Sabtu, 01 September 2018

MISA TAHUNAN LEGIO MARIA SENATUS BEJANA ROHANI 2018




Setiap murid Kristus dipanggil untuk mencapai kesucian yang sempurna. Inilah panggilan dasar orang Kristiani. Sampai saat ini panggilan dasar ini belum dikenal apalagi dihidupi oleh orang Kristiani.

Sebagai gerakan awam yang mempunyai niat untuk menjadikan iman sebagai aspirasi hidup, Legio Maria dipanggil untuk menjalankan hidup pribadi yang baik (kudus) melalui doa, membaca kitab suci, dan karya pelayanan. Diharapkan dengan memiliki hidup yang baik (kudus), para lrgioner mampu mengajak orang lain ke hidup arah kekudusan pula. 

Untuk mengingatkan akan tugas seorag legioner, para tentara Maria ini perlu mendapat siraman rohani dan penguatan. Salah satu bentuk untuk penguatan ini melalui Perayaan Ekaristi tahunan para legioner.

Misa tahunan ini diadakan di setiap regia. Keuskupan Agung Jakarta (KAJ)  termasuk Regia Barat yang tergabung pada satu wadah yang disebut Senatus Bejana Rohani. Senatus Bejana Rohani meliputi beberaap keuskupan di Bandung, Bogor, Jakarta, Sumatera, dan Kalimantan.

Senatus ini masih terbagi ke organisasi yang lebih kecil yaitu komisium, kuria, dan yang terkecil presidium. Di Paroki Melati Mas, Gereja Santo Ambrosius ada dua presidium yaitu Presidium Bunda Pecinta Damai dan Presidiun Junior Maria Immaculata.  Sementara organisasi Legio Maria terbesar (sedunia) bernama Konsilium Morning Star bertempat di Kota Dublin, Irlandia. 

Misa tahunan Legio maria 2018 mengambil tema ‘ Panggilan Legioner untuk Hidup dalam Kebinekan”. Tema ini diusung dalam rangka Tahun Persatuan KAJ. Sebagai salah satu gerakan awam dalam Gereja katolik, Legio Maria mempunyai tantangan untuk bisa mengatasai perbedaan menjadi sebuah berkat dalam berkarya.

Misa kali ini digelar di Gereja St. Yakobus, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Pada misa ini, selain misa tahunan Senatus Bejana Rohani, sekaligus merupakan perayaan 25 tahun Kuria Mater Dei yang bekarya di Paroki Kelapa Gaading ( Gereja St. Yakobus dan St. Kim Tae Gon), Paroki Danau Sunter ( Gereja St. Yohanes Bosco), Paroki Cilincing ( Gereja Sali Suci), dan  Paroki Tanjung Priok (Gereja St. Fransiskus Xaverius). Bersamaan dengan misa ini, Uskup Agug Jakarta, Mgr. Ignatius Suharyo juga merayakan Hari Ulang Tahun Episkopal.

Misa akbar ini dihadiri lebih dari 3.700 para legioner dari berbagai presidium yang tergabung dalam Senatus Bejana Rohani. Sebagai konselebran utama dalam misa ini adalah Mgr. Ignatius Suharyo didampingi oleh para romo yang merupakan pimpinan rohani di paroki masing-masing.

Penulis merupakan salah satu Legioner dari Gereja St. Ambrosius dari Presidium Junior Maria Immaculata, merasa sangat bersuka cita hadir dalam misa akbar ini. Sebagai seorang legioner yang terkadang memberikan sisa waktu dan tenaga dalam pelayanan merasa terkuatkan dengan khotbah Bapak Uskup. Beliau mengtakan sebagai seorang Katolik yang segaligus legioner, kita harus melihat segala peristiwa dari mata kontemplatif. Mata iman. Mata yang melihat segala sesuatu di balik yang tampak oleh mata biasa. Mata yang melihat ada campur tangan Tuhan di balik semuanya. Mata yang melihat ada keselamatan dan harapan  di balik peristiwa yang terburuk sekalipun.

Lanjutan khotbah  Mgr. Ignatius Suharyo tentang situasi negara kita adalah bahwa Allah berkarya. Allah berkarya melalui sejarah panjang bangsa Indonesia. Dimulai dari peristiwa Budi Utomo, kemudian lahir Sumpah Pemuda, lahirnya Pancasila, dan akhirnya tercetus kemerdekaan, hingga masa kini. Mata iman melihat bahwa di balik sejarah panjang perjuangan bangsa Indonesia, Allah hadir dan berkarya.  (Ch. Enung Martina)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar