GEREJA SABDA BAHAGIA
Berbahagialah
orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan
Sorga.
Berbahagialah
orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.
Berbahagialah
orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.
Berbahagialah
orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.
Berbahagialah
orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.
Berbahagialah
orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.
Berbahagialah
orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
Berbahagialah
orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya
Kerajaan Sorga.
Berbahagialah
kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala
yang jahat.
Bersukacita
dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang
sebelum kamu” (Matius 5:2-12).
Church of the
Beatitudes atau
Gereja Sabda Bahagia atau Gereja Khotbah di Bukit adalah nama yang tidak asing karena
sering terdengar dalam kisah Kitab Suci. Gereja Sabda Bahagia terletak di
negara Israel salah satu negara di Asia Barat yang dikelilingi Laut Tengah,
Lebanon, Suriah, Yordania, Mesir dan gurun pasir Sinai serta dua daerah
Otoritas Palestina yaitu Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Kami berkunjung ke Gereja ini,, pada pagi hari Sabtu 22 Juni 2019 untuk
mengawalai ziarah kami hari itu dengan Misa di Bukit Bahagia. Kami mengadakan
Misa pagi kami di sebuah kebun di belakang Gereja Sabda bahagia. Gereja Sabda
Bahagia terletak di sebuah bukit kecil yang menghadap ke Danau Galilea yang
disebut Bukit Sabda Bahagia. Lokasinya dekat dengan Tabgha dan Kapernaum. Menghadap
ke pantai barat laut Danau Galilea, Bukit Sabda Bahagia menawarkan pemandangan
mempesona bagian utara danau dan tempat ini juga bersebrangan dengan Dataran
Tinggi Golan di sisi lain. Lokasi pasti tempat Yesus menkhotbahkan Kabar bahagia masih belum diketahui.
Berbentuk bangunan segi delapan yang elegan dengan serambi
bertingkat, Gereja Sabda Bahagia berpadu
padan dengan lereng yang mendominasinya. Dibangun pada tahun 1938 oleh Ordo Fransiskan. Disain oleh arsitek Italia
Antonio Barluzzi – dan sebagian dibiayai oleh diktator fasis Italia Benito
Mussolini. Delapan sisi gereja yang terang dan lapang mewakili delapan sabda
bahagia. Hal ini juga ditunjukkan dalam bahasa Latin di jendela atas.
Tempat ini dipercaya merupakan tempat Yesus menyampaikan sabda-sabda
bahagia atau dalam Injil dikisahkan ketika Yesus berkhotbah di bukit. Gereja Sabda
Bahagia adalah salah satu dari beberapa Gereja Katolik yang berdiri di tanah
suci dan dibangun antara tahun 1936 sampai 1938. Denah gereja ini berbentuk
segi delapan yang melambangkan delapan sabda bahagia.
Gaya bangunannya menggunakan arsitektur Bizantium dengan
lapisan marmer dan mosaik emas di kubahnya. Di sekitar altar kita bisa melihat simbol mosaik yang mewakili keadilan,
kebijaksanaan, ketabahan, kesederhanaan, keyakinan, harapan dan cinta kasih.
Gereja Sabda Bahagia ini dirancang oleh arsitek Antonio Barluzzi
dibawah pengawasan komisi Italia pemerintahan fasis Benito Mussolini. Para
biarawan dan biarawati yang merawat situs bersejarah ini adalah Ordo Fransiskan
yang mayoritas berasal dari Italia.
Kalau kita memasuki gereja, maka kita bisa melihat bagian
dalam gereja yang tidak kalah indahnya. Di langit-langit nampak kubah berlapis
emas, sedangkan di bagian lantai terdapat mosaik-mosaik yang menggambarkan tiga
keutamaan teologal (iman, harap dan kasih) dan empat keutamaan fundamental
(kebijaksanaan, keadilan, kesetiaan, dan pengendalian diri).
Tempat duduk untuk umat yang ingin berdoa dibuat melingkar di
sekitar altar yang ditempatkan di tengah-tengah gereja. Di depan altar,
terdapat sebuah Kitab Suci besar yang terbuka tepat pada perikop tentang sabda
Bahagia ini.
Di sekeliling gereja ini selain pemandangannya indah juga
sejuk. Lingkungan yang terawat dengan baik inilah yang menjadi salah satu
ketertarikan bagi para peziarah untuk berdoa dan bermeditasi. Di tempat ini terlihat
pohon zaitun dan pohon kurma.
Panorama yang indah juga bisa kita lihat dari halaman Gereja.
Kalau kita melihat ke kiri akan nampaklah Kapernaum – yaitu kota pusat
pengajaran Yesus serta Sungai Yordan yang bermuara di Danau Tiberias. Di
sebelah Timur kelihatan Wadi Samak dengan reruntuhan di Kursi (dulu : Gerasa:
kisah roh jahat yang merasuki babi-bai). Di sebelah kanan tampak kota Tiberias,
lalu di kaki gunung di Tabgha akan nampak Gereja Penggandaan Roti dan Gereja
Primat Petrus. Rasanya sungguh damai dan membahagiakan. Di taman sekitar Gereja
pun terdapat tugu-tugu yang bertuliskan
sabda bahagia itu.
Dalam Misa pagi itu renungan saya adalah : Sabda Bahagia
Tuhan Yesus dimulai dengan pernyataan, “Berbahagialah
orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan
Sorga” (Mat. 5:3, ITB). Pernyataan Tuhan Yesus ini merupakan paradox dalam
kehidupan nyata di dunia ini karena kemiskinan identik dengan ketidakpunyaan,
kesengsaraan, dan penderitaan. Dalam kemiskinannya, seseorang harus berjuang
keras untuk memenuhi kebutuhannya. Bagaimana mungkin mereka yang miskin bisa
berbahagia. Namun, Tuhan Yesus menyatakan berbahagialah orang yang miskin di
hadapan Allah. Inilah paradok kehidupan sebagai pengikut Yesus.
Saya iseng-iseng mencari konteks lain makna dari kata miskin. Saya menemukan sebuah
penjelasan yang menarik seperti ini:
Hal
penting untuk memahami pernyataan Tuhan Yesus di sini adalah kita harus
memahami arti miskin di hadapan Allah. Teks bahasa Yunani menuliskan οἱ πτωχοὶ
τῷ πνεύματι, (Mat. 5:3, BGT). Kata ini lebih tepat diterjemahkan orang yang
miskin secara roh atau miskin dalam roh. Bahasa Inggris menerjemahkan, “the
poor in spirit (Mat 5:3 KJV); the poor in spirit (Mat 5:3 NAS).” Kata miskin
dari kata ptokhos, kata ini sejajar dengan istilah bahasa Ibrani aniy,
yni[‘.Ada dua istilah bahasa Yunani tentang miskin, yaitu penes (πένης) atau
penikros (πενιχρός) dan ptokhos (πτωχός). Kata penes menunjuk kepada keadaan
miskin dalam pengertian tidak kaya, tidak mempunyai banyak harta, atau hidup
sederhana. Orang miskin ini adalah orang yang bisa bekerja dan menghasilkan
pendapatan. Namun, pemasukan dan pengeluaran orang ini seimbang sehingga ia
tidak memiliki sisa. Kata ptokhos berarti miskin dalam arti sangat miskin,
tidak mempunyai apa-apa, orang miskin yang sangat menggantungkan
hidupnya pada belas kasihan orang lain. Satu kata bahasa Jawa yang bisa
menggambarkan orang ini adalah kere.
Senyatanya Tuhan Yesus menyataan tentang kebahagiaan. Sabda
bahagia ini merupakan pengantar dan dasar untuk tuntutan-tuntutan radikal Yesus
bagi orang yang mau menjadi pengikut-Nya. Syarat-syarat itu berat sehingga
orang perlu melihat apa yang akan diperolehnya nanti, yakni keselamatan dan
kebahagiaan. Di sini, Tuhan Yesus menunjukkan hakikat kebahagiaan dan bagaimana
mendapatkannya.
Sabda bahagia bukanlah saran praktis untuk hidup sukses,
melainkan deklarasi Tuhan Yesus untuk Kerajaan Allah yang sudah dan akan
datang. Ini adalah hukum dan etika Kerajaan Allah. Perspektif ini mengarahkan
kita untuk melihat Sabda Bahagia sebagai nilai-nilai Kerajaan Allah yang harus
dihidupi orang percaya sebagai warga Kerajaan Allah.
Gereja Sabda Bahagia adalah tempat yang indah untuk
merefleksikan tentang kebahagiaan kita.Berkunjung ke tempat ini akan mengingatkan kita tentang menemukan apa itu
kebahagiaan sejati. Apakah kebahagiaan itu berdasarkan dari banyak harta yang
bisa dikumpulkan? Ataukah kebahagiaan itu adalah seberapa popular kita? Ataukah
kebahagiaan itu adalah seberapa besar kita mempunyai jabatan di kantor? Atau bisa
jadi kebahagiaan diukur dari umur panjang dan lamanya berkuasa? Mungkin kisah
Sabda Bahagia dari Yesus di tempat ini masih relevan buat kita yang setiap hari
berusaha mengejar kebahagiaan yang tidak kunjung datang. Atau jangan-jangan
yang kita kejar bukan kebahagiaan, tetapi ambisi, kebutuhan jasmani, atau
sekedar memang tuntutannya yang diterapkan pada diri kita. Lantas kita bertanya
lagi siapa yang menuntut? Akhirnya kita bisa mendefinisikan kebahagian menurut
kebutuhan kita. Bahagia adalah ……( Ch Enung Martina)
(Ch. Enung Martina: Teriring ucapan terima kasih tak terhingga kepada : Sr. Francesco Maryanti,OSU yang menjadi jalan semua ini teralami, Romo Hendra Suteja, SJ pembimbing rohani yang kepada beliau kebijaksanaan diberikan Tuhan, kepada Romo Sugeng yang mempunyai talenta untuk menghibur, kepada Mas Edi dan Mas Engki yang tak lelah melayani, kepada seluruh tour guide, crew di bis, dan seluruh peserta ziarah dari Keluarga besar Santa Ursula BSD.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar