St. Peter Gallicantu
Kata Gallicantu berasal dari Bahasa Yunani yang artinya “kokok
ayam”. Sehingga St. Peter Gallicantu mendekatkan pada peristiwa kisah dalam Al
Kitab saat St. Petrus menyangkal Yesus. Pada penyangkalannya yang ketiga,
terdengar kokok ayam jantan. Gereja ini sering pula disebut Gereja Ayam Berkokok.
Gereja St. Peter Gallicantu
adalah salah satu diantara Gereja-gereja di Holyland yang mengandung kisah
tersendiri. Gereja ini dulunya merupakan Istana Imam Besar Kayafas dan juga
dikenal karena merupakan tempat peristiwa Petrus menyangkal Yesus.
Setelah peristiwa
penangkapan yang dramatis diselingi peristiwa putusnya telinga Malkhus, hamba
Imam Besar karena tebasan pedang Simon Petrus (Yoh. 18:10)– di taman Getsemani,
Yesus dibawa kepada Hanas, mertua Imam Besar Kayafas. Setelah itu barulah Yesus
dibawa ke rumah Imam Besar Kayafas dengan keadaan terbelenggu untuk diadili
dengan pengadilan yang telah direkayasa para pemimpin agama.
Pada saat itulah terjadi
peristiwa yang begitu menyesakkan. Petrus menyangkal bahwa ia mengenal Yesus.
Padahal belum lama berselang, ia menyatakan tekadnya untuk membela Yesus (Mat.
26:33, Mrk. 14:29). Tidak heran penyangkalan ini membuatnya menangis dengan
sedih.
Jauh sebelumnya Yesus telah
memperingatkan murid-muridNya di bukit Zaitun mengenai rencana penangkapan-Nya.
Demikian hebatnya peristiwa itu sehingga Yesus menggunakan kalimat, “Malam ini
kamu semua tergoncang imannya karena Aku.” Tentu saja para murid kaget termasuk
Petrus. Serta-merta murid Yesus yang temperamental ini menimpali, “Sekalipun
mereka semua tergoncang iman-Nya karena Engkau, aku sekali-kali tidak.” Sungguh
gagah perkasa perkataan itu. Entah lahir dari hati nurani yang murni atau emosi
belaka, sang murid mencoba meyakinkan gurunya bahwa apapun yang terjadi, bahkan
sekalipun taruhannya nyawa, dirinya tidak akan tergoncang dan tidak akan
meninggalkan gurunya. Seakan menyampaikan pesan profetik, Yesus mengatakan
kepada Petrus, bahwa, “Malam ini sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal
Aku tiga kali.”
Setelah dikhianati dan
ditangkap di Taman Getsemani, Yesus di bawa ke istana Imam Besar Kayafas.
Disitulah Dia tinggal sisa malam itu dan di situ pulalah Dia diadili untuk
pertama kalinya (Matius 26,57-63 ; Markus 14,53-65 ; Lukas 22,63-71 ; Yohanes
18,12-14). Berdasarkan hasil penggalian arkeologis & cerita tradisi
tersebut di atas, yaitu bahwa gereja itu berdiri di tempat di mana dulu istana
Kayafas berdiri, dapat dipastikan kebenarannya.
Maka tidak heran, di puncak
atap kubah gereja ini, dipasang patung ayam jantan yang melambangkan peristiwa
tersebut. Petrus pada akhirnya menyangkal sang guru ketika orang-orang yang
berkerumun di tempat itu mengenalinya sebagai salah seorang pengikut-Nya. Takut
ikut ditangkap dan dihukum, keluarlah perkataan penyangkalan dari mulut Petrus,
“Aku tidak mengenal orang itu.” Tiga kali maksud itu diutarakan pada orang yang
berbeda menjelang pagi waktu setempat. Ayam jantan berkokok ! Sesaat setelah
menyadari suara kokok ayam jantan itu, Petrus sadar bahwa apa yang dikatakan
gurunya, tidak meleset.
Ayam jantan itu bukan
sekedar patung hiasan demi mengenang penyangkalan Petrus semata. Patung itu
adalah momumen yang mengingatkan setiap gerenasi di dalam kekristenan bahwa di manapun
dan kapanpun seseorang diperhadapkan pada kepentingan dan keegoisan, atau
keselamatan dirinya, takbiat Petrus akan terulang di dalam diri seseorang.
Penyangkalan adalah sebuah usaha dengan sengaja mengingkari kebenaran demi
menyelamatkan diri dan kepentingan pribadi. Usaha ini tentu saja menyudutkan
atau mengorbankan orang lain dan membiarkannya menanggung sendiri hukuman yang
ada.
Gereja ini letaknya di
sebelah timur lereng Gunung Zion, di luar kota lama Yerusalem. Gereja ayam
berkokok ini dibangun pada zaman Bizantium sekitar tahun 457 SM. Seperti pada
umumnya, Gereja di tanah suci (Holyland) memiliki identitas khas di pintu dan
atapnya. Di pintu gerbang masuk gereja St. Peter Gallicantu tertulis Ecclesia Catholica Sancti Petri in
Gallicantu. Di bagian puncak atap kubahnya ada salib yang di atasnya
dipasang patung ayam jantan.
Kedua ciri itu menegaskan
bahwa tempat tersebut berkaitan dengan Petrus, seorang murid Yesus, yang pernah
tiga kali menyangkal gurunya, demi menyelematkan dirinya sendiri. Gereja itu
diyakini sebagai bekas rumah Kayafas yang ditandai dengan sejumlah bukti
arkeologis berupa kamar bawah tanah tempat tahanan, lapangan, satu set takaran
Ibrani yang hampir lengkap, kamar tidur para budak dan di atasnya sisa sisa
bangunan bangunan gereja Byzantine. Di kiri bangunan itu juga ditemukan tangga
kuno dari batu yang diyakini seumur dengan masa Kristus melayani di dunia.
Sebagaimana kesaksian Alkitab, di tempat itulah, Yesus pertama kali dihakimi.
Setelah sempat hancur karena
invasi pasukan Islam pada tahun 1010, Gereja Ayam Berkokok ini direnovasi oleh
para Ksatria Perang Salib pada tahun 1102. Namun sayang, bangunan ini kembali
hancur pada tahun 1320, dan baru pada tahun 1931 para Biarawan Asumsion
membangun ulang tempat ini.
Dari gereja ayam berkokok
ini para peziarah dapat melihat seluruh Lembah Kidron, Kota Daud, dan Siloam.
Di halaman gereja terdapat sebuah patung yang menggambarkan peristiwa
penyangkalan Petrus dengan sebuah prasasti yang berisi kutipan dari Lukas
22:57, “But he denied him, saying:
‘Woman, I know Him not.’” Tak jauh dari situ terdapat dua mozaik dari zaman
Bizantium yang ditemukan saat dilakukan penggalian oleh para arkeolog.
Di halaman Gereja terdapat
patung Petrus dengan prajurit Romawi dan wanita. Ada tulisan "Non Novi Illum" yang berarti
"saya tidak kenal dia". Diyakini di tempat inilah Petrus pernah
menyangkal Yesus 3 kali sebelum ayam berkokok.
Sebelum memasuki gedung, kita akan
mendapati gambar mozaik Yesus yang sedang diinterogasi di Istana Kayafas. Di
sebelah kanannya ada mozaik Perjamuan Makan Malam Terakhir (The Last Supper), dan mozaik Petrus
dalam pakaian Paus kuno di sebelah kirinya.
Yang paling mengesankan adalah hiasan di
langit-langit ruangan yang didominasi sebuah salib besar berbentuk jendela
dirancang dalam berbagai warna. Ini tidaklah mengherankan, sebab bangunan ini
menggabungkan beberapa macam model struktur sehingga menghasilkan kombinasi
yang unik.
Di sebelah gereja terdapat
tangga batu (holy stairs) yang telah
berumur lebih dari 2.000 tahun. Jalur tangga ini mengarah ke lembah Kidron. Karena
Istana Kayafas terletak di dalam tembok kota, sangat mungkin bahwa Yesus telah
berjalan di atas tangga batu itu dalam perjalanan menuju kediaman Kayafas. Jalanan
tangga batu pada saat ziarah saya yang pertama masih boleh dipakai jalan.
Namun, kini ditutup. Hal ini bertujuan untuk mememlihara situs berharga
ini.
Pada bagian bawah Gereja Ayam
Berkokok ini terdapat sebuah ruang bawah tanah yang menurut tradisi adalah
penjara Yesus selama satu malam dimana Yesus dipenjarakan sementara untuk
dibawa ke Mahkamah Agama esok harinya dengan cara dimasukkan melalui lubang
sempit menggunakan tali. Para peziarah biasanya melakukan doa dan pujian pada
ruangan bawah tanah ini.
Ruang bawah tanah dipercaya sebagai ruang di mana Yesus ditahan
sebelum diadili. Ruang tersebut ramai dikunjungi, dan sering dipakai untuk doa
bersama oleh para peziarah. Terasa sangat sakral dan ada keheningan bawah tanah
yang terasa di ruangan itu.
St. Peter Gallicantu
merupakan bangunan gereja yang menyimpan tradisi tentang awal penderitaan Yesus
seperti pada kisah Injil. Ruang bawah tanah ini menurut tradisi
merupakan tempat Yesus menunggu ketika
para dewan agung bersidang. Tempat itu dulu adalah semacam tempat penampungan
air atau seperti sumur kering. Saya pribadi membayangkan kegelapan, kedinginan,
perasaan kesepian, ketakutan, dan perasaan sedih Yesus yang ditahan sendiri manakala murid-muridNya
kabur entah ke mana. Ruangan bawah tanah
ini suasananya sungguh membuat kita menjadi sangat terharu. Sungguh suatu
pengalaman sangat berkesan untuk mengenangkan penderitaan fisik dan batin Yesus
sebelum dihukum mati.
Di sini banyak petunjuk yang
menunjukkan keaslian tempat ini sebagai
situs rumah Kayafas. Jalan tangga batu yang tadi disebutkan di atas merupakan salah satu jalan penghubung dari
Lembah Kidron menuju Kota Lama, Yerusalem. Lembah Kidron sendiri merupakan
lembah yang menghubungkan dengan Taman Getseani dan Bukit Zaitun. Jalur perjalanan ini merupakan alur kisah Minggu Palem yang Yesus
alami pada hari sebelum Ia ditangkap di
Taman Getsemani. Dari Getsemani ia dibawa ke Rumah Imam Kayafas. Ya bila
membaca kisah Injil jalan yang dilalui untuk ke rumah Kayafas ya ke jalan
tanjakan berbatu di samping gereja ini.
Pintu masuk gereja ini diapit
oleh pintu-pintu besi tempa yang dilapisi dengan relief-relief dasar
alkitabiah. Di sebelah kanan adalah dua mosaik era Bizantium yang ditemukan
selama penggalian, ini kemungkinan besar adalah bagian dari lantai kuil abad
ke-5. Tempat kudus utama berisi mosaik-mosaik besar berwarna-warni yang
menggambarkan angka-angka dari Perjanjian Baru.
Di tempat ini fitur yang paling mencolok dari interior
adalah langit-langit, yang didominasi oleh jendela berbentuk salib besar yang
dirancang dalam berbagai warna. Keempat belas Stasi Salib juga melapisi dinding
dan ditandai dengan salib sederhana.
Banyak orang meyakini bahwa
legenda adalah soal kemenangan. Di dunia ini, manusia berlomba menjadi legenda
dengan menjadi nomor satu dalam banyak hal. Mulai dari seni, olah raga, politik
dan hal-hal material lainnya. Tetapi sejatinya, Yesus menjadi legenda bukan
mengejar kemenangan. Hal yang lebih esensi di dalam pengorbanan-Nya di atas
salib adalah berjuang menegakkan kebenaran sekalipun menghadapi resiko
terbesar, kehilangan nyawanya. Dia memberikan nyawanya bukan untuk menyakiti
atau mengorbankan nyawa orang lain. Perjuangan yang dilakukan bukan dengan
jalur kekerasan. Juga bukan dengan menyandera orang lain, membajak pesawat atau
mengangkat senjata.
Yesus berjuang dengan kasih
dan karena kasih. Itulah sebabnya gereja St. Peter Gallicantu menjadi ingatan
bagi kita di generasi sekarang bahwa ada kasih terbesar yang pernah dinyatakan
di tempat itu, yang berbeda dengan cara-cara dunia atau yang akhir-akhir ini
kita lihat dari orang-orang yang memperjuangkan keyakinannya dengan radikal.
Yesus dan perjuanganNya termasuk radikal tetapi di sudut yang berlawanan. Dia
melakukannya dengan kasih ! Seharusnya, perjuangan radikal kasih yang mewarnai kehidupan kita ini di bumi agar tercipta
damai sejahtera.
( Sumber: www.seetheholyland.net. insighttour.id, www.efrattour.com,
Wikipedia.org)
(Ch.
Enung Martina: Teriring ucapan terima kasih tak terhingga kepada : Sr.
Francesco Maryanti,OSU yang menjadi jalan semua ini teralami, Romo Hendra
Suteja, SJ pembimbing rohani yang kepada beliau kebijaksanaan diberikan Tuhan,
kepada Romo Sugeng yang mempunyai talenta untuk menghibur, kepada Mas Edi dan
Mas Engki yang tak lelah melayani,
kepada seluruh tour guide, crew di bis, dan seluruh peserta ziarah dari
Keluarga besar Santa Ursula BSD.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar