Senin, 28 Agustus 2017

SAIGON DALAM SEPASAR (BAGIAN IV)




MUSIUM  PENDERITAAN

Jumat, 21 Juni 2013

War Remnants Museum adalah yang terpopuler di Ho Chi Minh City. Museum yang dibuka sejak 1975 ini memamerkan masa-masa Perang Vietnam. Musium ini tepatnya di antara Jalan Ly Tu Trong, Pasteur, Le Thanh Ton dan Nam Ky Khoi Nghia. Museum ini mengilustrasikan sejarah kelam Vietnam dan Amerika pada masa Perang Vietnam yang terjadi pada 1961-1975. Dengan begitu  memberitahu para pengunjung  tentang hal yang mungkin belum mereka ketahui mengenai perang tersebut.

Terlihat banyak sekali turis yang termenung saat melihat foto-foto di museum ini. Termasuk saya di dalamnya. Bukan hanya merenung saya melihat diorama, foto, gambar tentang perang, bahkan air mata saya tak kuasa untuk dibendung. Ketika saya  melihat koleksi dalam museum ini, rasanya saya menyaksikan kekejaman di luar batas kemanusiaan. Namun, ketika saya lihat lagi beberapa kekejaman hingga dunia dengan era digital sekali pun keejaman yang dibuat oleh mahluk yang menamakan dirinya manusia yang berakal budi pun masih tetap ada.

Bagi Anda yang menggemari film perang tentu cukup akrab dengan film-film berlatar belakang perang Vietnam, seperti Platoon, Full Metal Jacket, Born on the Fourth of July dan serial TV Tour

of Duty. Saya hanya menonton serial TV Tour of Duty saja.




Perang dingin yang berlangsung selama 18 tahun (1957 – 1975) antara Republik Vietnam (Vietnam Selatan) – yang didukung Amerika Serikat – dan Republik  Demokratik Vietnam (Vietnam Utara) – yang didukung USSR dan Tiongkok – itu memang banyak dijadikan sumber insprirasi dalam dunia perfilman Amerika.


Dan jika kita berkunjung ke Ho Chi Minh City – dahulu disebut Saigon, Anda akan bisa menemukan perang sebagai tema yang kental mewarnai sejumlah museum di kota itu. Namun perang ternyata bukan sekadar cerita getir tentang pertumpahan darah, melainkan juga kisah tentang kemerdekaan, kebebasan dan kebahagiaan rakyat Vietnam. Rupanya pemerintah Vietnam telah berhasil mengubah sisa peninggalan perang Vietnam menjadi obyek wisata yang menarik buat turis untuk berkunjung. Sisa-sisa peninggalan perang dengan Perancis dan Amerika, termasuk kekejaman yang terjadi pada saat itu tergambar di War Remnants Museum, yang rupanya cukup berhasil sebagai museum yang popular di Vietnam karena berhasil menarik minat wisatawan sebanyak 500 ribu orang lebih setiap tahunnya.



Menurut Miss Mila, Museum ini menempati area seluas dua hektar persegi, sebelum menjadi gedung berarsitektur Prancis ini dulu sempat beberapa kali beralih fungsi, mulai dari istana gubernur Indochina, markas besar administratif sementara, kantor komisaris tinggi Prancis, hingga tempat tinggal sementara Presiden Diem saat pembangunan Independence Palace – disebut Gia Long Palace – dan mahkamah agung. Konon Presiden Diem memerintahkan pembangunan tiga terowongan bawah tanah di tempat ini, yang terhubung dengan sejumlah bagian lain dari Saigon, seperti Cholon. Tujuannya agar dia dapat melarikan diri saat terjadi kudeta.Sayang, usaha melarikan diri dari kudeta itu gagal sehingga dia tertangkap dan dibunuh.


Di museum yang terdiri dari dua lantai ini, kita bisa melihat perjalanan sejarah Ho Chi Minh City selama 300 tahun, dari kota pelabuhan biasa hingga menjadi kota terpadat dan terbesar di Vietnam. Ada tujuh ruangan besar dengan tema yang berbeda-beda di sana, antara lain yang terkait dengan arkeologi, sejarah pembentukan dan perkembangan, kebudayaan, industri kerajinan tangan dan tentu saja perang revolusi hingga menjadi Vietnam saat ini. Kalau Anda ingin tahu sejarah lengkap Ho Chi Minh City, museum ini harus Anda kunjungi. Informasi yang terpampang dalam bahasa Prancis, Inggris dan Vietnam pun cukup lengkap, dengan display yang menarik.Bahkan ada juga boneka-boneka yang sengaja dipajang untuk menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat Saigon, seperti upacara perkawinan lengkap dengan pakaian pengantin tradisional.
Museum itu seolah ingin menunjukkan kepada dunia kekejaman yang dilakukan pasukan Amerika kepada rakyat Vietnam, lewat foto-foto dokumentasi hitam putih dan berwarna. Potret rakyat Vietnam, dari orang dewasa hingga anak-anak balita, yang menjadi korban ledakan bom dan ranjau darat, terjangan peluru, maupun semprotan cairan kimia beracun dari pesawat terbang yang disebut Agen Oranye, secara terbuka dipajang di setiap dinding. Bahkan ada juga kotak-kotak kaca berisi mayat bayi yang mengalami malformasi akibat Agen Oranye, dan kemudian diawetkan. Saya menyarankan bagi  pengunjung yang termasuk orang yang tak tahan melihat kekerasan, sebaiknya jangan mengunjungi museum ini.

Karena saya seorang turis asing di negri ini yang tak tahu kejadian persisnya, memanng aura kebencian rakyat Vietnam terhadap pasukan Amerika Serikat begitu kental menyelimuti museum. Tak heran jika sejumlah review di Internet menyebut museum ini sebagai tempat yang penuh propaganda pemerintah Vietnam untuk memojokkan Amerika Serikat telah melakukan kejahatan perang di negara itu.

Saya melihat hal yang positifnya dari museum ini yaitu tempat ini menjadi tempat wisata yang ramai dikunjungi para turis. Sudah pasti itu akan membawa dampak ekonomi yang bagus bagi rakyat Vietnam. Selain itu, bagi para kaum muda Vietnam, juga mengobarkan semangat nasionalisme yang tinggi dan menumbuhkan rasa cinta tanah air yang kuat.

Dari semua hal yang saya rasakan, saya saksikan, dan saya pelajari di museum ini
bisa menjadi pengingat kuat bahwa perang untuk alasan apa pun hanya membawa kerugian dan kesedihan, serta menimbulkan luka mendalam.  Tak ada sedikitpun keuntungan dari berperang.

(Ch. Enung Martina)











Tidak ada komentar:

Posting Komentar