Gereja Primat Petrus dan Menza Kristi
Di Tabgha terdapat 2 tempat penting bagi para peziarah yaitu
Gereja 5 roti 2 ikan (Church of the
Multiplication of loaves and fishes) yang sudah kita bahas sebelumnya pada
JEJAK LANGKAH 18 dan Gereja Primat Petrus (Church
of St.Peter Primacy).
Gereja ini berada tidak jauh dari Penggandaan, tempat ini
diyakini sebagai tempat di mana dahulu Yesus pernah makan bersama dengan
beberapa murid - Nya setelah Yesus bangkit dari mati dan di tempat ini pulalah
Yesus pernah berkata kepada Petrus untuk menggembalakan domba-domba Nya.
Gereja ini dahulu dibangun pada abad pertengahan dan diberi
nama Tabula Domini atau Mensa Christi (Meja Kristus / Tuhan) dan dibangun
kembali pada tahun 1934 oleh Ordo Fransiscan. Di dalam gereja ini terdapat
sebuah batu karang yang diyakini pernah digunakan oleh Yesus dan para Murid Nya
ketika mereka makan bersama.
Gereja Keutamaan Santo Petrus adalah gereja Fransiskan yang
terletak di Tabgha, Israel, di pantai barat laut Danau Galilea. Gereja Petrus Primat dibangun di atas
batu karang di pinggir danau Galilea. Sebagaimana dengan banyak peristiwa lain
di Holyland yang diperingati dengan pendirian sebuah Gereja, gereja ini merupakan penanda peringatan akan
peristiwa Yesus mengangkat Petrus sebagai kepala para rasul dan kepala
Gereja (umat beriman pengikut Kristus).
Struktur gereja modern
dibangun pada 1933 dan menggabungkan bagian dari Gereja abad ke-4 sebelumnya.
Kapel Fransiskan ini dibangun
di situs ini pada 1933. Gereja ini termasuk dalam lokasi kunjungan perjalanan Paus Paulus VI dan Yohanes Paulus
II selama kunjungan mereka ke Israel pada 1964 dan Maret 2000. Di dasar dindingnya, di seberang altar utama,
pondasi dari gereja abad ke-4 terlihat.
Pada abad ke-9, Gereja ini disebut sebagai tempat bara-arang. Nama ini merujuk
kepada peristiwa penyiapan makanan yang dilakukan Yesus bagi para rasul-Nya.
Yesus membuat api dan arang untuk memasak ikan.
Di dalam gereja terdapat batu kapur berbentuk meja di depan
altar, yang disebut sebagai "Mensa Christi", bahasa Latin untuk
meja Kristus. Menurut tradisi ini adalah tempat di mana Yesus dikatakan telah
meletakkan sarapan roti dan ikan untuk para rasul. Di tempat ini pula Yesus mengatakan kepada
Petrus untuk "menggembalakan
domba-domba-Nya". Ini merupakan ketiga kalinya Yesus menampakkan diri kepada
mereka setelah kebangkitan-Nya. (Yohanes 21:1-24).
Gereja Primat Petrus disebut juga Gereja Penampakan Tuhan,
atau disebut pula sebagai Church of the Primary of St.Peter sebab pada
penampakan ini, Yesus menunjuk Petrus
menjadi kepala dari para Rasul / pra murid - Nya. Kisah penunjukan itu bisa
kita baca dalam Yoh 21: 15-23 dimana Yesus bertanya kepada Petrus apakah Petrus
mengasihi-Nya yang diulang sampai 3x. Setelah Petrus berkata, “Tuhan, Engkau
tahu segala-galanya, Tuhan tahu saya mencintai Tuhan” (Yoh 21:17), maka Yesus
mempercayakan tugas memimpin Gereja kepada Petrus dengan berkata,
“Gembalakanlah domba-domba-Ku”.
Bangunan gereja ini tidak terlalu besar tapi sungguh apik dan
mempesona. Dindingnya yang berwarna abu-abu kebiruan ditambah
jendela-jendelanya yang melengkung
bercat putih menambah keindahan bangunan tsb. Kalau kita memandang ke samping
kanan gereja, kita akan melihat hamparan taman bunga yang bermekaran dan teduh
pepohonan rindang yang ditata dengan apik. Sedangkan di samping kiri Gereja pantai Danau Galilea dengan airnya yang berwarna biru
menawan. Di Antara pepohonan di depan Gereja, terdapat patung yang
menggambarkan perutusan Yesus kepada Petrus.
Di dalam Gereja suasana terasa hening dan tenang. Tepat di
depan altar, terdapat batu cadas yang letaknya di lantai altar yang dinamakan
Mensa Christi (meja Kristus), karena di situlah dulu Yesus duduk makan ikan
bersama para rasul-Nya. Lihatlah mozaik di jendela belakang altar, begitu
tertimpa sinar matahari maka gambarnya semakin bercahaya. Betapa indah seperti dalam lukisan yang pernah saya
lihat.
Sambil duduk di bangku umat, tak henti-hentinyanya saya
mengucap syukur karena saya boleh datang yang kedua kalinya ke tempat ini. Saya
sangat beruntung mempunyai Tuhan sebaik Yesus yg sangat menyayangi saya dan
juga semua umat-Nya.
Selesai berdoa pribadi saya keluar dan duduk di teduhnya
pepohonan di taman sekitar gereja. Sambil duduk saya berimajinasi tentang
Petrus kala peristiwa dalam kisah Al Kitab terjadi. Membayangkan Petrus sebagai
nelayan yang dipilih Yesus untuk menjadi pemimpin ‘domba-Nya’.
Saya penasaran dengan pribadi sederhana Simon
atau Petrus ini yang kepada dia Tuhan Yesus mempercayakan ‘domba-Nya’. Hasil penelususran
saya melihat tentang ‘Primat Petrus
’ apa maksudnya?
“Pertama Simon, yang
disebut Petrus.”[5] Dengan penekanan penting ini terhadap primat St. Petrus, St. Matius menyertakan daftar Keduabelas Rasul
ke dalam Injilnya, yang juga dimulai dengan nama Simon dalam dua Injil sinoptik
lainnya dan dalam Kisah Para Rasul[6]. Daftar ini, yang memiliki daya
pembuktian besar, dan pasase Injil lainnya[7] memperlihatkan dengan jelas dan
sederhana bahwa kanon Perjanjian Baru menerima apa yang Kristus katakan kepada
Petrus dan perannya dalam kelompok Keduabelas[8]. Jadi, dalam komunitas Kristen
awal, dan sesudahnya di seluruh Gereja, citra Petrus tetap kokoh sebagai Rasul
yang kendati memiliki kelemahan insani, namun ditugaskan Kristus di tempat pertama di antara Keduabelas dan
dipanggil untuk melaksanakan tugas khusus yang berbeda di dalam Gereja. Ia
adalah batu karang yang di atasnya Kristus membangun Gereja-Nya[9]; ia adalah
seseorang, setelah bertobat, yang imannya tidak gugur dan yang akan menguatkan
saudara-saudaranya[10]; terakhir, ia adalah Gembala yang menuntun seluruh
komunitas murid Tuhan.[11]
Dalam pribadi, misi dan pelayanan Petrus, dalam kehadiran dan
wafatnya di Roma yang disaksikan oleh literatur kuno dan tradisi arkeologis –
Gereja melihat realitas mendalam yang secara hakiki terkait dengan misteri
persekutuannya dan keselamatan: “Ubi Petrus, ibi ergo Ecclesia”[12]. Sedari
awal dan dengan kejernihan yang kian bertambah, Gereja telah memahami bahwa,
sama seperti terdapat suksesi Para Rasul dalam pelayanan Uskup, demikian pula
pelayanan kesatuan yang dipercayakan kepada Petrus tergolong ke dalam struktur
permanen Gereja Kristus dan suksesi ini ditetapkan di takhta kemartirannya.
Karena itu, atas dasar kesaksian Perjanjian Baru, Gereja
Katolik mengajarkan, sebagai doktrin iman, bahwa Uskup Roma adalah Penerus
Petrus dalam pelayanan primatnya di dalam Gereja universal[13]; suksesi ini
menjelaskan pra-keunggulan Gereja Roma[14], yang diperkaya juga oleh pewartaan
dan kemartiran St. Paulus.
Dalam rencana ilahi, primat
sebagai “jabatan yang diberikan secara
individual oleh Tuhan kepada Petrus, yang pertama dari antara Para Rasul, dan
yang diteruskan kepada penerusnya”[15], kita telah memahami tujuan karisma
Petrus, yakni “kesatuan iman dan persekutuan”[16] semua umat beriman. Paus
Roma, sebagai Penerus Petrus, adalah “prinsip dan fondasi kesatuan yang kekal
dan kasatmata bagi Para Uskup dan segenap umat beriman”[17] dan karenanya ia
memiliki rahmat pelayanan khusus guna melayani kesatuan iman dan persekutuan
yang perlu bagi Gereja untuk memenuhi misi penyelamatannya.[18]
“Gereja yang berziarah, dalam institusi dan sakramennya, yang
tergolong ke zaman ini, memikul tanda dunia ini yang sedang berlalu.”[44] Untuk
alasan ini pula, hakikat primat Penerus
Petrus yang kekal secara historis
telah diungkapkan dalam bentuk-bentuk pelaksanaan yang berbeda sesuai dengan
situasi Gereja yang berziarah di dunia yang berubah-ubah ini.
Dalam tradisi Katolik, dasar jabatan paus sungguh kita
temukan terutama dalam Matius 16:13-20. Di sana dikisahkan Yesus bertanya,
“Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” Para rasul menjawab, “Ada yang
mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang
mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi.” Lalu Yesus bertanya
kepada mereka: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?”
St Petrus, yang waktu itu masih dikenal sebagai Simon,
menjawab, “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Kristus tahu bahwa
jawaban ini berasal dari Allah, “Bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan
Bapa-Ku yang di sorga.”
Karena jawabnya ini, Kristus berkata kepada Petrus, pertama,
“Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku
dan alam maut tidak akan menguasainya.” Perubahan nama itu sendiri, dari Simon
menjadi Petrus, menyatakan bahwa rasul tersebut dipanggil untuk suatu peran
kepemimpinan yang istimewa. Kata “batu karang” juga mengandung makna istimewa.
Di satu pihak, “batu karang” merupakan ungkapan bangsa Semit (termasuk di
dalamnya adalah bangsa Yahudi dan Arab) untuk menunjukkan dasar yang kokoh di
mana suatu komunitas akan dibangun.
Yesus mengatakan, “Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan
Sorga.” Dalam Perjanjian Lama, orang “nomor dua” dalam kerajaan selalu diserahi
kunci. Dalam Yesaya 22:19-22 kita dapati kisah tentang Elyakim, kepala istana
Raja Hizkia (2 Raja-raja 18:17 dst), kepada siapa diserahkan kunci rumah Daud.
Sebagai tanda jabatannya, ia yang memegang kunci mewakili raja, bertindak
dengan wewenangnya, dan harus berbuat sesuai kehendak raja.
Dalam Perjanjian Baru, dalam Kitab Wahyu, Yesus memegang
kunci Surga, Neraka dan Api Penyucian, “Yang Kudus, Yang Benar, yang memegang
kunci Daud; apabila Ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila Ia
menutup, tidak ada yang dapat membuka…” (Wahyu 3:7) dan “Aku adalah Yang Awal
dan Yang Akhir, dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup,
sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut”
(Wahyu 1:17-18). St Petrus ambil bagian dalam wewenang yang menembus hingga ke
dunia baka.
Terakhir, Yesus mengatakan, “Apa yang kauikat di dunia ini
akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di
sorga.” Ini adalah istilah rabbinic.
Seorang rabbi dapat mengikat, memaklumkan suatu perbuatan sebagai terlarang
atau menjatuhkan hukuman ekskomunikasi kepada seorang karena suatu dosa berat;
atau, seorang rabbi dapat melepaskan, memaklumkan suatu perbuatan sebagai
diperkenankan atau memulihkan seorang pendosa yang dikenai ekskomunikasi ke
dalam komunitas. Di sini, Yesus mempercayakan suatu wewenang istimewa kepada St
Petrus untuk melestarikan, menafsirkan serta mengajarkan kebenaran-Nya.
Wewenang ini dipertegas setelah kebangkitan, ketika Yesus
menampakkan diri kepada para rasul di Danau Tiberias (atau Galilea) (bdk. Yoh
21:1-19). Di hadapan para rasul yang lain, Yesus bertanya tiga kali kepada St
Petrus, “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” yang dijawab St
Petrus dengan, “Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Dan
setelah setiap jawaban St Petrus, Yesus berkata kepadanya, “Gembalakanlah
domba-domba-Ku.” Di sini, Kristus menegaskan peran St Petrus sebagai pemimpin
gembala Gereja. Di akhir perikop, Kristus menyatakan bagaimana St. Petrus akan
wafat, dan lalu berkata kepada St Petrus, “Ikutlah Aku.”
Sebab itu, St Petrus dan masing-masing penerusnya mewakili
Kristus di dunia ini sebagai Vicar Kristus dan memimpin kawanan umat beriman
Gereja menuju Kerajaan Surga. Pemahaman atas Matius 16 dan Yohanes 21 ini tak
tersangkal.
(Ch. Enung Martina: Teriring ucapan terima kasih tak terhingga kepada :
Sr. Francesco Maryanti,OSU yang menjadi jalan semua ini teralami, Romo Hendra
Suteja, SJ pembimbing rohani yang kepada beliau kebijaksanaan diberikan Tuhan,
kepada Romo Sugeng yang mempunyai talenta untuk menghibur, kepada Mas Edi dan
Mas Engki yang tak lelah melayani,
kepada seluruh tour guide, crew di bis, dan seluruh peserta ziarah dari
Keluarga Besar Santa Ursula BSD.)
video link yang setema : https://www.youtube.com/watch?v=ktJbiIim2Lk
https://www.youtube.com/watch?v=ktJbiIim2Lk
video link yang setema : https://www.youtube.com/watch?v=ktJbiIim2Lk
https://www.youtube.com/watch?v=ktJbiIim2Lk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar