GEREJA TRANSFIGURASI - GUNUNG TABOR
Kita kembali
menjejakkan kaki kita di tempat yang berikutnya dalam langkah perjalanan kita,
yaitu Gunung Tabor.
Menurut satu tradisi Kristen, Gunung Tabor adalah lokasi
Transfigurasi Kristus, tempat Yesus dimuliakan di atas gunung, berubah wajah
menjadi bersinar-sinar dan kelihatan berbicara dengan Musa dan Elia. Kisah ini
dicatat dalam Injil Sinoptik (Injil Matius, Injil Markus dan Injil Lukas), dan
juga disinggung dalam 2 Petrus 1:16-18, tetapi tidak ada catatan mengenai
identitas nama "gunung yang tinggi" itu. Identifikasi paling awal
gunung tempat transfigurasi ini adalah dari Origen pada abad ke-3 Masehi. Juga
disinggung oleh St. Cyril dari Jerusalem dan Hieronimus pada abad ke-4. Kemudian
disebut dalam Transitus Beatae Mariae
Virginis pada abad ke-5.
wikipedia.org menulis tentang Gunung Tabor ini: Gunung
Tabor (Ibrani: הַר תָּבוֹר, bahasa Arab: جبل طابور; bahasa Yunani: Όρος Θαβώρ;
bahasa Inggris: Mount Tabor) terletak di bagian selatan Galilea (Lower Galilee),
di batas sebelah timur Lembah Yizreel, 11 mil (18 km) sebelah barat Danau
Galilea, di Israel. Merupakan lokasi perang antara Barak dan tentara raja
Yabin, yang dipimpin oleh panglimannya, Sisera selama masa pemerintahan hakim
Debora pada pertengahan abad ke-14 SM. Diyakini oleh banyak orang Kristen
sebagai lokasi Transfigurasi Kristus.[1] Juga dikenal sebagai Har Tavor,
Itabyrium, Jebel et-Tur, dan The Mount of
Transfiguration (Gunung Transfigurasi).
Ternyata nama Gunung Tabor sudah juga disebut dalam
Perjanjian Lama. Gunung ini disebut pertama kali dalam Alkitab Ibrani atau
Perjanjian Lama di Alkitab Kristen dalam Kitab Yosua 19:22, sebagai batas
wilayah tiga suku: Zebulon, Isakhar dan Naftali. Pentingnya gunung ini adalah
karena dapat mengontrol persimpangan jalan utara-selatan dan timur-barat dari
lembah Yizreel di Galilea secara strategis. Debora, seorang hakim dan nabi
wanita Yahudi memanggil Barak dari suku Naftali dan memberikan perintah Tuhan,
“Pergilah menuju gunung Tabor, dan bawalah sepuluh ribu orang dari suku Naftali
dan Zebulon” (Kitab Hakim-hakim: Hakim-hakim 4:6). Turun dari gunung itu, orang
Israel menyerang dan mengalahkan Sisera dan orang Kanaan. Pertempuran Gunung
Tabor dalam Alkitab terjadi pada zaman Kitab Hakim-Hakim (tercatat dalam pasal
4 dan 5) antara pasukan Kanaan dari raja Hazor dan pasukan Israel pimpinan
Barak dan Deborah.
Di puncak gunung ini terdapat Basilika Transfigurasi serta
biara Fransiskan (OFM). Sejak abad ketiga Masehi di gunung ini telah berdiri
tiga kapel yang dipersembahkan kepada Yesus Kristus, Musa dan Elia. Di zaman
Perang Salib, ketiga kapel ini disatukan menjadi sebuah basilika yang indah.
Tembok-tembok maupun bangunan kokoh yang berdiri sampai sekarang di puncak
gunung ini, berasal dari abad ke-12 hingga abad ke-13.
Transfigurasi Kristus adalah peristiwa di mana Yesus
dimuliakan di gunung, serta bertemu dengan Musa dan Elia di atas gunung itu.
Muka-Nya bercahaya dan penuh dengan kemuliaan. Hal ini merupakan puncak
spiritualitas dari Yesus. Pada waktu peristiwa itu, terdapat tiga murid Yesus
bersama dengan Dia; Petrus, Yakobus dan Yohanes. Cahaya kemuliaan yang memancar
dari wajah Yesus itu untuk memberikan pengajaran kepada para murid, bahwa di
balik peristiwa yang menyedihkan yang akan dialami Yesus. Peristiwa yang akan
membawa pada kemenangan, kemuliaan, bahwa di balik hinaan dan caci maki akan
ada kemuliaan yang akan menguatkan para murid dalam kehidupan mereka dalam
mengikuti guru (Yesus) mereka itu.
Peristiwa ini kemudian menjadi tradisi umat Kristen dalam
menghayati salah satu peristiwa hidup Yesus Kristus. Waktu untuk melaksanakan
transfigurasi ini berlangsung pada minggu sebelum merayakan Hari Raya Jumat
Agung sebagai peringatan kematian Yesus. Transfigurasi ini dijadikan titik
sentral dalam karya Yesus sebagai Mesias menurut rencana Allah. Peristiwa ini
dapat diketahui dalam Alkitab pada Injil Matius 17:1-12, atau di Injil Markus
9: 2-13 atau di Injil Lukas 9: 28-36.
Di tengah-tengah dataran rendah, tanpa ditemani gunung yang
lain, Gunung Tabor tampak sangat megah. Tingginya 588 m. Sambil memandang
Gunung Tabor dan Gunung Hermon, pemazmur pernah berdoa, ‘Engkaulah yang
menjadikan utara dan selatan, Gunung Tabor dan Hermon bersorak-sorai bagi-Mu’
(Mzm 89:13). Untuk sampai ke puncaknya, peziarah harus menempuh jalan yang
berputar-putar dan membuat sedikit using, sebab melewati tebing-tebing yang
curam. Puncaknya berbentuk datar sepanjang 1200 m dan lebar 400 m.
Hampir seluruh puncak itu dikelilingi dengan benteng yang
didirikan pada abad XIII. Untuk sampai ke basilika yang terletak di puncaknya,
harus lewat Gapura Angin (Bab al-Hawa) dari zaman Perang Salib.
Ternyata gunung ini dipandang suci sejak Palestina masih sepenuhnya di bawah kuasa orang-orang Kanaan. Di sinilah mereka menyembah dewa Baal, dewa tanah, dan dewa-dewi pagan lain. Dalam Perjanjian Baru, nama gunung ini tidak disebut sama sekali.
Ternyata gunung ini dipandang suci sejak Palestina masih sepenuhnya di bawah kuasa orang-orang Kanaan. Di sinilah mereka menyembah dewa Baal, dewa tanah, dan dewa-dewi pagan lain. Dalam Perjanjian Baru, nama gunung ini tidak disebut sama sekali.
Namun sejak abad III, menurut tradisi Kristen, di gunung
inilah Yesus berubah rupa sesudah Petrus mengakuinya sebagai Mesias. Kisahnya
dapat dibaca dalam Injil Matius, Markus dan Lukas (bdk. Mrk 9:2-13). Menurut
tradisi Kristen gunung ini pula dipandang sebagai tempat perutusan para
pengikut Yesus ke segala bangsa. (Mat 28:16-20).
Untuk mencapai puncak, kita harus melewati jalan
yang berbelok– belok dan curam, bus yang digunakan selama perjalanan akan
berhenti di area parkir yang terdapat di depan
terminal taksi. Dan selanjutnya kita akan menunggu taksi yang
akan membawa kita ke puncak Gunung Tabor.
Sejak abad III Masehi di gunung ini sudah ada tiga kapel yang
dipersembahkan kepada Kristus, Musa dan Elia. Di zaman Perang Salib, ketiga
kapel ini disatukan menjadi sebuah basilika yang indah. Tembok-tembok maupun
bangunan kokoh yang berdiri sampai sekarang di puncak gunung ini, berasal dari
abad XII-XIII. Basilika yang ada sekarang ini adalah hasil renovasi pada tahun
1919-1924 yang diadakan menurut rancangan arsitek Italia A. Barluzzi.
Basilika ini dibangun menurut gaya Siro-Romana. Dua menara di
sebelah menyebelah tempat sentral basilika, didirikan di atas Kapel Musa dan
Elia dari zaman dulu. Sebab menurut cerita Injil, setelah menyaksikan Yesus
ditemani oleh Musa dan Elia, Petrus mengajukan usul agar di tempat itu
didirikan tiga kemah (Mat.17:4). Ruangan sentral basilika ditutup dengan sebuah
kubah yang dihiasi mosaik emas. Mosaik itu menggambarkan peristiwa perubahan
rupa, kedua nabi di samping Yesus serta ketiga rasul yang menyaksikannya, yaitu
Petrus, Yakobus dan Yohanes. Mosaik ini adalah karya A. Villani.
Di bagian bawah basilika terdapat sebuah kapel indah. Di
belakang altar utamanya terdapat kaca artistik yang menggambarkan burung merak,
lambang keabadian. Pada tembok kapel ini, dari kiri ke kanan, digambarkan empat
perubahan lain Yesus, yaitu : kelahiran, Ekaristi, kematian dan kebangkitanNya.
Di bawah kapel inilah ditemukan tanda-tanda penyembahan dewa Baal kuno. Di
sebelah utara basilika ada Kapel Bunda Maria Tak Bernoda, sedangkan di sebelah
selatannya – Kapel St. Fransiskus Assisi.
Di sebelah utara basilika dapat disaksikan reruntuhan biara
OSB (St. Benedictus). Di sebelah tenggara basilika terdapat sisa mosaik dari
zaman Bizantium serta menara indah yang dulu dipakai oleh tentara Islam. Puncak
Gunung Tabor terbagi dua dan dipisahkan dengan tembok.
Bagian selatan adalah milik para Biarawan OFM, sedangkan
bagian utaranya – milik gereja Ortodoks Yunani. Di tempat milik Ortodoks Yunani
itu berdiri Gereja St. Elia yang telah dibangun di atas reruntuhan sebuah
gereja dari zaman Perang Salib.
Pada tahun 1183, pasukan Saladin, karena tidak berhasil
memasuki biara Katolik, memasuki biara Ortodoks serta merampasnya habis-habisan
sambil membunuh banyak biarawan. Di sebelah barat gerejanya, para biarawan
Ortodoks menunjukkan sebuah gua yang dulu konon didiami oleh Imam Melkisedek.
Di kaki gunung ini terletak desa yang dalam kitab Yosua 19:12
disebut Dobrat dan kini bernama Dabburiya. Kiranya di desa inilah para rasul
menunggu Yesus yang pergi ke puncak bersama tiga rasul pilihanNya. Sambil
menunggu Yesus, para rasul itu diminta menyembuhkan seorang anak, tetapi mereka
tidak berhasil (bdk. Mrk 9:14-29). Di pusat desa ini ditemukan reruntuhan
gereja (22 m panjang dan 10 m lebar) yang dulu berdiri di sini untuk
memperingati peristiwa tersebut. Tiga kilometer dari Gunung Tabor ke arah selatan,
terletak desa Nain. Di situ Yesus membangkitkan putra seorang janda (Luk
7:11-17). Untuk mengenang peristiwa itu, di Nain berdiri sebuah gereja kecil.
Letaknya yang unik menjadikan gunung ini mudah dikenali dan
menjanjikan pemandangan menarik bagi yang mengunjunginya. Secara tradisional,
Gunung Tabor diyakini sebagai tempat terjadinya transfigurasi Yesus. Kisah
mencengangkan ini dicatat dalam Mat. 17:1-8, Mrk. 9:2-8 dan Luk. 9:28-36. Saat
itu para murid yang menyertai-Nya melihat Yesus berubah rupa. Wajah-Nya
bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya putih bersinar laksana terang.
Setelah itu Dia nampak bercakap-cakap dengan Musa dan Elia. Peristiwa tersebut
jelas bukan sesuatu yang biasa karena secara tegas membuktikan keilahian Yesus.
Di puncak gunung itu, terdapat Gereja Transfigurasi yang
dibangun dengan tiga bagian. Sebuah basilika yang diapit oleh dua kapel di
kedua sisinya. Ketiga bagian ini mengingatkan kita akan pernyataan Petrus untuk
membangun tiga kemah, satu untuk Yesus, satu untuk Elia dan satu lagi untuk
Musa.
Pada bagian kanan adalah Kapel Elia. Di dindingnya terdapat
lukisan Elia yang sedang berdoa dan nyala api turun dari langit melahap kurban
yang telah disediakan di atas mezbah (1 Raj. 18:20-46). Di bagian kiri terdapat
Kapel Musa. Musa dilukiskan dengan kedua tangan memegang dua loh batu (Kel. 20
:1-17).
Sejak abad ke-3 di gunung ini sudah ada tiga kapel yang
dipersembahkan untuk Yesus, Musa dan Elia. Pada zaman Perang Salib, ketiga
kapel ini disatukan menjadi sebuah basilika yang indah. Tembok-tembok maupun
bangunan kokoh yang berdiri sampai sekarang di puncak gunung ini, berasal dari
abad ke-12.
Basilika yang ada sekarang ini adalah hasil renovasi yang
diadakan antara tahun 1919-1924 menurut rancangan seorang arsitek Italia,
Antonio Barlucci. Di belakang altar utamanya terdapat kaca dengan gambar burung
merak, yang merupakan lambang keabadian. Pada tembok kapel ini, dari kiri ke
kanan, digambarkan empat perubahan Yesus yang lainnya, yaitu: kelahiran,
perjamuan terakhir, kematian dan kebangkitan-Nya. Di sebelah utara basilika ada
Kapel Bunda Maria Tak Bernoda, sedangkan di sebelah selatannya terdapat Kapel
St. Fransiskus Assisi.
(Ch. Enung Martina:
Teriring ucapan terima kasih tak terhingga kepada : Sr. Francesco Maryanti,OSU
yang menjadi jalan semua ini teralami, Romo Hendra Suteja, SJ pembimbing rohani
yang kepada beliau kebijaksanaan diberikan Tuhan, kepada Romo Sugeng yang
mempunyai talenta untuk menghibur, kepada Mas Edi dan Mas Engki yang tak lelah
melayani, kepada seluruh tour guide, crew di bis, dan
seluruh peserta ziarah dari Keluarga Besar Santa Ursula BSD.)
Link video yang mendukung: https://www.youtube.com/watch?v=3P87cIddVaU