Gulungan
Kitab di Gua Qumran
Qumran adalah salah satu wadi,
atau dasar sungai, di pesisir barat daya Laut Mati. Di dekatnya, ada reruntuhan
sebuah permukiman kuno orang Yahudi, yang menjadi terkenal karena Gulungan Laut
Mati yang ditemukan di sana.
Tempat ini sekarang disebut
Khirbet Qumran. Letaknya 13 km di sebelah selatan Yerikho. Pada 1947, gulungan
pertama yang termasuk Gulungan Laut Mati ditemukan dalam gua-gua di daerah itu.
Tampaknya, gulungan itu ditaruh di sana oleh penduduk Qumran abad pertama, yang
menurut para pakar adalah sekte Yahudi yang disebut kaum Eseni. Mereka
menyembunyikan dokumen penting mereka di gua-gua itu sebelum melarikan diri
dari serbuan orang Romawi pada 68 M. Orang Romawi menghancurkan permukiman ini
dan kelihatannya Romawi menempatkan sepasukan tentara di sana sampai sekitar
tahun 73 M.
Gua-gua Qumran (bahasa
Inggris: Qumran Caves) adalah
serangkaian gua, ada yang alami, ada yang dibuat manusia, di sekitar situs
arkeologi Qumran di gurun Yudea, Tepi Barat, Palestina. Di dalam gua-gua ini
ditemukan Naskah-naskah Laut Mati. Bukit-bukit limestone di atas Qumran mempunyai banyak gua yang telah digunakan
sejak berabad-abad. Gua-gua buatan yang
berkaitan dengan periode pemukiman di Qumran digali hingga ke dalam.
Pad awal tahun 1947, seorang
anak muda Bedouin dari suku Ta'amireh, bernama Muhammid Ahmed el-Hamed
dipanggil edh-Dhib ("serigala"), menemukan sebuah gua ketika mencari
hewan gembalaannya yang hilang. Ia masuk ke dalam gua pertama yang menemukan gulungan-gulungan
berusia 2000 tahunan. Orang-orang Ta'amireh mendatangi gua itu dan membawa
gulungan-gulungan ke perkemahan mereka. Gulungan-gulungan itu ditunjukkan
kepada Mar Samuel di Monastery of Saint Mark pada bulan April 1947, dan penemuan Naskah Laut Mati kemudian
diumumkan. Lokasi gua itu tidak diumumkan sampai 18 bulan kemudian, tetapi
akhirnya penelitian bersama pada gua itu dilakukan di bawah pimpinan Roland de
Vaux dan Gerald Lankester Harding.
Sumber lain mengatakan bahwa
penemuan awal tersebut, oleh Muhammed edh-Dhib (seorang gembala Badawi),
sepupunya Jum'a Muhammed, dan Khalil Musa, terjadi antara bulan November 1946
dan Februari 1947. Para gembala tersebut berteduh di tempat itu, seraya
mendapati guci-guci tua di sana, dan perkiraan mereka, guci itu berisi emas.
Alih-alih mendapati emas, malah mereka menemukan tujuh gulungan naskah yang
tersimpan dalam guci-guci di sebuah gua dekat dengan apa yang sekarang dikenal
sebagai situs Qumran, dengan bahasa yang tidak mereka kenali.
Naskah Gua-gua Qumran sering
disebut naskah Laut Mati, adalah suatu
kumpulan sekitar 981 naskah berbeda yang ditemukan antara tahun 1946 dan 1956
dalam 11 gua di sekitar pemukiman kuno di Khirbet Qumran di Tepi Barat. Gua-gua
tersebut terletak sekitar 2 kilometer ke pedalaman dari sebelah barat laut
pantai Laut Mati, tempat asal naskah-naskah tersebut memperoleh namanya.
Ada banyak perdebatan
mengenai asal usul Gulungan Naskah Laut Mati. Teori yang dominan menyatakan
bahwa naskah-naskah tersebut merupakan buatan suatu sekte Yahudi yang tinggal
dekat Qumran yang disebut kaum Eseni. Namun, teori ini ditentang oleh beberapa
akademisi modern.
Pandangan di kalangan
akademisi, yang mana hampir secara universal dipegang hingga tahun 1990-an,
adalah hipotesis "Qumran–Eseni" yang awalnya dikemukakan oleh Roland
de Vaux dan Józef Milik,. Secara independen baik Eleazar Sukenik maupun Butrus
Sowmy dari Biara St. Markus telah mengaitkan naskah-naskah tersebut dengan kaum
Eseni sebelum diadakan penggalian di Qumran. Teori Qumran–Eseni menyatakan
bahwa naskah-naskah tersebut ditulis oleh kaum Eseni, atau oleh kelompok
sektarian Yahudi lainnya, yang menetap di Khirbet Qumran. Mereka menyusun
naskah-naskah ini dan kemudian menyembunyikannya dalam gua-gua di dekat
kediaman mereka selama Pemberontakan Yahudi, pada suatu waktu antara tahun 66
dan 68 M. Situs Qumran itu kemudian dihancurkan dan naskah-naskah tersebut
tidak pernah ditemukan. Sejumlah argumen digunakan untuk mendukung teori ini.
Flavius Yosefus –seorang
sejarawan Yahudi Romawi dari Periode Bait Allah Kedua, menyebut kaum Eseni
saling berbagi harta milik di antara anggota-anggota komunitas tersebut,
seperti ada aturan komunitas. Plinius Tua (seorang penulis geograf setelah jatuhnya
Yerusalem tahun 70M) mendeskripsikan ada sekelompok Eseni yang tinggal dalam
suatu komunitas padang gurun di pantai barat laut dari Laut Mati dekat
reruntuhan kota Ein Gedi.
Bukti yang ditemukan di
situs penggalian di Qumran adalah ditemukannya dua tempat tinta dan elemen
tempelan yang dianggap sebagai meja, sehingga menjadi bukti bahwa beberapa
tulisan dilakukan di sana. Tempat-tempat tinta lainnya ditemukan juga di
dekatnya. Roland de Vaux menyebut area ini "skriptorium" berdasarkan
penemuan tersebut. Beberapa tempat mandi ritual Yahudi (bahasa Ibrani: miqvah =
מקוה) ditemukan di Qumran, sehingga menjadi bukti adanya kehadiran kaum Yahudi
yang taat di situs tersebut.
John C. Trever menyusun
kembali kisah gulungan-gulungan naskah tersebut dari beberapa wawancara dengan
kaum Badawi itu. Sepupu Edh-Dhib melihat gua-gua tersebut, tetapi edh-Dhib
sendiri yang pertama kali masuk ke dalam salah satu gua itu. Ia mengambil
segelintir gulungan naskah, yang kemudian diidentifikasi oleh Trever sebagai
Gulungan Kitab Yesaya, Naskah Kitab
Habakuk, dan Aturan Komunitas, dan membawanya kembali ke perkemahan untuk
ditunjukkan kepada keluarganya. Tidak ada satu gulungan naskah pun yang hancur
dalam proses ini.
Orang-orang Badawi itu
menggantung gulungan-gulungan tersebut pada sebuah tiang tenda sambil mencari
tahu apa yang harus diperbuat dengannya, dan secara berkala membawanya keluar
untuk ditunjukkan kepada orang lain.
Gulungan-gulungan tersebut
pertama-tama dibawa ke seorang pedagang bernama Ibrahim 'Ijha di Betlehem.
'Ijha mengembalikannya sambil mengatakan bahwa gulungan-gulungan tersebut tidak
berharga, setelah memperingatkan mereka bahwa temuan tersebut mungkin hasil
curian dari sebuah sinagoge. Tanpa gentar, orang Badawi itu pergi ke suatu
pasar di dekatnya, di mana seorang Kristen Suriah menawarkan diri untuk
membelinya. Seorang syekh lalu bergabung dalam percakapan mereka dan
menyarankan agar mereka membawa gulungan-gulungan tesebut ke Khalil Eskander
Shahin, "Kando", seorang tukang sepatu dan pedagang barang antik
paruh waktu. Para pedagang dan orang Badawi itu kembali ke situs penemuan,
meninggalkan satu gulungan pada Kando dan menjual tiga lainnya ke seorang
pedagang dengan harga £ 7 (setara dengan $ 29 pada tahun 2003, atau $ 37 pada
2014). Gulungan-gulungan naskah asli tersebut terus berpindah tangan setelah orang
Badawi itu melepas kepemilikannya ke pihak ketiga sampai suatu transaksi
penjualan dapat terlaksana.
Pada tahun 1947 ketujuh
gulungan naskah asli tersebut menarik perhatian Dr. John C. Trever, dari American Schools of Oriental Research
(ASOR), yang membandingkan naskah dalam gulungan-gulungan tersebut dengan
Papirus Nash, naskah biblika tertua yang diketahui, dan menemukan kesamaan di
antara keduanya. Perang Arab-Israel 1948 mendorong dipindahkannya beberapa
gulungan ke Beirut, Lebanon, pada bulan Maret 1948 untuk alasan keamanan. Pada
11 April 1948, Millar Burrows, ketua ASOR, mengumumkan penemuan
gulungan-gulungan naskah tersebut dalam sebuah siaran pers umum.
Penemuan kembali apa yang
dikenal sebagai "Gua 1" di Qumran mendorong penggalian awal situs
tersebut dari 15 Februari sampai 5 Maret 1949 oleh Dinas Antikuitas Yordania
yang dipimpin Gerald Lankester Harding dan Roland de Vaux. Gua 1 juga
menghasilkan penemuan tambahan fragmen-fragmen Gulungan Naskah Laut Mati, kain
linen, guci-guci, dan artefak lainnya.
Meningkatnya nilai ekonomis
dari gulungan-gulungan naskah tersebut, seiring dengan arti pentingnya secara
historis yang semakin dibuka ke publik, para arkeolog ASOR dan orang Badawi
mempercepat pencarian atas gulungan-gulungan tersebut secara terpisah di area
umum yang sama di Qumran, yang mana jaraknya lebih dari 1 kilometer. Antara
tahun 1953 dan 1956, Roland de Vaux memimpin 4 ekspedisi arkeologi tambahan di
area tersebut untuk menemukan gulungan-gulungan dan artefak-artefak. Gua
terakhir, Gua 11, ditemukan pada tahun 1956 dan menghasilkan temuan
fragmen-fragmen terakhir di sekitar Qumran.
Ada 11 gua yang ditemukan
berisi gulungan-gulungan naskah kuno dan fragmen-fragmen. Sebanyak 972 naskah
yang ditemukan di Qumran terbagi dalam dua format yang berbeda: berupa gulungan
dan berupa fragmen dari teks dan gulungan sebelumnya. Dalam gua keempat,
fragmen-fragmen yang ditemukan mencapai 15.000 potongan. Fragmen-fragmen kecil
ini menjadi sedikit masalah bagi para akademisi karena sangat rapuh. G.L.
Harding, direktur Dinas Antikuitas Yordania, mengawali pekerjaan menyatukan
kembali semua fragmen tersebut dan setelah empat puluh tahun ia masih belum
juga menyelesaikannya.
Penerbitan gulungan-gulungan
tersebut membutuhkan waktu beberapa dasawarsa, dan berbagai penundaan telah
menjadi sumber kontroversi akademik. Gulungan-gulungan tersebut berada dalam kendali
sekelompok kecil akademisi yang dipimpin oleh John Strugnell, sedangkan
sebagian besar akademisi tidak memiliki akses atasnya dan bahkan atas foto-foto
teks tersebut. Para akademisi seperti Hershel Shanks, Norman Golb, dan banyak
lainnya berargumen selama puluhan tahun demi penerbitan teks-teks tersebut agar
tersedia bagi para peneliti. Kontroversi ini berakhir tahun 1991, ketika
Perhimpunan Arkeologi Biblika dapat menerbitkan "Edisi Reproduksi dari
Naskah Laut Mati", setelah suatu campur tangan dari pemerintah Israel dan
Otorita Antikuitas Israel (IAA). Pada tahun 1991 Emanuel Tov ditunjuk sebagai
ketua Yayasan Naskah Laut Mati, dan disusul dengan penerbitan gulungan-gulungan
naskah tersebut pada tahun yang sama.
Emanuel Tov adalah pemimpin
redaksi dari Proyek Penerbitan Naskah Laut Mati, dan karenannya bertanggung
jawab atas penerbitan 32 jilid serial "Penemuan di Gurun Yudea". Ia
juga menerbitkan edisi cetak 6 jilid yang sebagian besar darinya adalah Naskah
Laut Mati nonbiblika dan membuatnya tersedia secara elektronik pada CD dalam
suatu koleksi berjudul "Pembaca Naskah Laut Mati".
Hampir keseluruhan teks nonbiblika
dari Naskah Laut Mati dirilis dalam media CD-ROM oleh penerbit E.J. Brill pada
tahun 2005. Publikasi yang terdiri dari 6 jilid dengan total 2.400 halaman
tersebut dirangkai oleh suatu tim editorial yang dipimpin oleh Donald W. Parry
dan Emanuel Tov. Berbeda dengan terjemahan teks dalam penerbitan fisik,
Penemuan di Gurun Yudea, teks-teks tersebut diurutkan menurut genre yang
mencakup hukum agama, teks parabiblika, teks kebijaksanaan dan penanggalan,
karya liturgi, dan puisi.
Sebelum penemuan
Gulungan-gulungan Naskah Laut Mati, naskah-naskah Alkitab tertua dalam bahasa
Ibrani adalah Teks Masoret yang berasal dari abad ke-10 M, misalnya Kodeks
Aleppo.Saat ini naskah-naskah tertua yang diketahui dari Teks Masoret berasal
dari sekitar abad ke-9. Naskah-naskah biblika yang ditemukan di antara berbagai
Gulungan Naskah Laut Mati mendorong waktu tersebut kembali seribu tahun, yaitu
abad ke-2 SM.
Menurut The Oxford Companion to Archaeology: Naskah-naskah biblika dari
Qumran, yang meliputi setidaknya fragmen-fragmen dari setiap kitab Perjanjian
Lama, kecuali mungkin Kitab Ester, memberikan persilangan tradisi kitab suci
yang jauh lebih tua daripada yang tersedia bagi para akademisi sebelumnya.
Meskipun beberapa naskah biblika Qumran hampir sama dengan teks Ibrani
Masoretik, atau tradisional, dari Perjanjian Lama, beberapa naskah dari
kitab-kitab Keluaran dan Samuel yang ditemukan di Gua 4 menunjukkan perbedaan
yang dramatis baik dalam hal bahasa maupun konten. Dalam rentang varian
tekstualnya yang menakjubkan, temuan-temuan biblika Qumran telah mendorong para
akademisi untuk mempertimbangkan kembali teori-teori yang dahulu diterima
mengenai perkembangan teks biblika modern dari hanya 3 kelompok naskah: dari
teks Masoretik, dari sumber asli bahasa Ibrani Septuaginta asli Ibrani, dan
dari Pentateukh Samaria.
Ada 225 teks biblika yang
tercakup dalam dokumen-dokumen Naskah Laut Mati, atau sekitar 22% dari keseluruhan,
dan menjadi 235 teks dengan menyertakan kitab-kitab deuterokanonika.Gulungan-gulungan
Naskah Laut Mati mencakup semua kitab-kitab Tanakh (selain Kitab Ester) dari
Alkitab Ibrani dan protokanon Perjanjian Lama; termasuk juga 4 kitab
deuterokanonika yang terdapat dalam Alkitab Katolik dan Ortodoks Timur: Tobit,
Ben Sira, Barukh 6 (juga dikenal sebagai Surat Nabi Yeremia), dan Mazmur 151.
Kitab Ester masih belum ditemukan dan para akademisi percaya bahwa Ester
dihilangkan karena, sebagai seorang Yahudi, pernikahannya dengan seorang raja
Persia mungkin dipandang rendah oleh para penghuni Qumran, atau karena kitab
ini menuliskan festival Purim yang mana tidak termasuk dalam kalender Qumran. Di
bawah ini adalah daftar kitab-kitab, beserta deuterokanonika, dari Alkitab yang
paling banyak direpresentasikan yang ditemukan di antara gulungan-gulungan
Naskah Laut Mati, termasuk jumlah teks Laut Mati yang dapat diterjemahkan dan
mewakili suatu salinan kitab suci dari setiap kitab biblika.
Hampir semua koleksi Naskah
Laut Mati saat ini berada di bawah kepemilikan pemerintah negara Israel, dan
ditempatkan di dalam Shrine of the Book
di lapangan Museum Israel. Kepemilikan ini dipertentangkan baik oleh otoritas
Palestina maupun Yordania. (Ch. Enung
Martina: disarikan dari sumber Wikipedia.id dengan penyuntingan seperlunya).
(Ch. Enung Martina:
Teriring ucapan terima kasih tak terhingga kepada : Sr. Francesco Maryanti,OSU
yang menjadi jalan semua ini teralami, Romo Hendra Suteja, SJ pembimbing rohani
yang kepada beliau kebijaksanaan diberikan Tuhan, kepada Romo Sugeng yang
mempunyai talenta untuk menghibur, kepada Mas Edi dan Mas Engki yang tak lelah melayani, kepada seluruh tour guide, crew di bis, dan
seluruh peserta ziarah dari Keluarga Besar Santa Ursula BSD.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar