AMBON NAN DAMAI
(Pic. bbcindonesia)
Cerita dua
pemuda Ambon yang dulu bermusuhan saat terseret pusaran konflik atas nama agama
pada tahun 1999, tetapi sekarang mereka bersahabat disebut para pembaca BBC sebagai
inspirasi perdamaian.
Salah satu pemuda tersebut menjadi tour guide di bis 1. Pemuda tersebut bernama Ronald Reagen.
Barangkali orang tuanya terinsiparasi oleh nama salah satu presiden Amerika
Serikat. Weh, ternyata pemandu saya ini begitu saya cari di internet gambarnya
bertebaran. Orang terkenal juga ini bocah! Sedangkan yang satu lagi bernama
Iskandar. Keduanya menjadi icon perdamaian di Kota Ambon. Saya tidak kenal
Iskandar. Namun, Tuhan mempertemukan saya dengan Ronald.
(Ronald)
Poster Iskandar dan Ronald pernah dipasang di salah satu
sudut kota di Ambon sebagai "contoh persaudaraan" Muslim dan Kriten
dan sebagai bagian dari acara anak-anak muda Seni untuk Damai untuk semakin
mempererat pertemanan dan persaudaraan.
"Kami mengajak generasi muda berkeliling
dan menikmati karya visual, instalasi dan musik di lima titik di kota Ambon.
Namun beberapa orang selama ini masih takut atau enggan untuk mengunjungi...dan
kami mau mengajak orang-orang untuk
melintasi batas-batas perasaan takut, curiga yang masih ada," cerita
Ronald.
Ini kutipan dari bbcindonesia :
bbcindonesia 24
APRIL Kisah mantan tentara anak Ambon: Saling serang, saling bunuh...sampai
'sayang kamu semua' . . Mereka dulu bermusuhan, saat Ambon terlibat dalam
pusaran konflik atas nama agama, Muslim dan Kristen. Mereka termasuk dari
ratusan anak yang berada di garis depan dalam konflik paling berdarah di
Indonesia yang pecah hampir 20 tahun lalu itu. Saling serang, saling bunuh,
saling bakar. Mereka terkungkung dalam komunitas yang terpecah, sampai kemudian
mereka bertemu, menumpahkan pengalaman dan perasaan. Pertemuan yang membuka
mata mereka bahwa mereka adalah imbas dari konflik "entah siapa yang punya
perbuatan". Dua pemuda Maluku ini, Ronald Regang dan Iskandar Slameth,
kini giat menjadi duta perdamaian dan ingin agar "orang di luar sana
mengambil hikmah atas apa yang kami rasakan." #CrossingDivides
#MelintasiPerbedaan #peace
#perdamaian
#hope
#harapan
#BBCIndonesia
@ronal_regan
@alendarkhairullaah
(sumber:bbcindonesia)
https://www.instagram.com/p/Bh7wlkrHs29/?taken-by=bbcindonesia
https://www.youtube.com/watch?v=WVIPRZanYBg&t=21s
https://www.instagram.com/p/Bh7wlkrHs29/?taken-by=bbcindonesia
https://www.youtube.com/watch?v=WVIPRZanYBg&t=21s
Saat saya mendengar cerita Reagen, saya mendengarnya seolah
dia mendongeng dari sebuah negri antah berantah. Namun, itu ternyata nyata
dialmai pemuda yang bercerita di hadapan saya dengan matanya yang nanar
menerawang mengingat kejadian pilu di masa lalunya.
Bila dia tidak menceritakannya, saya tak akan menyangka bahwa
pemuda ini mengalami trauma yang begitu mengerikan dalam hidupnya. Penampilannya
sangat ceria dan banyak tertawa serta bercanda. Namun, ketika saya berhadapan
muka dan memandang matanya yang tajam mengarah ke beringas, baru saya tahu
bahwa mata itu berbicara banyak.
Hal ini terbukti kala dia emosional karena kejengkelan dan
kemarahan. Saya melihatnya saat hari terakhir ketika kami akan makan siang
menuju ke satu tempat yang menurut kami sangat tak jelas. Ini bukan salah
Ronald dkk. Ini semata kesalahan dari pihak pengelola tour (yang dibayar St.
Ursula BSD) yang membawa kami dari Jakarta, yang selama kami di Ambon,
pelayanan pengelola tour ini jauh dari memuaskan. Saat itu Ronald sangat emosional. Dia marah
dan jengkel karena komunikasi sangat buruk. Saya sebagai ketua bis 1
menyaksikan dia sangat marah dan kecewa. Saya melihat matanya beringas dan
nafasnya memburu serta tak berkata-kata. Namun, saya tahu dia sangat emosional.
Saya hanya mendekati dia dan menepuk punggungnya pelan, “Ini bukan salahmu!
Kami tahu itu!” Dia berekasi dan menatap saya seperti seorang anak yang diberi
dukungan.
Ketika saya melihat videonya tentang kisah perjalanan perjuangan
perdamaian di Ambon menunjukkan bahwa masyarakat Ambon merupakan masyarakat
yang cinta damai. Karena itu, ketika ada kerusuhan Ambon tahun 1999 silam
menyisakan tanya mengapa itu bisa terjadi pada masyarakat yang menjaga
persaudaan sejak ratusan tahun silam. Gaung perdamaian terus dihembuskan di
kota ini. Karena itu pada tanggal 25 November tahun 2009 Kota Ambon
dipilih sebagai tempat peringatan Hari Perdamaian Dunia dengan ditandai diresmikannya
Gong Perdamaian di Lapangan Pelita. Srlain
itu, Kota Ambon tercatat pada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai kota
ke-34 situs dengan perdamaian dunia.
Kehadiran gong perdamaian dunia di Kota Ambon yang pernah
dilanda konflik sosial pada 1999-2004 diharapkan dapat menggugah masyarakat
Maluku untuk hidup berdampingan sebagai satu keluarga besar sebagai cerminan
budaya “pela dan gandong’ (relasi
persaudaraan antara satu negeri dengan negeri lain baik yang sedaratan atau
berlainan pulau. Hal ini berlaku juga
antara etnis dan agama yang berbeda. Pela sendiri berarti perjanjian sedangkan gandong sendiri berarti adik) sebagai warisan leluhur. Gong perdamaian dunia
ini pada lingkaran luarnya bergambar
bendera seluruh negara di dunia dan simbol-simbol agama di dunia pada lingkaran dalamnya. Gong perdamaian telah “disemayamkan” di 34 kota di dunia.
Diharapkan gong yang berasal dari Desa Plajanmlonggo, Jepara, Jawa Tengah, itu mampu
menggemakan pesan perdamaian bagi umat manusia di seluruh muka bumi pada
umumnya, dan di Kota Ambon pada khususnya.
Meskipun banyak ketidakpuasan yang kami alami dari pelayanan tour
yang dipercaya Yayasan kami, tetapi kami mempunyai kenangan indah di Ambon
sesuai dengan icon Ambon Manise!
Akhirnya kami tiba untuk meninggalkan Ambon. Setelah
berterima kasih pada crew bis 1, kami
pun turun menuju ke pintu boarding pass
kami. Secara khusus saya menyalami Jack (driver), Andre/Bongkar, serta tak lupa
Ronald. Ronald memeluk saya dan mengucapkan : “ Terima kasih, Mama” dengan
pandangan tulus bekaca-kaca dari seorang anak. Saya sungguh terharu.
Berakhirlah perjalanan kami di Ambon. Kedaiaman Ambon
mengantarkan kami untuk kembali ke rumah kami di Tangerang Selatan. (Ch. Enung Martina)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar