Senin, 10 September 2018

EFATA, TERBUKALAH!


EFATA! ORANG TULI ITU MENDENGAR
((Mark 7:31-37))

(Laut Ambon)

Ode an die Freude adalah lagu kebangsaan Uni Eropa.  Simfoni ini merupakan karya musik klasik yang paling terkenal, dan dianggap sebagai salah satu mahakarya Beethoven. Ludwig van Beethoven (dibaptis 17 Desember 1770 di Bonn, wafat 26 Maret 1827 di Wina) adalah seorang komponis musik klasik dari Jerman. Ode an die Freude digubah Beethoven pada saat dia mengalami ketulian. Semasa muda, ia adalah pianis yang berbakat, populer di antara orang-orang penting dan kaya di Wina, Austria, tempatnya tinggal. Namun, pada tahun 1801, ia mulai menjadi tuli. Ketuliannya semakin parah dan pada 1817 ia menjadi tuli sepenuhnya. Meskipun ia tak lagi bisa bermain dalam konser, ia terus mencipta musik.  Pada masa ketuliannya, ia mencipta sebagian karya-karyanya yang terbesar. Beethoven mengalami tuli pada telinganya, tetapi tidak menutup kreativitasnya untuk terus berkarya. Telinga boleh tuli, tetapi hati nurani tetap bekerja. Bahkan, bisa jauh lebih tajam.

Bacaan hari ini tentang seorang tuli dan gagap dari daerah Dekapolis. Ia mengharapkan kesembuhan. Kemudian Yesus datang dan Dia memisahkan ia dari orang banyak, Yesus memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, lalu meludah dan meraba lidah orang itu. Setelah itu Yesus menengadah ke langit menarik nafas dan berkata kepadanya: EFATA, artinya: Terbukalah. Maka terbukalah telinga orang tuli itu dan seketika itu terlepas pulalah pengikat lidahnya, lalu ia berkata-kata dengan baik.

Orang tuli dalam bacaan hari ini bisa mendengar dan berbicara kembali karena ada kesediaan dan keterbukaan hati untuk menerima uluran Tangan Tuhan. Keterbukaan hati memungkinkan Roh Allah bekerja pada siapa saja. Keterbukaan hati mampu membawa seseorang untuk melihat segala sesuatu yang selama ini tak tampak. Dalam keterbukaan hati ada mata batin yang mampu melihat hal yang berbeda daripada yang orang lain lihat. Dalam keterbukaan hati ada mata iman yang mampu memberikan kekuatan untuk berani berkata-kata benar dan jujur. Dengan keterbukaan hati orang mampu mengakui kelemahan dan kesalahan, setelah itu memperbaikinya. Hal ini tentunya akan juga membawa pada terbukanya kembali relasi yang sebelumnya sudah putus dan rusak. Dengan terbukanya relasi, maka pintu rejeki pun terbuka.

Hal di atas merupakan urutan yang linear yang menjadi hukum sebab akibat dari sebuah situasi keterbukaan. Kita dapat melihat sebuah kebenaran yang penting di sini bahwa hubungan dengan pemberi berkat itu jauh lebih penting daripada berkatnya sendiri. Hubungan dengan penyembuh lebih penting daripada penyembuhannya. Orang tuli dan gagap ini bukan hanya disembuhkan dari sakitnya, namun dia juga memiliki sebuah hubungan yang lebih pribadi dan erat  dengan Tuhan Yesus. Bukan berkat yang menjadi pokok dalam hal ini, melainkan kedekatan relasi dengan Tuhan yang menjadi utama. Ketika relasi itu terjalin dengan baik dengan Tuhan, maka pintu berkat akan dibukakan-Nya untuk kita. Bagaimanakah hubungan pribadi Anda dan saya  dengan Tuhan? (Ch. Enung Martina)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar