VIA DOLOROSA
Via Dolorosa (bahasa
Latin untuk "Jalan Kesengsaraan" atau "Jalan Penderitaan";
bahasa Inggris: "Way of Grief," "Way of Sorrow," "Way
of Suffering" atau "Painful Way"; bahasa Ibrani: ויה דולורוזה ; bahasa Arab: طريق الآلام (tariq alalam) adalah
sebuah jalan di Kota Yerusalem Kuno. Jalan ini diyakini adalah jalan yang
dilalui Yesus sambil memanggul salib menuju Kalvari.
Jalur yang
berkelok-kelok dari benteng Antonia ke arah barat menuju Gereja Makam Kudus
berjarak sekitar 600 meter (2000 kaki) menjadi tujuan utama para peziarah.
Jalur yang sekarang ini ditetapkan sejak abad ke-18, menggantikan berbagai
versi sebelumnya. Sekarang jalan ini ditandai dengan 9 titik salib dengan lima
titik salib terakhir berada di dalam Gereja Makam Kudus, sehingga seluruhnya
adalah 14 titik salib sejak abad ke-15.
Perjalanan ziarah
dengan cara menelusuri Via Dolorosa sudah dimulai sejak kekristenan awal dan
mencapai arti pentingnya pada pertengahan abad ke 4 sewaktu Kaisar Constantine
menjadikan agama Kristen sebagai agama negara.
Situs ini merupakan salah
satu puncak ziarah bagi umat Katolik di Holy Land, Yerussalem, Israel, dengan mengikuti
jalan Salib di Via Dolorosa untuk mengenang Jalan Penderitaan Yesus. Perjalanan
dilanjutkan melalui gerbang rangkap tiga Romawi. Jalan kuno ini dulu dilalui
Yesus sambil membawa salib setelah dijatuhi hukuman mati oleh Pontius Pilatus.
Hampir setiap hari jalan ini selalu didatangi umat Katolik dari berbagai
penjuru dunia. Pasalnya, jika tidak berjalan melalui Via Dolorosa ini, para
peziarah kurang merasa afdol berkunjung ke Tanah Suci.
Para peziarah berjalan
di antara lorong-lorong pertokoan dan kios-kios yang menjual sejumlah cindera
mata khas bagi para peziarah. Juga barang kelontong, buah-buahan, bumbu, aneka
baju, dan barang kebutuhan hidup sehari-hari. Aroma khas Timur Tengah sangat
terasa. Via Dolorosa memang jalan yang padat dan super sibuk karena berada di
dalam wilayah pasar orang-orang Arab Palestina yang bercampur aduk dengan para
peziarah dari berbagai bangsa dari seluruh belahan dunia.
Via Dolorosa memiliki
makna yang mendalam di hati umat Kristen karena “jalan” yang dianggap paling
hina itu harus ditempuh oleh Tuhan Yesus demi menyelamatkan umat manusia dari
kuasa dosa. Sungguh sebuah pengorbanan yang tak ternilai harganya. Demi
cintanya akan manusia, Tuhan rela mengorbankan nyawa-Nya. Namun, oleh
bilur-bilur-Nya, manusia beroleh pengampunan dan pembebasan dari hukuman maut.
Ingatan saya terbawa ke
peristiwa ribuan tahun silam. Di tempat saya berdiri adalah bekas Praetorium,
markas besar tentara di zaman Romawi yang persis berada di sebelah istana
Pontius Pilatus, pemimpin para tentara itu. Ratusan orang berkerumun untuk
menyaksikan penghukuman kepada Anak Manusia.
Saya mencoba membayangkan suasana ribuan tahun silam itu. Pasti banyak
orang-orang berjubah yang selama ini terlihat mengajar di Sinagoge (rumah
ibadah orang Yahudi). Mereka ada di barisan depan. Tentara Romawi berdiri
dengan garangnya mencoba mengatur massa yang makin banyak dan berteriak-teriak.
Berdesak-desakan ke depan. Tepat di tempat kami semua, para peziarah, keluarga besar St.
Ursula BSD sedang berdiri.
Saya sekarang ada di
sini. Di sebuah ujung jalan yang disebut Via Dolorosa. Memulai satu perjalanan
iman, napak tilas di jalan yang pernah dilalui Yesus menuju Golgota. Ikut
memanggul salib secara bergantian. Mencoba merasakan penderitaan seperti apa
yang pernah dialami Yesu sehingga nama jalan itu akhirnya diberi nama Jalan
Penderitaan. Namun, yang kami alami dan rasakan taka da setitik debu pun jika disbanding
dengan Jalan Penderitaan yang harus dilewati-Nya.
Pengadilan Pilatus
berakhir dengan kesimpulan tidak ditemukan sedikitpun kesalahan Yesus Kristus.
Bahkan istri Platus mendesaknya karena bermimpi tentang Yesus Kristus adalah
Orang Benar (Matius 27:19). Namun Israel bangsa pilihan, bermufakat jahat
antara imam yang seharusnya suci dengan umat yang seharusnya dibimbing ke jalan
yang benar, untuk berbuat dosa. Imam dan umat yang ‘suci’ sepakat melawan
keputusan tak bersalah Pilatus yang kafir. Aneh tapi nyata, itulah perilaku
umat beragama bersama para Imamnya yang bersepakat menyalibkan Yesus Kristus.
Pilatus mencuci tangan
atas keputusan penyaliban, dia tak berani menegakkan kebenaran. Sementara Imam
dan umat lebih parah, sepakat membunuh Yesus Kristus. Sejak dulu hingga kini
memang tak sedikit Imam yang berkolusi untuk melawan kebenaran dan melayani
dalam kemunafikan. Inilah kesedihan awal yang mendalam, Via Dolorasa yang
bermula dari Imam dan umat yang salah jalan dan sangat menikmati dosa. Pada zaman
ini politisasi agama sudah berlaku.
Menariknya, sekalipun perjalanan
tersebut termasuk daerah Arab (Muslim), ada toleransi yang sangat besar di sana. Karena
Jalan Salib kami lakukan pulul 05.30 pagi sebelum kami mandi dan sarapan,
suasana sepanjang Via Dolorosa tidak terlalu ramai.
Via Dolorosa memang jalan sengasara.
Beberapakali Dia terhenti bahkan terjatuh, namun bangun kembali dan berjalan
tanpa keluh kesah. Sengsara yang ditanggung NYA adalah dosa kita, kematian NYA
di atas kayu salib adalah hidup kita. Betapa jahatnya kita jika tak lagi
mencitai jalan salib, dan selalu memilih jalan sendiri dalam mengikut Dia.
Saya menemukan sebuah lagu yang begitu
menyentuh tentang Via Dolorosa dalam pencarian saya. Lagu ini dinyanyikan oleh
Sandy Patti.
Down the Via Dolorosa in
Jerusalem that day
The soldiers tried to
clear the narrow street
But the crowd pressed
into see
A man condemned to die
on Calvary.
He was bleeding from a
beating -there were stripes upon His back
And He wore a crown upon
his head
And He bore with every
step
The scorn of those of
those of those who cried out for his death.
Down the Via Dolorosa
called the way of suffering
Like a lamb came the
Messiah Christ the King
But He chose to walk
that road out of His love for you and me
Down the Via Dolorosa
all the way to Calvary.
Por la Via Dolorosa,
triste dia en Jerusalem
Las soldaldos le abrian
paso a Jesus
Mas la genta se
acercaba,
Para ver al que llevaba
cruz.
Por la Via Dolorosa, que
es la via dolor
Como oveja vino Cristo,
Rey y Senior
Y fue El quien it por su
amor por ti por mi
Por la Via Dolorosa al
Calvario y a morir.
The blood that would
cleanse the souls of all men
Made its way through the
heart of Jerusalem.
Down the Via Dolorosa
called the way of suffering
Like a lamb came the
Messiah, Christ the King
But He chose to walk
that road out of his love for you and me
Down the Via Dolorosa, all the way to
Calvary
Selamat
berjalan di Via Dolorosa, setia sampai selamanya. Selamat memasuki Rabu Abu 2020 dan menjalani masa Pra-Paskah.
Tuhan memberkati.
(Ch. Enung Martina: Teriring ucapan terima kasih tak terhingga kepada : Sr. Francesco Maryanti,OSU yang menjadi jalan semua ini teralami, Romo Hendra Suteja, SJ pembimbing rohani yang kepada beliau kebijaksanaan diberikan Tuhan, kepada Romo Sugeng yang mempunyai talenta untuk menghibur, kepada Mas Edi dan Mas Engki yang tak lelah melayani, kepada seluruh tour guide, crew di bis, dan seluruh peserta ziarah dari Keluarga besar Santa Ursula BSD.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar