TAHBISAN DI SASONO UTOMO TAMAN MINI
INDONESIA INDAH
Hidup di zaman ini dengan segala tantangannya memerlukan kecerdasan. Kecerdasan adalah
menemukan ketidakwajaran dan kecekatan merekayayasanya untuk mengembangkan
kualitas kehidupan. Setiap orang dalam hidup ini akan bertemu dengan
ketidakwajaran. Untuk dunia dengan kecanggihan dan kematerilannya seperti sekarang,
memilih menjadi seorang imam adalah sesuatu yang tidak wajar. Namun, justru di
situ dunia melihat bahwa orang-orang yang cerdas dan pilihan akan memilih hal
yang berbeda yang tak dipilih oleh dunia.
Lima pria lajang pada sore itu berbalut jubah putih bersih
perlahan dan khidmat menuju altar untuk memberikan jawaban pada panggilan hati
yang selama ini mereka jalani dalam proses penempaan diri. Sebuah jawaban yang
tulus dan murni dari nurani terdalam. Tak ragu. Dengan pasti melangkah menuju
pada panggilan yang terus mereka hidupi : menjadi IMAM.
Disaksikan oleh orang tua, saudara-saudari, sanak, dan
keluarga, para rekan sekomunitas, juga para senior, para guru, para pembimbing
rohani, dan seluruh umat beriman yang hadir. Mereka lima pria ini adalah Diakon
Albertus Monang Rianto Sidabutar, Diakon Andreas Subekti, Diakon Joseph Biondi
Mattovano, Diakon Ignasius Harianto, SDB, dan Diakon Marselinus Tanggu, SDB. Lima
pria ini melangkah dalam keyakinan yang teruar auranya pada tiang-tiang kokoh
bangunan Sasana Utama, Taman Mini Indonesia Indah.
Menjadi saksi dari kelimanya adalah kebahagiaan tersendiri. Saya bersyukur karena
boleh menjadi saksi dari peristiwa mulia ini. Saya hadir untuk murid saya, yang
juga anak teman saya, yaitu Diakon Joseph Biondi Mattovano. Kami para gurunya di SMP St. Ursula BSD
memanggilnya Ovan.
Baru kemarin rasanya saya mengajar dia di Bina Iman St.
Monika, BSD. Baru sekian waktu berselang rasanya saya , melihat Ovan sebagai
teman anak perempuan saya (Metta) dengan
anak-anak seangkatan mereka. Melihat mereka kala bertumbuh dari anak-anak,
remaja, hingga mereka mengambil langkah masing-masing pada jalan mereka
sendiri, membuat saya terharu. Betapa waktu begitu cepat berlalu bila
dikenangkan.
Kini saya duduk di deretan kursi belakang menyaksikan alur
peristiwa ini berjalan dalam sebuah rangkaian ritus nan agung. Ada begitu
banyak perjumpaan yang saya alami dengan
pribadi-pribadi yang dengan kehendak-Nya diijinkan untuk menjadi murid
saya. Salah satunya Ovan atau Vano. Wow, sungguh sebuah keajaiban hidup bila
saya renungkan.
Ritus dimulai dengan perarakan masuk mulai dari ceremonarius,
Misdinar pembawa wiruk, Misdinar pembawa salib, Misdinar pembawa lilin/lentera,
Frater pembawa microphone & buku upacara, para Diakon dan orang taunya, pembawa Evangeliarium, para
Asisten Uskup, Selebran lain, dan terakhir Bapak Uskup yang diiringkan oleh
Frater pembawa tongkat dan mitra.
Sampai di kaki altar Uskup dan para petugas liturgyiberlutut.
Uskup melepaskan tongkat lalu mendupai altar, kemudian melepas mitra. Semua
membungkuk ke altar. Salib, evangelarium, mitra, dan tongkat Uskup diletakkan
pada tempatnya. Semua petugas liturgy ke tempatnya masing-masing. Kemudian,
Uskup berdiri di depan kursinya dan membuka perayaan.
Selama perarakan menuju altar, koor mengiringinya dengan lagu
Panggilan Tuhan yang dilanjutkan dengan lagu Aku Abdi Tuhan.
Uskup menyampaikan salam. Lalu Imam Asisten I menyampaikan
pengantar, sementara itu umat duduk. Selanjutnya Uskup melanjutkan denagn doa
tobat.
Ritus berikutnya dilanjutkan pada Tuhan Kasihanilaan, Kemuliaan, dan doa pembukaan.
Setelahnya dilanjutkan dengan Liturgi sabda. Bacaan pertama
kali itu mengambil Kitab Yosua 3: 7-10a. 13-17, bacaan kedua Ibrani 2: 5-18,
serta Injil dari Lukas 1: 39-56.
Tahbisan ini bertepatan dengan peringatan Maria Diangkat ke Surga. Bukan hal yang
kebetulan, bila tema tahbisan ini ada ketersambungan denagn retret agung saya
di Ein Karem (Gereja Visitasi) dalam ziarah ke Tanah Suci pada bulan Juni lalu.
Setelah pembacaan Ijil, mulailah masuk pada Ritus Tahbisan
Imam. Bapak Uskup duduk di kursi depan altar dengan mengenakan mitra. Para
asisten berdiri di kanan dan kiri Uskup.
Mulailah Bapak Uskup memanggil para calon imam. Para calon
imam yang dipanggil denagn nama lengkapnya menjawab: Saya hadir. Calon imam
berdiri dan memberi hormat kepada Uskup. Kemudian calon imam menghampiri orang
tuanya masing-masing untuk memohon restu.
Selanjutnya para orang tua mengantar para puteranya menghadap
Uskup untuk menyerahkannya. Setelah penyerahan, calon imam mengantar orang tua
ke tempat duduknya. Kemudian calon imam berdiri di depan Uskup.
Imam Asisten 1 memnyampaikan permohonan kepada Bapak Uskup
untuk menahbiskan para calon imam untuk tugas pelayanan imamat. Bapak Uskup
menanyakan kelayakan para calon imam untuk ditahbiskan.
Setelah jawaban dari Imam Asisten bahwa para calon imam ini
layak untuk ditahbiskan, maka Bapak Uskup menerima calon imam. Para calon imam memberi hormat kepada bapak
Uskup dan kembali ke tempat duduknya.
Setelah itu Bapak Uskup memberikan homili.
Homili Mgr. Ignatius
Suharyo diawalai dengan ucapan syukur dan ucapan profociat karena para calon
imam berani untuk menuju pada kesempurnaan kasih yaitu menuju jalan imamat.
Jalan iamamat adalah
salah satu jalan yang menuju kesucian. Bapak Uskup berdoa agar para calon imam
bertumbuh dalam imamat dan gembira di dalam pelayanan.
Renungan Bapak Uskup
dimulai dengan pertanyaan mengapa Bunda maria ingin mengunjungi Elizabeth?
Padahal, Maria sendiri dalam keadaan gelisah, bahkan takut. Mengapa Bunda Maria
gelisah dan takut? Karena mendengar salam dari Malaikat Gabriel: Tuhan
menyertai engkau!
Maria gelisah dan takut
menerima salam ini karena ketika Tuhan menyertai artinya Tuhan yang memimpin hidupnya. Artinya
Maria harus menanggalkan rencananya atau kehendaknya sendiri. Tidak bebas untuk
melaksanakan apa yang menjadi kehendak pribadi. Allah yang akan memimpin.
Sama halnya dengan Musa
dan Yosua. Musa mengalami ketakutan saat diminta untuk membawa umat Israel
keluar dari Mesir. Lantas Tuhan bertanya kepada Musa: Bukankah aku menyertai
engkau?
Musa mengikuti
rancangan Tuhan. Musa dikisahkan dalam Perjanjian Lama, ia memimpin umat Israel
menuju Tanah Terjanji. Mengembara di padang gurun. Namun, saat akan masuk ke
Tanah terjanji, justru Tuhan tidak mengijinkannya masuk.
Meski demikian, Musa
tidak mogok, ngambek, patah arang, marah, atau protes. Musa ditampilkan sebagai
pribadi yang mulia dan agung.
Dengan tenang ia
memberikan tongkat kepemimpinannya pada Yosua untuk membawa umat Israel masuk
ke Tanah Terjanji.
Mengapa Musa mempunyai
pribadi yang agung dan semulia itu? Karena Musa tidak lagi melihat berbagai hal
dan peristiwa hidupnya dari ukurannya sendiri. Musa melihat berbagai hal dari
standard kacamata Allah. Ia memandang berbagai peristiwa bukan lagi tentang
diri sendiri melainkan dari kaca mata Allah.
Usai homili, upacara dilanjutkan dengan penyelidikan calon
imam. Bapak Uskup duduk di depan altar. Calon imam berdiri di depan uskup.
Uskup menanyai mereka tentang kesediaan calon imam untuk melaksanakan
tugas-tugas yang dipercayakan kepadanya. Bertanya juga tentang kesediaan
melaksanakan tugas seorang imam dengan cermat dan kerja sama yang setia kepada
Uskup untuk menggembalakan umat Allah di bawah pimpinan Roh Kudus. Kesediaan
yang berikutnya untuk merayakan misteri Yesus Kristus dalam Gereja dengan
hormat dan setia sesuai tradisi Gereja demi kemuliaan Allah dan pengudusan
umat-Nya. Kebersediaan yang keempat adalah mewartakan Sabda Allah dengan cara
yang pantas dan bijaksana dalam memaklumkan Injil dan mengajarkan iman Katolik.
Kebersediaan yang kelima adalah mempersatukan diri makin erat dengan Kristus
Sang Imam Agung dan bersama Yesus menyerahkan diri kepada Allah demi
keselamatan umat manusia.
Setelah penyelidikan, calon imam mengucapkan janji setia.
Calon imam maju, berlutut di depan uskup, meletakkan kedua tangannya ke dalam
tangan Uskup lalu menjawab pertanyaan seputar janji setia untuk menghormati dan
menghormati Uskup dan para penggantinya.
Lantas Uskup berdiri melepas mitra dan mengajak uat berdoa
agar Allah berkenan melimpahkan anugrah Ilahi-Nya kepada para hamba-Nya yang
telah dipilih untuk menerima martabat imamat.
Maka Uskup, Imam asisten, dan Misdinar berlutut menghadap
altar, sedangkan calon imam bertiarap di lantai sebagai ungkapan
ketidakpantasannya. Litani para Kudus pun dikumandangkan oleh solis dandijawab
oleh seluruh umat, calon imam, dan para
imam.
Setelah Litani Para Kudus, Uskup dan Asisten berdiri
menghadap altar. Uskup berdoa agar Allah sudi mendengarkan dan mengabulkan
doa-doa umat-Nya serta menyerahkan para calon imam ke dalam tangan Tuhan untuk
ditahbiskan.
Ritus selanjutnya adalah penumpangan tangan. Ritus ini
merupakan bagian inti Perayaan tahbisan Imam. Bagian ini terdiri dari dua yaitu
penumpangan tangan dan doa oleh Bapak Uskup yang merupakan lambang pencurahan
Roh Kudus yang akan menahbiskan para calon menjadi imam. Bagian kedua dari
ritus ini adalah penumpangan tangan para imam lain yang menandai penerimaan
mereka ke dalam kolegalitas para imam. Para imam yang hadir dalam upacara tersebut
satu persatu menumpangkan tangan mereka.
Selesai penumpangaan tangan, calon imam berdiri di hadapan
Bapak Uskup. Bapak Uskup menanggalkan mitra dan merentangkan tangannya ke atas
calon imam. Semua imam yang hadir mengulurkan tangan kanannya kea rah calon
imam. Keudian Uskup mengucapkan doa tahbisan.
Tibalah kini pada acara pengenaan stola dan penyerahan
kasula. Uskup duduk di depan altar dengan mengenakan mitra. Imam Baru maju dan
berlutut di hadapan Uskup. Sementara itu, Asisten mengubah tataletak stola pada
Imam Baru. Asisten menyerahkan kasula kepada Uskup lalu Uskup menyerahkan
kasula tersebut pada Imam Baru. Para Imam Baru membawa kasula kepada orang tua
yang membantu mengenakannya.
Setelah mengenakan kasula, Imam baru berdiri di hadapan
Uskup. Uskup mengenakan Gramiale dan minyak krisma dibantu oleh Asisten. Imam
Baru menghadap Uskup dan berlutut. Lalu membuka telapak tangan di atas
Gramiele. Uskup pun mengurapi tangan Imam Baru.
Imam Baru dan Uskup mencuci tangan masing-masing. Uskup
dibantu Asisten melepaskan Gramiele.
Setelah mencuci tangan, Imam Baru mendampingi orang tua maju
ke hadapan Uskup, sambil membawa bahan persembahan. Bapak Uskup menerima bahan
persembahan dari orang tua, lalu menyerahkannya kepada Imam Baru. Uskup memeluk Imam baru. Imam baru didampingi
orang tuanya membawa bahan persembahan dan meletakkannya di meja altar. Lalu
Imam baru mengantarkan orang taunya kembali ke tempat duduknya. Sementara itu,
dengan dibantu asisten, Imam Baru mempersiapkan altar. Para petugas persembahan
mengambil persembahan lainnya dan dihantar ke depan altar. Di depan altar
disambut Imam baru dan para Asisten.
Kini tibalah ritus memasuki Liturgi Ekaristi. Imam Baru
mempersilakan Uskup memimpin Ekaristi. Para Imam Baru berdiri di atara Uskup
dan para Asisten. Maka Ekaristi pun digelar sesuai urutan pada umumnya.
Pada saat pembagian Hosti, Imam baru menerimakan komuni
kepada orang tuanya dan sanak-keluarga. Lalu juga membagikannya kepada umat
lainnya. Sesudah menerimakan Komuni, dengan dibantu Ceremonarius, Imam baru
membereskan altar. Lalu Imam Baru mempersilakan Uskup dan Asistenya untuk
berdiri di belakang altar.
Ritus penutup pun mulai. Uskup mengenakan mitra. Sambil
merentangkan tangannya, Uskup menyampaikan Berkat Allah. Sambil memegang tongkat
kegembalaannya, Uskup mengakhiri penampaian Berkat Allah.
Uskup dan para Asisten duduk. Maka dimulailah
sambutan-sambutan : dari Ketua Panitia tahbisan, wakil orang tua Imam baru,
Pastor Kepala Paroko Lubang Biaya, dan sambutan dari wakil Imam Baru ( Romo Andreas Subekti).
Setelah sambutan, untuk pertama kalinya Imam baru
menyampaikan Berkat Allah. Selanjutnya disampaikan perutusan bagi para iam
baru.
Seluruh umat menyanyikan lagu penutup. Uskup, Asisten, Imam
baru, Imam konselebran maju ke depan altar. Lalu pengambilan gambar. Maka semua
petugas liturgy turun dari panti imam dan meninggalkan ruangan. Berakhirlah
rangkaian acara pentahbisan imam KAJ 2019.
Kini telah lahir 5
Imam baru bagi Gereja KAJ dan Gereja semesta yaitu:
Romo Albertus Monang
Rianto Sidabutar,PR
Romo Andreas
Subekti, PR
Romo Joseph Biondi
Mattovano, PR
Romo Ignasius
Harianto, SDB,
Romo Marselinus
Tanggu, SDB.
Proficiat, crescat et floreat – Terslah maju, bertumbuh dan berkembang!
(Ch. Enung Martina)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar