia tidak bisa menerima bahwa Kristus Sang
Putera Allah berasal dari Allah Bapa, namun sehakekat dengan Bapa. Maka Arius
mengajarkan bahwa karena Yesus ‘berasal’ dari Bapa maka mestinya Ia adalah
seorang ciptaan biasa, namun ciptaan yang paling tinggi. Arius tidak memahami
bahwa di dalam satu Pribadi Yesus terdapat dua kodrat, yaitu kodrat Allah dan
kodrat manusia.
Seperti yang selama ini diketahui St. Ambrosius adalah seorang ahli hukum.
Maka beliau sangat memahamai duduk perkara berbagai permasalahan secara hukum. Keahliannya
dalam bidang hukum mampu membawa dia mendamaikan perseleisihan pihak pengikut
Arianisme dan Trinitanisme.
Kemampuan lain yang menjadi keunggulan St. Ambrosius adalah bakat
berbahasa. Ambrosius fasih berbahasa Latin dan Yunani yang merupakan Bahasa yang
digunakan dalam dunia ilmu pengetahuan dan juga pergaulan antarbangsa pada masa
itu. Kemampuan inilah yang membuat Ambrosius dapat menyatukan Gereja Barat dan
Gereja Timur.
Selain itu kemampuan berbahasa ini juga yang membuat Ambrosius menulis
beberapa karya pemikirannya yang dibukukan. Karyanya ini menjadi khasanah
pustaka yang berharga untuk Gereja.
Pendidikan keluarga yang memmbesarkan dan mendidik Ambrosius mampu
menjadi dasar kepribadian Ambrosius yang peduli, terbuka, dan bertanggung
jawab. Konon dikisahkan bahwa Ambrosius selalu membuka pintunya untuk umatnya
yang membutuhkan bantuannya.
Nenek moyang Ambrosius dikisahkan merupakan pemeluk Kristen yang taat pada masa Kaisar Nero yang kejam. Leluhurnya mendapat perlakuan keji bersama dengan para
pengikut Kristus yang lain pada masa itu.
Ambrosius mempunyai 2 orang kakak, yaitu Marcelina dan Satyrus. Kedua
kakanya juga memberikan inspirasi pada Ambrosius. Marcelina adalah seorang
perempuan selibater yang menjaga kesucian dirinya. Keteladanan kakanya, Marcelina membawa Ambrosius untuk selalu mengagungkan kesucian. Dari kakaknya
Satyrus, Ambrosius belajar tentang keredahan hati. Saat adiknya menjadi uskup,
Satyrus mengabdikan diri untuk melayani adiknya dengan menjadi ahli hukumnya
dan menyediakan finansial. Juga menjadi anak laki-laki yang mengurus keluarganya,
kakak perempuannya, Marcelina.
Pelayanan Ambrosius di Milano tanpa kenal lelah. Milano adalah sebuah
wilayah keuskupan yang besar. Namun, Ambrosius selalu berkeliling untuk melawat
umatnya di wilayah keuskupannya. Karena itu St. Ambrosius diabadaikan sebagai
seorang uskup yang menunggang kuda pada beberapa patung karya para seniman pada masanya.
Santo Amrosius adalah orang yang sangat menghargai keheningan. Beliau berpendapat
keheningan akan membawa pada ketenangan pikiran. Saat pikiran tenang, orang
akan dekat dengan Sang Pencipta. Keheningan membawa pada kedalaman pikiran yang
membawa pada Sang Pencipta. Iman lahir dari pengetahuan. Pengetahuan ada karena
pendengaran. Orang bisa mendengarkan kalau ada keheningan. Karena itu
kendalikanlah lidahmu! Hati-hati dengan kata-kata karena bisa menjerumuskan
diri seseorang. Pilihlah kata-kata yang membangkitkan kebaikan. Kata-kata akan
terbukti dengan karya nyata.
Karena Uskup Milan mencintai keheningan pada masa itu, maka banyak orang mencintai Kitab Suci. Keheningan mengantar seseorang pada Sabda Tuhan. Belajar mendengarkan Sabda Tuhan dari Kitab Suci. Kitab Suci selalu baru bila kita membacanya dengan hati yang hening. Itulah yang membawa seseorang pada pembaharuan diri yang terus-menerus “ecclesia semper reformanda”.
Saat secara aklamasi Ambrosius terpilih menjadi uskup, Ia bersedia
menerima tugas tersebut meskipun dia tahu bahwa dia tidak mampu. Ada
kesiapsediaan pada diri Ambrosius yang membawa beliau siap bekerja sambil
belajar. Ambrosius melakukan tugasnya sambil belajar dari guru yang mumpuni( Imam Simplisianus) juga dari pengalaman yang diperolenya dalam proses dia menjalankan tugas.
Ambrosius tidak gentar sebelum melakukan tugas. Dia menyediakan diri untuk
bekerja melayani dan belajar.
Berangkat dari pendidikan keluarga,
pendidikan hukum yang dimilikinya, dan pengalamannya bekerja di bidang hukum
serta sebagai Gubernur Milano, membawa Ambrosius pada suatu kepiawaian untuk
berbicara dengan baik. Beliau dikenal sebagai seorang orator yang ulung.
Kata-kata Ambrosius bukan kata-kata indah yang kosong dan klise, tetapi
kata-kata indah yang berisi dan mendalam. Dia mengatakan: ‘Setiap kata yang
keluar dari mulutku bukan kata-kata yang malas.”
Keuskupan Milano pada masa itu dikenal sebagai keuskupan yang umatnya guyub. Ambrosius juga menyederhanakan liturgi agar bisa diterima umatnya. maka dikenal dengan liturgia Ambrosius. Beliau juga menciptakan lagu-lagu yang dikenal dengan lagu-lagu Ambrosian.
Demikian beberapa spiritualitas yang bisa kita teladani dari seorang
tokoh gereja pada masa silam ini. Pemikirannya hingga saat ini masih relevan
dengan dunia kita yang hingar bingar dengan kejadian di dunia nyata dan dunia
maya (yang terkadang banyak hoax-nya). Beliau mempunyai karakter sebagai pekerja keras, mencintai keheningan, berkata-kata dengan baik, melihat perkara tidak memihak,bertanggung jawab, memiliki kejujuran, keterbukaan, kesiapsediaan, pemersatu, pembelajar, rendah hati, mengedepankan karya bukan kata-kata, mempunyai ketegasan, berani mengatakan tidak pada hal yang tidak benar, melayani dengan total, dan berani menderita untuk sesuatu yang benar. Karakter tersebut bisa kita teladani untuk masa kita sekarang dalam bekerja dan melayani di tempat kita bekerja, di keluarga, di Gereja, dan di masyarakat umum. (Ch. Enung Martina)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar