Tabgha (Arab: الطابغة, Al-Tabigha; Ibrani: עין שבע, Ein Sheva
yang berarti "7 musim semi " adalah sebuah daerah yang terletak di barat
laut pantai Danau Galilea di Israel. Secara tradisional diterima sebagai tempat
mukjizat penggandaan roti dan ikan
(Markus 6:30-46) dan penampakan kebangkitan keempat Yesus (Yohanes 21:1-24)
setelah penyaliban-Nya. Sementara sumber lain menyatakan nama situs ini berasal
dari nama Yunani Heptapegon ( "tujuh mata air "). Nama ini kemudian berubah
menjadi "Tapego ", dan
akhirnya diubah menjadi "Tabgha
" .
Bangunan paling awal di Tabgha adalah sebuah Kapel kecil yang
dibangun pada abad ke-4 Masehi (sekitar 350) oleh orang Yahudi yang masukmenjadi
agama Kristen, Yusuf dari Tiberias.
Menurut Epiphanius, Yusuf adalah seorang pegawai ahli Kaisar Konstantinus. Ia seorang cendekiawan dan juga seorang rabbi,
anggota Sanhedrin dan murid Hillel II. Setelah menjadi Kristen, Kaisar
Konstantinus memberinya pangkat dan memberinya izin untuk membangun gereja di
Galilea, khususnya, di kota Yahudi yang belum memiliki komunitas Kristen. Wilayah Galilea (termasuk Laut Galilea),
adalah daerah dengan mayoritas Yahudi.
Gereja yang dibangun Yusuf dari Tiberias ini mungkin adalah tempat ibadat yang digambarkan oleh Egeria peziarah pada
akhir abad ke-4. Kapel kecil abad ke-4,
pada 480 kemudian dibangun menjadi sebuah kapel besar oleh Martyrius dari
Yerusalem, seorang patriark Yerusalem dari taun 478 sampai 486. Martyrius
adalah orang Mesir, dan ini mungkin menjadi alasan mengapa lantai kapel ditutupi dengan mosaik Nil yang indah, gaya
seni yang populer di zaman Bizantium. Mosaik itu menggambarkan lanskap dari
Sungai Nil.
Di tempat inilah (tidak
jauh dari Kapernaum) menghadap Danau Galilea merupakan tanah yang berair sehingga rumput subur tumbuh di sana, juga banyak pohon yang tumbuh dengan baik. Di
dekatnya terdapat tujuh mata air yang menyediakan perairan berlimpah. Di Taman
subur ini Yesus menyepi dari orang banyak. Namun, orang tersebut malah
berdatangan mencarinya. Karena itulah Yesus memberi makan 5000 orang dengan
lima keping roti dan dua ikan yang dilipatgandakan melalui mujizat yang
dibuat-Nya.
Gereja Penggandaan Roti dan Ikan, atau kependekannya adalah
Gereja Penggandaan, atau Gereja Multifikasi, adalah sebuah gereja Katolik Roma
yang terletak di Tabgha, di tepi barat laut Laut Galilea di Israel. Gereja
inilah yang dibangun untuk mengingat peristiwa di atas.
Biara besar dan sebuah gereja dibangun pada abad kelima.
Sementara beberapa tanggal penghancuran situs ke waktu penaklukan Arab, Gereja
kemungkinan besar hancur pada 614 selama invasi Persia. Dengan berbagai cara, pasukan salib
menaklukkan situs ini dan akhirnya
dilupakan. Namun, akhirnya ditemukan kembali hanya pada abad ke-20.
Di zaman kuno, tempat yang kini dikenal sebagai Tabgha, dulu
bernama Heptapegon, artinya Tujuh Mata Air. Menurut tradisi Kristen yang amat
tua, wilayah di sekitar Tabgha paling disukai oleh Yesus. Gema tradisi ini
dapat ditemukan dalam sebuah dokumen yang dikenal sebagai Catatan perjalanan
Eteria yang berziarah ke Tanah Suci pada tahun 393-396. Eteria bercerita bahwa
tidak jauh dari Kapernaum dapat dilihat tangga batu yang pernah diinjak oleh
Tuhan Yesus. Di situ terdapat pula padang rumput dengan banyak pohon palem.
Gereja Penggandaan Roti
Sesuai dengan laporan Eteria, Yesus memang menggandakan roti dan
ikan di tempat yang kini disebut Tabgha. Hal ini terbukti dari penggalian
arkeologis yang dilakukan di situ. Peristiwa penggandaan roti ajaib itu
dilestarikan dengan didirikannya sebuah gereja pada awal abad IV. Tetapi karena
gereja pertama itu hancur akibat gempa bumi dahsyat pada tahun 419, maka pada
pertengahan abad V dibangunlah gereja kedua dalam bentuk basilika. Diketahui
bahwa gereja kedua itu panjangnya 30 m dan lebarnya 20 m. Gereja itu dihiasi
dengan mosaik-mosaik yang indah hasil karya seorang seniman dari Mesir.
Gereja Tabgha atau dalam bahasa Yunani Heptageon yang artinya
tujuh mata air. Situs ini dipercaya sebagai tempat Yesus memberi makan 500
orang dengan lima potong roti dan dua ekor ikan. Di Gereja Tabgha juga terdapat
mozaik terindah di dunia yang terpasang pada seluruh lantai gereja.
Burung yang digambarkan pada mosaik itu melambangkan manusia,
ular melambangkan setan, sedangkan burung flamingo melambangkan Kristus. Mosaik
yang mengabadikan penggandaan roti ( bakul berisi roti dan ikan ), dapat
disaksikan di depan altar; dibuat pada abad V atau VI. Gereja yang ada
sekarang, dibangun atas fundamen konstruksi dari zaman Bizantium. Gereja ini
maupun biara di sampingnya diurus oleh para biarawan OSB ( St. Benediktus )
dari Jerman. Seluruh kompleks ini dibangun berkat sumbangan umat Katolik
Jerman.
Tradisi Kristen menyatakan bahwa mukjizat itu terjadi di tepi
barat laut Danau Galilea, di lokasi Gereja yang diberi nama Church of Multiplication sekarang
berdiri di wilayah Tabgha ini.
Sebelumnya, menurut catatan Eisenber, di Church Multiplication di Tabgha memiliki sebuah mosaik yang
menunjukkan dua ikan tetapi hanya empat roti. Ini sedikit berbeda dari yang
digambarkan dalam mosaik Gereja Burnt, yang sama persis dengan kisah yang
diceritakan dalam Perjanjian Baru.
Interpretasi
Injil Matius 14:13-21 (Penggandaan
Roti)
Kalau kita melihat konteksnya, maka perikop ini terjadi setelah
Yohanes Pembaptis dipenjara dan kemudian dibunuh oleh Herodes, sang raja di
wilayah itu (lih. Mat 14:1-12; Mrk 6:14-29; Luk 9:7-9; Luk 3:19-20). Di dalam
Injil, disebutkan ada empat Herodes: (a) Herodes Agung atau Raja Herodes (Mat
2:1), (b) Herodes Antipas, yang membunuh Yohanes Pembaptis (Mat 14:1-12) dan
yang mengolok-olok Yesus yang menderita (Luk 23:7-11), (c) Herodes Agripa I –
keponakan dari Herodes Agung, yang membunuh Yakobus, saudara Yohanes (Kis
12:1-3) dan yang memenjarakan rasul Petrus (Kis 12:4-7) serta yang meninggal
secara mendadak dan misterius (Kis 12:20-23), (d) Herodes Agripa II – yaitu
anak Herodes Agripa I, yang kepadanya Paulus dihadapkan untuk menjawab tuduhan
dari kaum Yahudi ketika Paulus dipenjara di Kaisaria (Kis 25:23).
Mengapa Yesus harus menyingkir?
Beberapa interpretasi dari Bapa Gereja mungkin dapat membantu.
Alasan mengapa Yesus menyingkir adalah karena memang waktu yang ditetapkan oleh
Bapa atau kematian Yesus belum tiba, seperti yang dikemukakan oleh St. Yohanes
Krisostomus. Dan alasan ini juga dikemukakan oleh rasul Yohanes yang menuliskan
“Mereka berusaha menangkap Dia, tetapi tidak ada seorangpun yang menyentuh Dia,
sebab saat-Nya belum tiba.” (Yoh 7:30, lih. Yoh 8:20) Santo Hieronimus
memberikan tambahan penjelasan bahwa menyingkirnya Yesus merupakan bentuk belas
kasih Yesus kepada musuhnya, sehingga Dia tidak menambah dosa Herodes yang
telah membunuh Yohanes Pembaptis dan kemudian nantinya harus membunuh Yesus.
((lih. St. Thomas Aquinas, Catena Aurea, commentary on the Gospel of Matthew
14:13-14)) Alasan yang lain adalah karena Yesus ingin menghindari paksaan umat
Yahudi yang ingin menjadikan Dia seorang raja (lih. Yoh 6:15). Kemungkinan yang
lain adalah karena Yesus dan para murid-Nya memang membutuhkan istirahat,
karena mereka sama sekali tidak mempunyai waktu untuk makan (lih Mrk 3:20) dan
beristirahat (lih. Mrk 6:31). Dan memang walaupun Yesus dan para murid-Nya
menyingkir ke tempat yang sunyi, namun orang-orang mendengar tentang hal ini
dan mencoba menemukan mereka. Dan orang-orang yang melihat ke mana mereka
pergi, kemudian menyusul mereka lewat jalan darat (lih. Mrk 6:33). (http://www.katolisitas.org/mukjizat-penggandaan-roti-adalah-gambaran-akan-sakramen-ekaristi/)
Renungan Pribadi di
Gereja Penggandaan:
Perikop ini familiar
sekali dan sebagian orang beriman kepada Yesus pernah mendengar dan mengetahui
hal ini. Berhubung sudah sering sekali merenungkan perikop ini yang banyak
mengupas tentang sesuatu yang tidak mungkin bagi manusia tetapi bagi Tuhan
adalah semua dapat terjadi. Bagaimana menurut manusia adalah mustahil dapat
terjadi ternyata 5 roti + 2 ikan yang diubahkan menjadi roti yang dapat memberi
makan 5000 laki-laki dan ternyata masih tersisa 12 bakul.
Dalam kondisi
kebingungan ini, kini para murid mulai melihat apa yang mereka punyai pada saat
itu. Injil Matius dan Lukas melaporkan bahwa para murid mengatakan bahwa mereka
hanya mempunyai lima roti dan dua ikan (Lih. Mat 14:17; Luk 9:13). Injil
Yohanes menuliskan bahwa Andreas, saudara Petrus melaporkan bahwa ada seorang
anak kecil yang membawa lima roti dan dua ikan (lih. Yoh 6:9). Namun, di ayat
yang sama, Rasul Andreas berkata, “tetapi apakah artinya itu untuk orang
sebanyak ini?“
Di tempat ini kita mau
merenungkan lebih dalam lagi, bukan hanya terbatas pada hal-hal mukjizat berkat
saja melainkan mau merenungkan makna mukjizat penggandaan memberi dampak
perubahan sikap hidup kita.
Para murid tidak yakin,
bahwa apa yang mereka punyai cukup untuk memberi makan begitu banyak orang. Kita
pun demikian sering tak yakin dengan apa yang kita miliki. Kita jauh dari
percaya diri akan kemampuan diri. Bahkan Yesus masih kurang bisa menjadi
andalan. Kita kurang yakin bahwa Allah akan menolong kita
kalau hanya mengandalkan doa kita. Maka dicarilah orang pintar untuk memberikan
petunjuk. Kita lebih mempercayai kelenik
daripada hal yang logis, masuk akal, dan bisa dinalar.
Terkadang ketakutan kita
lebih besar daripada rasa percaya kita akan Allah. Banyak kuatir dan takut
menguasai diri kita mulai dari hal remeh temeh sampai yang besar. Mulai dari
kebutuhan perut, sandang, papan, pendidikan anak, kendaraan, meningkatkan
gengsi, kedudukan, jodoh, keluarga, kesehatan,
relasi, harga diri, kehormatan,
nama baik, kepopuleran, serta aneka rupa kekuatiran manusiawi kita.
Kita sering rendah diri
dan kurang percaya. K Kita mempercayai kata orang ada ini dan itu. Kita gentar mendengar
berita di media tentang ini itu menyangkut bangsa dan Negara dan perpolitikan.
Kita stress dengan aneka tuntutan pekerjaan yang tak pernah ada hentinya. Kita
tak pernah bebas dari semua itu. Semua seolah membelenggu kita.
Mengapa? Karena kita
mengijinkan semua itu membelenggu kita. Kita bukan lagi pribadi bebas untuk
mengatakan bahwa biarlah semua itu berlalu. Toh bila semua itu ada sekitar
kita, jika Allah tidak mengijinkan semua permasalahan itu menimpa kita, maka
tak satu pun akan menimpa kita. Namun, bila memang melalui permasalahan itu
Allah mengijinkan itu terjadi untuk menunjukkan kemuliaan-Nya, maka biarlah
terjadi. Jangan lari dari apa yang seharusnya kita pikul. Hadapi dengan penuh
kepercayaan pada Sang Pencipta yang tak akan membiarkan selembar rambut pun
rontok dari kepala kita, tanpa sepengetahuan-Nya. Semua sudah dirancang-Nya.
Karena rancangan DIA adalah rancangan kehidupan dan damai sejahtera.
Dengan demikian,tak pantas kita merasa rendah diri akan keterbatasan kita. Justru Tuhan memilih
orang-orang yang terbatas kemampuannya, sehingga kemuliaan dan kuasa Tuhan
menjadi sempurna (lih. 2Kor 12:9). Namun, satu hal yang harus kita lakukan agar
mukjizat dapat terjadi adalah membawa semua yang ada pada diri kita, baik
waktu, harta, talenta dan juga semua kelemahan kita di hadapan Tuhan. Oleh
karena itu, Yesus berkata, “Bawalah kemari kepada-Ku….” (Mat 14:18).
Apakah saya dan Anda
sudah membawa beban berat kita pada Yesus? Atau hanya di mulut saja? Apakah kata-kata kita memberikan penghiburan atau
malah memberikan ketakutan dan kecurigaan untuk memecah belah? Apakah kegentaran hatimu karena kuasa-kuasa dunia
yang membuat kita takut kehilangan ini dan itu?
Apakah kita gentar akan rasa sakit dan rasa sunyi mencekam yang membuat
kita merasa ngeri dan terasing? apakah kita takut kematian datang menghampiri
kita? Apakah kita begitu lekatnya dengan banyak hal yang membuat kita jauh dari
Sang Pencipta?
Begitu banyak pertanyaan
yang bisa kita lontarkan pada diri kita sebagai bentuk refleksi kritis kita. Sebagai
penutup: di tengah kegentaran dan
kelekatan kita, bolehlah kita juga mempercayai harapan yang bersumber dari DIA
yang mampu melipatgandakan berkat dalam hidupmu! (Ch.
Enung Martina)
(Ch. Enung Martina: Teriring ucapan terima kasih tak terhingga kepada :
Sr. Francesco Maryanti,OSU yang menjadi jalan semua ini teralami, Romo Hendra
Suteja, SJ pembimbing rohani yang kepada beliau kebijaksanaan diberikan Tuhan,
kepada Romo Sugeng yang mempunyai talenta untuk menghibur, kepada Mas Edi dan
Mas Engki yang tak lelah melayani,
kepada seluruh tour guide, crew di bis, dan seluruh peserta ziarah dari
Keluarga besar Santa Ursula BSD.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar