Terkena Penyakit Maag
Saya mengetahui bahwa maag
adalah gejala penyakit yang terjadi pada lambung, dikarenakan terjadinya
peradangan atau iritasi dengan ciri-ciri seperti sakit di lambung, mulas, perih
dan mual, dan jika dibiarkan akan mengakibatkan terjadinya luka atau lubang
yang parah di dinding lambung atau biasa disebut juga dengan tukak lambung. Itu
yang saya ketahui dari definisi kesehatan.
Pada hari terakhir sebelum liburan akhir tahun pelajaran
2017-2018 saya mengalami gejala pada tubuh saya seperti perut kembung, nyeri
dan perih di sekitar perut dan dada, sering bersendawa, merasa mual dan ingin
muntah, kondisi tubuh melemah.
Awalnya saya menyangka itu mungkin masuk angin seperti
biasanya. Karena itu saya kerokan dan gosokan seluruh badan. Lalu minum teh panas
manis. Biasanya kalau sudah itu tinggal
menunggu kentut, sendawa, dan keringat keluar tubuh. Kalau sudah begitu, pasti
sembuh. Namun, ini kok berbeda ya. Tidak sembuh dan sakitnya dekat ulu hati.
Biasanya sekitar perut. Wah, ini tidak beres. Lantas saya tahu ini gejala maag.
Terus terang saya baru mengalami sakit perut yang seperti ini.
Yang saya lakukan pertama adalah merefleksikan diri saya apa
yang tak beres dengan diri saya. Saya makan dengan waktu yang teratur. Saya tak pernah
telat makan, bahkan sangat dini saya makan. Makan dengan porsi yang wajar. Saya
juga mengunyah makanan dengan baik. Pola tidur saya juga sangat teratur, kecuali sesekali tidur malam kalau
ada kegiatan sampai malam. Minum minuman yang beralkohol juga tidak. Saya juga
tidak mengonsumsi obat-obatan tertentu, Makan makanan pedas saya lakukan, tapi
tidak sampai berlebihan.
Apakah saya stress? What…
the….
Saya menyangkal bahwa saya stress. Saya ini orangnya tahan banting.
Kuat mental. Hal-hal remeh temeh tak bikin saya stess. Sombong, Bray! Memang
betul. Puji Tuhan, saya termasuk yang kuat.
Meskipun diri saya menyangkal, tetapi saya penasaran sendiri
dengan keadaan saya. Lantas saya mulai mengkaji lebih dalam kemungkinan saya
stess. Akhirnya saya sangat tahu bahwa diri saya sedang menghadapi permasalahan
yang membuat diri saya merasa diinjak dan terinjak sampai ada di titik nadir
saya. Kalau hanya diri saya saja itu mungkin saya bisa saya netralisir dengan
diri saya sendiri. Namun, ternyata permasalahannya sampai merembet pada kawan-kawan sejawat saya, bahkan seorang anak laki-laki berusia 10 tahun.
Saya tidak bisa dan
tidak akan berbagi ceritanya di
media atau di mana pun karena menyangkut beberapa nama dan tentu saja nama baik
sebuah lembaga. Namun, rekan-rekan sejawat saya tahu. Terutama rekan saya satu
unit pasti sangat tahu cerita ini. Saya akan
keep dengan rapat!
Saya hanya berbagi bahwa ternyata dampak dari perkataan
seseorang itu bisa menimbulkan permasalahan yang dan luka batin sangat dalam. Luka
batin inilah yang berdampak pada fisik. Salah satu dampaknya adalah penyakit
maag atau tukak lambung. Lantas saya penasaran, bagaimana hubungan stress
dengan lambung?
Lambung yang sehat memiliki penghalang lendir (mucous
barrier) yang mencegah asam lambung di dalamnya kontak langsung dengan lapisan
permukaan lambung. Ribuan sel lendir dan kelenjar di dinding lambung
terus-menerus memproduksi lendir untuk melindungi lapisan dalam (permukaan)
dinding lambung.
Pada prinsipnya di sana ada sistem keseimbangan, antara
faktor perusak dan penyembuh. Asam lambung yang bersifat keras (perusak) tidak
dapat melukai lambung akibat adanya barrier itu tadi. Dan ketika terjadi
kerusakan sel-sel dinding lambung, akan dengan cepat memperbaharui diri. Pada
gastritis atau sakit maag dan masalah yang terkait dengannya, keseimbangan ini
tidak berjalan dengan baik. Sebagai hasil akhirnya lapisan lambung termakan
oleh asam lambung dan menjadi rusak bahkan sampai menyembabkan adanya tukak
pada lambung.Terkadang sistem barier lendir dalam kondisi yang normal-normal
saja, akan tetapi ketika asam lambung diproduksi secara berlebihan atau sangat
asam, sampai pada suatu titik di mana barrier tidak danggup untuk menahannya.
Stress sangat berpengaruh terhadap kesehatan tubuh secara
keseluruhan, termasuk ia dapat mempengaruhi asam lambung. Jadi stress menjadi
penyebab sakit maag atau kekambuhan karena stress dapat meningkatkan produksi
asam lambung. Di samping itu, para ahli menemukan bahwa stress dapat merangsang
area tertentu pada otak yang meningkatkan sensitifitas terhadap nyeri, termasuk
nyeri uluhati. Jadi meskipun asam lambung tidak begitu meingkat, namun bagi
orang yang lagi stress itu akan lebih terasa sakit. Alasan lainnya kenapa
stress menyebabkan sakit maag, karena stress dapat menurunkan kadar hormon
prostaglandin yang memiliki fungsi membantu memperkuat barrier yang melindungi
lapisan lambung dari Asam lambung. (Sumber:
Stress, Penyebab Sakit Maag yang Tak Disadari – Mediskus)
Begitu saya tahu bahwa saya terkena maag, dengan segera saya
pergi ke klinik tempat faskes saya berada : Klinik Selaras BSD. O, Klinik
Selaras BSD pelayanannya sekarang bagus lho! Saya puas dengan pelayanan paramedic
dan karyawan di Klinik Selaras BSD. Mana bersih dan nyaman lagi. Love Klinik Selaras BSD!!!
Saudari-saudara, ternyata kita ini juga rentan stress. Satu permasalahan
bagi orang tertentu mungkin biasa saja. Namun, bagi orang lain bisa melukai.
Namun, yang saya dapatkan kali ini memang luar biasahhhh! Puji Tuhan, saya
dipercaya untuk mendapatkan ini. Ya, kata orang tua, hitung-hitung memperinagn
dosa kita dalam perhitungan di alam bazrah nanti. Lha, kok malah bawa-bawa alam
lain.
Namun, sekarang lambung saya sudah sembuh. Begitu juga hati
saya yang kemarim biru lebam, sekarang berangsur memerah lagi. Apa rahasianya?
Pengampunan, Bray! Doa adalah alatnya.
Anda tahu yang saya lakukan? Begitu hari pertama libur
terjadi, Senin 11 Juni 2018, saya langsung ngacir
pergi berziarah ke Gua Maria Kanada (Kampung Narimbang Dalam), Rangkas Bitung. Saya pergi di atas pukul
12.00 dengan naik kereta api. Wah, pilihan transportasi yang tidak tepat untuk
hari itu karena itu hari mudik orang-orang Rangkas dan sekitarnya yang bekerja
di luar daerah, terutama Jakarta, Bintaro, BSD dll. Jadi kereta sangat penuh
sesak. Demikian pula di Statsiun Akhir Rangkas. Penumpang berjejal keluar dari
statsiun.
Namun, kami (saya dan Metta, anak saya yang sedang liburan)
mendapat kelegaan ketika naik angkot dari statsiun ke Gua Maria. Gua Maria pun
milik kami berdua awalnya. Dari perhentian pertama sampai 8 hanya kami berdua.
Saaat itu waktu menunjukkan sekitar pukul 14.00. hari sedang terik. Namun, kami
menjalani jalan salib kami dari satu stasi ke yang lain di antara keteduhan
pepohonan rimbun. Suasana itu membantu kami berdoa dengan sangat pribadi dan
khidmat.
Hal lain yang saya lakukan adalah bermeditasi sambil berdoa. Saya
berada dalam SOLITUDE. Dalam meditasi itu saya menjadi rileks. Otak saya lebih
memilah – memilih, memfilter, menganalisis, memberi jawaban, berpasrah, dan
akhirnya saya berserah-SURENDER. Luka saya makin menyembuh. Saya tahu dia akan
sembuh 100%. Perlu proses dan perlu waktu.
(Ch. Enung Martina)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar