Senin, 17 Agustus 2015

PERJALANAN 10: KOTA AIR, VENESIA

Perjalanan kami sesudah berkunjung dari Basilika Santo Antonius Padua adalah menuju tempat yang terkenal, yaitu kota air, Venesia.


Kota yang dikenal dengan sebutan Kota Kanal ini memiliki daya tarik tersendiri karena karena jalur transportasinya kebanyakan terdiri atas kanal-kanal alih-alih jalanan beton atau aspal. Oleh karena itu, penduduk Venesia menggunakan gondola sebagai alat transportasi mereka. Gondola adalah perahu dayung tradisional dari Venesia yang berbentuk panjang dan bagian bawahnya datar. Selain gondola, kota terapung ini juga memiliki  vaporetto,  semacam perahu untuk memuat orang banyak.


Kota air nan cantik ini memiliki sebutan "City of Mask" karena topeng khasnya. Mengapa dengan topeng? Orang-orang Venesia memakai topeng saat diadakannya karnaval tahunan di negara mereka. Karnaval ini dimulai dari 40 hari sebelum hari paskah dan berakhir pada hari Rabu Abu. Para pengrajin topeng, yang disebut mascherari memiliki tingkat sosial yang spesial di antara masyarakat.


 Kota Venesia terpisah menjadi dua bagian besar oleh Grand Canal, kanal utama yang ada di tengah kota ini. Dulu, orang-orang mengalami kesulitan untuk menyebrang dari satu bagian ke bagian lainnya. Oleh karena itu, dibangunlah Rialto Bridge untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Jembatan ini dibangun pada tahun 1811 oleh Nicolo Barattieri. Rialto Bridge adalah jembatan tertua di Venesia.


Venesia (bahasa Italia: Venezia) adalah ibu kota regione Veneto dan Provinsi Venesia di Italia. Kota ini memiliki luas wilayah 412 km².  Dahulunya pernah menjadi sebuah negara tersendiri.   Republik Venesia (bahasa Italia: Repubblica di Venezia, bahasa Venesia: Repùblica Vèneta atau Repùblica de Venesia) adalah negara yang berpusat di daerah Venesia di Italia timur-laut. Negara ini berdiri selama satu milenium, dari akhir abad ke-7 hingga tahun 1797. Negeri ini juga dikenal dengan julukan La Serenissima. Republik Venesia pada masa kejayaannya adalah kekuatan maritim dan perdagangan utama di wilayah Mediterania. Republik Venesia berdiri di kota ini dari abad ke-9 hingga ke-18.

Kota yang terletak di bagian timur laut Italia ini langsung mengingatkan kita pada sebuah nama, Marco Polo. Nama pedagang asal Venesia yang mengembara ke sejumlah negara Asia ini mudah diingat karena tercantum di pelbagai buku sejarah yang diajarkan sejak sekolah dasar. Nama Marco Polo tak bisa dipisahkan dari Venesia. Bahkan nama Marco Polo diabadikan sebagai nama bandara di kota itu.

Venesia lebih dikenal sebagai kota wisata dan kota industri. Peninggalan dari kemasyhuran kota dagang menjadikan Venesia sebagai salah satu tempat wisata yang terkenal di tepi Laut Adriatik. Dengan julukan The Queen of The Adriatic yang hingga kini masih melekat.

Beberapa tempat yang terkenal di Venesia selain Rialto Bridge adalah Piazza San Marco, atau disebut juga St. Mark's Square, adalah taman terkenal di Venesia. Tempat ini dibangun pada abad ke-9. Ada sebuah kanal kecil di dekat tempat ini, namanya Rio Batario. Piazza San Marco dapat disebut sebagai tempat yang paling terkenal di Venesia. Tempat ini selalu dipadati oleh turis dan masyarakat setempat. Selain dipenuhi oleh manusia, tempat ini juga dipenuhi oleh burung merpati.


Campanile di San Marco atau mungkin dikenal sebagai menara lonceng St Marks telah berdiri  di bawah satu abad, atau lebih dari seribu tahun. Menara lonceng ini masih asli dan runtuh pada tahun 1902. Struktur yang berdiri pada saat ini telah diselesaikan pada tahun 1912 dan merupakan replika yang tepat dari menara. Lima lonceng yang digunakan untuk menyampaikan lima pesan yang berbeda dan masih dibunyikan saat ini, tetapi hanya untuk mempertahankan tradisi dan bukan sebagai alat komunikasi. Untuk mencapai atas gunakan lift dan akan melihat bagian atas untuk serta melihat pemandangan isi kota yaitu melihat atap, air, pelabuhan, pegunungan dan alun-alun semua dapat dilihat dari pandangan 360 derajat.

Venesia dahulu merupakan wilayah terkaya di Eropa dan pernah berdiri sendiri sebagai Republik sehingga tak heran memiliki banyak gereja indah.Beberapa wisata gereja  di Venesia antara lain  :

Gereja St. Roch, nama St. Roch dikenal sebagai santo yaitu pelindung orang sakit. Pengunjung dapat melihat makam kaca di gereja di mana tubuhnya terbungkus. Banyak wisatawan berjalan-jalan di jalur utama Venesia ini untuk mencari ketenangan sambil menikmati karya seni yang luar biasa. Namun, saat kami berkunjung ke Venesia begitu banyak wisatawan sehingga tak ada ketenangan itu.

Gereja Basilica San Marco ini dibangun pada tahun 1084-1117 oleh arsitek Domenico Contarini dengan gaya arsitektur campuran Gotik dan Byzantine. Pengaruh Byzantine terlihat jelas pada kelima kubahnya yang menyerupai kubah masjid bergaya Ottoman Turki. Gereja ini merupakan gereja terpenting di kota air Venesia dan menyimpan relik jenazah St. Markus, salah satu dari ke-12 murid Yesus. Pada abad ke-11, keindahan gereja ini membuatnya dikenal dengan nick-name Chiesa del Oro atau “Gereja Emas”. Basilika ini merupakan gereja katedral Katolik Roma Keuskupan Agung Venice, Italia utara. Didepan gereja Basilika tersebut terdapat halaman yang begitu luas berbentuk kotak, dimana disetiap pinggirnya juga terdapat banyak toko-toko yang berjualan termasuk juga ada rumah makan dan kafe-kafe. 

Gereja Santa Maria della Salute ini dibangun pada 1631-1681 oleh arsitek Baldassare Longhena, gereja bergaya Baroque ini didirikan sebagai wujud syukur atas berakhirnya wabah yang melanda Venesia pada 1630 (“salute” sendiri berarti kesehatan). Kubah raksasanya telah mewarnai panorama Venesia dan terlihat jelas saat wisatawan memasuki Grand Canal, aliran sungai terbesar di Venesia.
Gereja San Giorgio Maggiore adalah di sebuah gereja dekat di Basilika St Mark, di seberang Lapangan Santo Markus. Gereja ini dirancang oleh arsitek Italia terkenal Andrea Palladio. Selesai pada 1610, desain adalah contoh klasik dari arsitektur Renaissance, dengan material marmer. Dibuat  dua tingkat dan tinggi, dan berbentuk kolom simetris. Di dalam ruangan, cahaya menelusup melalui jendela untuk menerangi lengkungan tinggi. Bangunan itu dengan pengaturan sederhana dari ubin berwarna putih dan terakota.

Gaya bangunan Gereja San Zaccaria mengusung transisi campuran ghotik dan renaissance. Gereja tersebut mengisi ruang bawah tanah selaras dengan sungai yang menjadi ikon Venesia. Salah satu pemimpin lokal yang dikenal dengan Doge e mendirikan gereja sejak abad ke-9. Belum sampai satu abad penuh, seorang arsitek melirik gereja untuk direnovasi. Tak lama kemudian, Doge e meninggal dan dimakamkan di ruang bawah tanah. Lahan pemakaman sang pendiri gereja ditata rapih sesuai karakter.

Biasanya sebagian ruang bawah tanah di Venesia menjadi tempat pembuangan air sungai. Berbeda dengan sekitar gereja malah dibuat ruang doa bagi umatnya. Daripada menghancurkan pemakaman asli, sang arsitek membuat taman pemakaman cantik di bawah tanah dengan hiasan kolam segar. Namun, pemakaman tersebut belum banyak terekspose. Pengunjung hanya mengincar segi arsitektur gereja yang unik dan elegan (dikutip Atlas Obscura, Selasa (23/9/2014).

Di Venesia ada sebuah gereja yang diubah menjadi mesjid. Karena itu saya mencari beberapa sumber kebenarannya. Ini hasilnya:
Sebuah Gereja Katolik di kawasan Cannaregio, Santa Maria della Misericordia, Venesia akan difungsikan sebagai Masjid. Bangunan ini disulap hingga dinding ruangannya berhiaskan huruf arab, lantainya ditutupi sajadah yang menghadap ke kiblat serta tidak menghilangkan identias mosaik salib yang berada di balik mihrab. Adapun hasil karya seniman Swiss-Islandia Christoph Buchel ini merupakan bagian dari Venice Bienalle yang akan dijadikan paviliun nasional selama Bienalle. Buchel sendri dikenal sebagai seorang seniman progresif yang kerap kali membuat karya yang menyita perhatian publik lantaran kerap kali mengangkat tema yang memiliki pro dan kontra.
Awalnya ia cukup kesulitan memilih lokasi yang tepat untuk dijadikan masjid, hingga akhirnya pilihan jatuh ke Gereja Katolik Santa Maria della Misericordia, yang sudah tak digunakan selama lebih dari 40 tahun. Setelah menemukan tempat yang cocok, masalah lainnya pun datang. Dalam pertemuannya bersama dengan tokoh Venesia, polisi dan pejabat Bienalle, Buchel diingatkan untuk tidak mengubah eksterior gereja termasuk di antaranya tidak diperbolehkan memasang lafadz 'Allahu Akbar' di pintu masuk.
Bahkan pada bulan April kemarin, proyek ini terancam gagal setelah pemimpin tokoh Venesia mengirim surat ke Pusat Seni Islandia dengan peringatan bahwa ini bisa menjadi ancaman keamanan. Terutama setelah mereka mengaitkannya dengan isu-isu kekerasan di dunia internasional. Para pejabat Bienalle juga memberi jarak dengan proyek tersebut. Namun begitu, Buchel dan kurator seni Nina Magnúsdóttir tak menyerah.
Setelah mereka berkonsultasi dengan pengacara, mereka memutuskan untuk terus membangun proyek tersebut. Hingga pada hari Rabu (06/5/2015) kemarin, proyek ini nyaris rampung. Buchel berharap ini bisa menjadi simbol toleransi ditengah krisis Islamophobia di Eropa.
Dua hari sebelum peresmian, diharapkan masjid ini sudah bisa digunakan untuk Shalat Jumat. Hamad Mahamed, seorang imam lokal juga sudah datang dan memimpin doa di masjid tersebut.
"Tidak masalah jika masjid berada di Gereja Katolik, ini juga bisa menunjukan bagaimana sebenarnya Islam, tidak seperti yang mereka kerap lihat di media," tandasnya.
Bagaimanapun, ini merupakan langkah berani di tengah meningkatkan islamophobia di Eropa. Pemimpin muslim di Venesia mengatakan, bahwa ini merupakan media yang tepat untuk mengkampanyekan hal yang sebenarnya tentang Islam. Terutama untuk mengimbangi isu yang sangat kuat mengenai pandangan barat soal islam dan kekerasan.
"Kadang-kadang anda harus memperlihatkan diri untuk menunjukkan bahwa anda cinta perdamaian dan menunjukkan diri untuk memperlihatkan bagaimana budaya anda pada orang-orang," jelas Mohamed Amin Al Ahdab, Presiden Komunitas Muslim Venesia, kepada New York Times, Kamis (07/5/2015).
Keberadaan masjid ini akan melengkapi masjid agung di Marghera yang selama ini dijadikan sebagai pusat komunitas Islam di Venesia. Umat Islam di Venesia sendiri sudah sejak lama memimpikan adanya masjid yang berada di pusat kota Venesia. (jogya.tribunnews.com)

Venesia memang kota yang diimpikan orang untuk dikunjungi. Saya orang yang tidak terlalu suka keramaian. Karena itu ketika saya datang di Venesia, saya merasa kurang nyaman karena padatnya pengunjung. Di sini begitu banyak kafe dan toko-toko merek terkenal. Di beberapa tempat bisa ditemui kafe 24 jam, jadi tak perlu takut kelaparan. Mau minuman beralkohol, kopi panas,  sampai minuman teh tersedia di sudut-sudut kota. Demikian pula makanan dari pasta hingga pizza semua ada di sini. Pesan saya adalah berhati-hati ketika memesan makanan di kafe atau restaurant karena kebanyakan hanya menggunakan bahasa Italia. Terutama ketika kita memesan pasta dengan saus  sea food. Mengapa begitu? Karena kelompok kami mempunyai pengalaman seru dan kecut dalam hal ini. Di daftar menu tertulis 13 Euro, tetapi ketika bayar harus bayar 32 Euro. Ketika ditanya alasannya karena tergantung pada timbangan lobster   yang  dipesan. Begitu katanya!
Namun, di atas semua pengalaman yang kami alami, saya sungguh bersyukur atas kesempatan yang Tuhan berikan sehingga saya sampai di tempat yang luar biasa ini.
(Ch. Enung Martina)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar