TERBANGUN
(foto by Theo)
Setiap orang berharap untuk dirinya sendiri mempunyai
kehidupan yang aman dan sejahtera. Namun, bebebrapa orang tidak menaydari bahwa
untuk meraih kehidupan seperti itu memerlukan perjuangan. Ada beberapa orang
yang hanya ingin mendapatkan segalanya dengan cara instan, tanpa memikirkan
cara yang ditempuhnya baik atau buruk. Banyak orang tidak peduli pada proses. Yang
penting adalah hasilnya bisa hidup enak. Perkara orang lain dirugikan karena
akibat proses yang dilakukan oleh dirinya salah, itu bukan urusannya. Mansia jatuh
pada hedonisme dengan cara tanpa peduli orang lain dan alam sekitar. Banyak
orang tidak dalam keadaan yang BANGUN.,
SADAR. AWARENESS. Itu mungkin kata-kata yang tepat.
Awal tahun lalu (2017) saya
melakukan segala sesuatu dengan niat dan semangat yang diusahakan untuk tetap
bernyala semaksimal mungkin. Akhirnya di bulan yang mendekati ujung pada tahun
2017 ini saya merasa berhasil untuk
beberapa hal dan berlalu dengan baik.
Namun, untuk beberapa hal masih perlu usaha yang lebih lagi untuk mencapainya.
Ketika saya duduk untuk merenung di ujung hari, saya melihat ada juga hal-hal yang saya lakukan begitu semberono dan tanpa perhitungan.
Dengan kata lain saya melakunanya sepertinya terbuai dengan kemauan diri, tanpa
melihat kepentingan orang lain. Ketika saya melakukannya dan melihatnya dalam keadaan saya benar-benar terjaga. Sauya melihat dengan penuh kesadaran.
Kesadaran muncul. Itu yang
penting. Meski saya tahu bahwa untuk
memulai lagi dan kembali pada diri sendiri terkadang tidaklah mudah. Masih
linglung mungkin. Kita belajar dan kita memang terus belajar. Dalam proses
belajar itu carut marut pasti ada. Ya… tidak apa-apa. Karena belajar itu talk
ada kesudahannya.
Saya pernah membaca kutipan dalam
tembang Bahasa Jawa :
“pancen wolak-waliking jaman
amenangi jaman edan
ora edan ora kumanan
sing waras padha nggagas
wong tani padha ditaleni
wong dora padha ura-ura
beja-bejane sing lali,
isih beja kang eling lan waspadha” (Jangka Jayabaya)
amenangi jaman edan
ora edan ora kumanan
sing waras padha nggagas
wong tani padha ditaleni
wong dora padha ura-ura
beja-bejane sing lali,
isih beja kang eling lan waspadha” (Jangka Jayabaya)
Kesadaran merupakan kondisi dasar dari Pengendalian Diri dan Kesahatan Jiwa
untuk mencapai kehidupan yang bahagia. Kesadaran bukan hanya dibutuhkan oleh
seorang, maka kesadaran itu sangat penting untuk menjalani hidup. “Sadar,
Sadar, Sadar, … kedamaian dan harmonis akan datang menyongsongmu”
Anthony de Mello berkata bahwa
spiritualitas berarti bangun-terjaga.
Kebanyakan orang (sadar ataupun tidak)
hidup dalam keadaan tertidur. Kita tidak menyadari kebaikan dan keindahan dalam
keberadaan kita. Kita asyik dengan hal-hal lain yang kita sebut masalah. Kita
asyik dengan dunia yang kita ciptakan sendiri. Kita terbuai dan merasa sudah
sangat benar untuk beberapa hal yang kita lakukan. Benarkah? Kita memang sering tertidur.
Anthony de mello mengajarkan banya mengenai “Bangun”. Banyak orang yang
sebenarnya tidur dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Sebagai contohnya, lakukan
pengamatan di sekeliling Anda, dan perhatikan orang-orang tersebut. Mereka
semua sibuk atau terbenam dengan masalah yang ada di dalam diri mereka sendiri.
Orang yang sedang berjalan di jalan, sedang terbenam dalam pikiran tentang
hubungan dengan kekasihnya. Orang yang sedang berjalan di pasar, sedang
memikirkan anak-anaknya. Semua orang sibuk dengan pikirannya masing-masing.
Bacaan di bawah ini disadur dari site Master Anthony de Mello:
“Ada sebuah cerita mengenai seorang murid yang datang kepada gurunya dan
bertanya, “Dapatkah guru memberikan pesan bijiak kepadaku? Dapatkah guru
mengatakan pesan yang akan membimbing saya melalui hari-hariku?” Hari itu
adalah hari sang guru untuk berdiam diri, maka dia mengambil papan dan
menuliskan, “Kesadaran”. Ketika si murid melihatnya, dia berkata, “Itu terlalu
ringkas. Dapatkah guru menjelaskannya sedikit?” Maka guru tersebut mengambil
papan tersebut kembali dan menuliskan, “Kesadaran, kesadaran, kesadaran”. Murid
itu bertanya lagi, “Ya, tetapi apa artinya?” Guru tersebut kembali kepada papan
tersebut dan menuliskan, ““Kesadaran, kesadaran, kesadaran, artinya –
kesadaran”.
Hal itu berarti melihat ke dalam diri. Tak ada seorangpun yang dapat
menunjukkan bagaimana kita harus melakukannya, karena kesadaran akan memberikan kita sebuah cara, dia
kemudian akan memprogram kita. Tetapi hanya dengan mengamati diri sendiri.
Ketika kita berbicara, apakah kita sadar bahwa kita sedang berbicara? Ketika
kita sedang marah terhadap seseorang, apakah kita sadar bahwa kita sedang marah
atau adakah kita mengenali kemarahan kita itu?
Kemudian, ketika kita memiliki waktu, apakah kita mempelajari pengalaman
kita dan berusaha untuk mengertinya? Dari mana hal tersebut datang? Apa yang
membawanya? Saya tak tahu cara lain untuk menuju kepada kesadaran. Kita hanya
dapat berubah atas sesuatu yang kita pahami. Jika kamu tidak paham dan tidak
menyadarinya, maka kamu hanya menekannya. Kamu tidak mengubahnya. Tetapi ketika
kita memahaminya, maka hal tersebut akan berubah.”
Saya akan berusaha bangun dan
terjaga untuk setiap detik saya. Kurun
waktu dari tahun ke tahun akan sangat panjang kalau kita
melihat dan menghitungnya dari sekon demi sekon. Namun satu tahun adalah waktu
yang pendek bila kita menjalaninya dan menyadarinya bahwa belum banyak yang
bisa kita lakukan untuk diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan Tuhan.
Mari kita belajar untuk terus
terjaga pada setiap hal yang kita lakukan dan kita alami.
(Ch. Enung Martina)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar