Saya menurunkan tulisan ini dalam rangka Perayaan Natal. Kehamilan Maria terhubung dengan sebuah kisah kehamilan yang juga ajaib yaitu saudari Maria yang bernama Elisabeth yang mengandung pada masa tuanya.
Elisabeth (bermakna
janji Tuhan) adalah nama seorang perempuan Yahudi yang disebut dalam Kitab
Suci bagian Perjanjian Baru, yaitu dalam Injil Lukas. Elisabeth
adalah istri dari seorang Imam bernama Zakharia (bermakna Tuhan mengingat).Keduanya
adalah keturunan Harun yaitu yang dipercaya menjadi imam dalam ibadat
Yahudi. Mereka tinggal di sebuah kota di daerah Yudea. Lama dalam
perkawinan, mereka tidak mempunyai anak, sebab Elisabet mandul dan keduanya
telah lanjut umurnya. Namun atas anugerah Tuhan dia memperoleh seorang putra
pada masa tuanya. Hal
itu terjadi setelah Malaikat Gabriel menampakkan diri kepada Zakharia ketika
bertugas di Bait Suci.
Dalam Kitab Suci
diceritakan juga ketika Maria (Siti Mariam), Ibu Yesus (Nabi Isa A.S), mengetahui bahwa Elisabeth hamil pada masa
tuanya, segeralah ia datang mengunjunginya. Elisabeth merupakan saudara Maria
(kemungkinan saudara sepupu, ada juga yang mengatakan tantenya). Maria sendiri tahu bahwa saudaranya sedang hamil
dari Malaikat Gabriel ketika memberitahukan Maria bahwa ia akan mengandung dari
Roh Kudus. Maria mengunjungi Elisabet, saat kandungan Elisabet sudah berusia 6
bulan. Jarak rumah mereka cukup jauh. Maria tinggal di Nazaret, Galilea, dan
pergi ke rumah Elisabet di Yudea.
Waktu Maria berkunjung,
anak dalam kandungan Elisabeth melonjak kegirangan. Kelak anak Elisabeth diberi nama Yohanes atau Yahya
yang mendapat gelar Yohanes/Yahya Pembaptis. Dan hal ini dimaknai karena
Yohanes telah mengetahui kedatangan Yesus yang ada dalam kandungan Maria.
Elisabeth mengucapkan
salam kepada Maria ketika ia datang:
Diberkatilah engkau
di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini
sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu
sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. Dan
berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari
Tuhan, akan terlaksana (Lukas 1:42-45).
Dalam tulisan ini,
saya mau mengetengahkan teladan ketaatan dari Elisabeth maupun Zakaria: “Keduanya
adalah benar di hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan
Tuhan dengan tidak bercacat” (Luk 1:6). Hidup Zakaria dan Elizabeth
menyenangkan Tuhan. Mereka berserah pada kehendak Tuhan dan taat pada Firman
Tuhan.
Namun, perkawinan
mereka bermasalah karena mereka pasangan yang tidak mempunyai anak. Padahal,
pada masa itu budaya Yahudi megharuskan perkawinan menghasilkan keturunan.
Apalagi Zakaria, ia adalah seorang imam. Sulit bagi kita untuk membayangkan
stigma yang melekat kalau tidak mempunyai anak pada masa itu. Sebagian besar
Imam Yahudi berpendapat bahwa hal itu merupakan bukti Tuhan tidak berkenan.
Zakaria bisa melepaskan
diri dengan menceraikan Elizabeth. Dalam masyarakat mereka, kemandulan sudah
jadi alasan umum untuk perceraian. Zakaria bisa menyingkirkannya, menikahi
wanita muda, mendapatkan anak dari istri barunya, dan menyingkirkan kutuk atas
dirinya. Itu merupakan jalur yang biasa dilakukan banyak pria. Tapi tidak
Zakaria. Sebaliknya dia berdoa menyerahkan situasi ini pada Allah.
Setelah Zakaria
mengakui masalahnya pada Tuhan, dia meneruskan tugas yang telah Tuhan berikan
padanya. Dia tidak berhenti berdoa dan menaruh harapan pada Allah. Hingga
akhirnya... “Pada suatu kali, waktu tiba giliran rombongannya, Zakharia
melakukan tugas keimaman di hadapan Tuhan. Sebab ketika diundi, sebagaimana
lazimnya, untuk menentukan imam yang bertugas, dialah yang ditunjuk untuk masuk
ke dalam Bait Suci dan membakar ukupan di situ” (Luk.1:8-9).
Pertama dia akan
menunjuk 2 temannya untuk membantunya. Seorang akan membersihkan abu dari
korban malam sebelumnya. Kemudian orang kedua akan masuk dan meletakan bara
baru dialtar. Akhirnya, Zakaria masuk ketempat kudus sendirian, mengenakan
jubah emas, dan saat diberi tanda menyebarkan ukupan diatas bara. Saat ukupan
terbakar dan wewangian naik dari altar, doa penyembah diluar akan menaikan
pujian pada Tuhan.
Ritual selesai.
Sekarang sudah saatnya meninggalkan Tempat Maha Kudus. Tiba-tiba malaikat
Tuhan menampakkan diri pada Zakaria, berdiri disebelah kanan altar. Kunjungan
pribadi malaikat Tuhan jarang sekali dialami dalam sejarah manusia. Saya
kira Zakaria agak takut saat itu. Tetapi malaikat itu berkata kepadanya: Jangan
takut, hai Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan dan Elisabet, isterimu, akan
melahirkan seorang anak laki-laki bagimu dan haruslah engkau menamai dia
Yohanes. Engkau akan bersukacita dan bergembira, bahkan banyak orang akan
bersukacita atas kelahirannya itu” (Luk.1:13-14). Tuhan bisa melakukan hal yang
tidak mungkin, dan itulah yang dilakukanNya saat menjanjikan sesuatu pada
Zakaria dan Elizabeth.
Semua ini terlalu besar
untuk ditangkap Zakaria. Dia sudah berdoa untuk mendapatkan anak, tapi harus
mengakui kalau imannya melemah. Sekarang Firman dari Tuhan terlalu bagus untuk
dipercaya. Zakaria juga manusia sehingga perkataan Malaikat itu menajdi
sesuatu yang mencengangkan dan meragukan dia. Saya tahu perasaan seperti itu
karena saya dan suami mengalaminya. Bukan berarti saya bertemu Malaikat Gabriel
dan memberitahukan kepada saya bahwa saya akan hamil pada usia tua. Namun,
ketika Dokter Okky berdasarkan pemeriksaan USG 3 dimensinya, memberitahukan
kepada saya dan Pak Bob bahwa pada usia 46 tahun saya hamil yang ketiga. Kami
bengong dan berpandangan tidak percaya atas pendengaran bahkan penglihatan kami
dari layar monitor komputer hasil USG 3 yang terpampang foto janin berusia 4
bulan.
Zakaria yang seorang imam
pasti mengenal kisah dalam Taurat (Perjanjian Lama). Dia mengetahui bagaimana
Tuhan telah memberikan seorang anak pada Sarah pada masa tuannya. Tapi dia
tidak berpikir kalau hal itu bisa terjadi padanya. Bahkan pria yang berpegang
pada Firman bisa gagal mengerti hal ini. Tapi Tuhan melakukan kemurahan pada
Zakaria untuk menolong dia percaya. Dia memberikannya suatu tanda. “Sesungguhnya
engkau akan menjadi bisu dan tidak dapat berkata-kata sampai kepada hari, di
mana semuanya ini terjadi, karena engkau tidak percaya akan perkataanku yang
akan nyata kebenarannya pada waktunya” (Luk. 1:20).
Pengatahuan akan
mujizat ini menguatkan iman Maria. Tuhan mengatakan kalau dia akan mengandung
seorang anak tanpa hubungan dengan seorang pria. Itu sulit dipercaya. Tapi
mendengar pesan Malaikat padanya: “Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu,
iapun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah
bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada
yang mustahil!” (Luk.1:36-37). Dan terhadap berita luar biasa ini, Maria
menjawab, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut
perkataanmu itu” (Luk1:38).
Tuhan tidak selalu
memberi sesuai permintaan kita, dan jelas tidak menurut kelayakan kita. Dia
memberi menurut kekayaan kasih karunia- Nya. Dia “melakukan jauh lebih banyak
dari pada yang kita doakan atau pikirkan” . Dia senang melakukannya
pada orang yang percaya dan taat pada-Nya, bahkan untuk situasi yang tidak
memungkinkan atau mustahil sekali pun.
Keagungan kasih karunia
Tuhan membuat Zakaria menaikan lagu pujian pada Tuhan, Dia dipenuhi dengan Roh
Kudus dan berkata, “Terpujilah Tuhan, Allah Israel, sebab Ia melawat umat-Nya
dan membawa kelepasan baginya, Ia menumbuhkan sebuah tanduk keselamatan bagi
kita di dalam keturunan Daud, hamba-Nya itu, --seperti yang telah
difirmankan-Nya sejak purbakala oleh mulut nabi-nabi-Nya yang kudus-- untuk
melepaskan kita dari musuh-musuh kita dan dari tangan semua orang yang membenci
kita, untuk menunjukkan rahmat-Nya kepada nenek moyang kita dan mengingat akan
perjanjian-Nya yang kudus, yaitu sumpah yang diucapkan-Nya kepada Abraham, bapa
leluhur kita, bahwa Ia mengaruniai kita” (Luk 1: 68-73).
Ch. Enung Martina, Menjelang Natal (23 Desember 2015)