Sabtu, 22 Februari 2020

JEJAK LANGKAH 33


VIA DOLOROSA


Via Dolorosa (bahasa Latin untuk "Jalan Kesengsaraan" atau "Jalan Penderitaan"; bahasa Inggris: "Way of Grief," "Way of Sorrow," "Way of Suffering" atau "Painful Way"; bahasa Ibrani: ויה דולורוזה  ; bahasa Arab: طريق الآلام  (tariq alalam)    adalah sebuah jalan di Kota Yerusalem Kuno. Jalan ini diyakini adalah jalan yang dilalui Yesus sambil memanggul salib menuju Kalvari.

Jalur yang berkelok-kelok dari benteng Antonia ke arah barat menuju Gereja Makam Kudus berjarak sekitar 600 meter (2000 kaki) menjadi tujuan utama para peziarah. Jalur yang sekarang ini ditetapkan sejak abad ke-18, menggantikan berbagai versi sebelumnya. Sekarang jalan ini ditandai dengan 9 titik salib dengan lima titik salib terakhir berada di dalam Gereja Makam Kudus, sehingga seluruhnya adalah 14 titik salib sejak abad ke-15.

Perjalanan ziarah dengan cara menelusuri Via Dolorosa sudah dimulai sejak kekristenan awal dan mencapai arti pentingnya pada pertengahan abad ke 4 sewaktu Kaisar Constantine menjadikan agama Kristen sebagai agama negara.


Situs ini merupakan salah satu puncak ziarah bagi umat Katolik di Holy Land, Yerussalem, Israel, dengan mengikuti jalan Salib di Via Dolorosa untuk mengenang Jalan Penderitaan Yesus. Perjalanan dilanjutkan melalui gerbang rangkap tiga Romawi. Jalan kuno ini dulu dilalui Yesus sambil membawa salib setelah dijatuhi hukuman mati oleh Pontius Pilatus. Hampir setiap hari jalan ini selalu didatangi umat Katolik dari berbagai penjuru dunia. Pasalnya, jika tidak berjalan melalui Via Dolorosa ini, para peziarah kurang merasa afdol berkunjung ke Tanah Suci.

Para peziarah berjalan di antara lorong-lorong pertokoan dan kios-kios yang menjual sejumlah cindera mata khas bagi para peziarah. Juga barang kelontong, buah-buahan, bumbu, aneka baju, dan barang kebutuhan hidup sehari-hari. Aroma khas Timur Tengah sangat terasa. Via Dolorosa memang jalan yang padat dan super sibuk karena berada di dalam wilayah pasar orang-orang Arab Palestina yang bercampur aduk dengan para peziarah dari berbagai bangsa dari seluruh belahan dunia.


Via Dolorosa memiliki makna yang mendalam di hati umat Kristen karena “jalan” yang dianggap paling hina itu harus ditempuh oleh Tuhan Yesus demi menyelamatkan umat manusia dari kuasa dosa. Sungguh sebuah pengorbanan yang tak ternilai harganya. Demi cintanya akan manusia, Tuhan rela mengorbankan nyawa-Nya. Namun, oleh bilur-bilur-Nya, manusia beroleh pengampunan dan pembebasan dari hukuman maut.

Ingatan saya terbawa ke peristiwa ribuan tahun silam. Di tempat saya berdiri adalah bekas Praetorium, markas besar tentara di zaman Romawi yang persis berada di sebelah istana Pontius Pilatus, pemimpin para tentara itu. Ratusan orang berkerumun untuk menyaksikan penghukuman kepada Anak Manusia.  Saya mencoba membayangkan suasana ribuan tahun silam itu. Pasti banyak orang-orang berjubah yang selama ini terlihat mengajar di Sinagoge (rumah ibadah orang Yahudi). Mereka ada di barisan depan. Tentara Romawi berdiri dengan garangnya mencoba mengatur massa yang makin banyak dan berteriak-teriak. Berdesak-desakan ke depan. Tepat di tempat  kami semua, para peziarah, keluarga besar St. Ursula BSD sedang berdiri.


Saya sekarang ada di sini. Di sebuah ujung jalan yang disebut Via Dolorosa. Memulai satu perjalanan iman, napak tilas di jalan yang pernah dilalui Yesus menuju Golgota. Ikut memanggul salib secara bergantian. Mencoba merasakan penderitaan seperti apa yang pernah dialami Yesu sehingga nama jalan itu akhirnya diberi nama Jalan Penderitaan. Namun, yang kami alami dan rasakan taka da setitik debu pun jika disbanding dengan Jalan Penderitaan yang harus dilewati-Nya.

Pengadilan Pilatus berakhir dengan kesimpulan tidak ditemukan sedikitpun kesalahan Yesus Kristus. Bahkan istri Platus mendesaknya karena bermimpi tentang Yesus Kristus adalah Orang Benar (Matius 27:19). Namun Israel bangsa pilihan, bermufakat jahat antara imam yang seharusnya suci dengan umat yang seharusnya dibimbing ke jalan yang benar, untuk berbuat dosa. Imam dan umat yang ‘suci’ sepakat melawan keputusan tak bersalah Pilatus yang kafir. Aneh tapi nyata, itulah perilaku umat beragama bersama para Imamnya yang bersepakat menyalibkan Yesus Kristus.


Pilatus mencuci tangan atas keputusan penyaliban, dia tak berani menegakkan kebenaran. Sementara Imam dan umat lebih parah, sepakat membunuh Yesus Kristus. Sejak dulu hingga kini memang tak sedikit Imam yang berkolusi untuk melawan kebenaran dan melayani dalam kemunafikan. Inilah kesedihan awal yang mendalam, Via Dolorasa yang bermula dari Imam dan umat yang salah jalan dan sangat menikmati dosa. Pada zaman ini politisasi agama sudah berlaku.

Menariknya, sekalipun perjalanan tersebut termasuk  daerah Arab (Muslim),  ada toleransi yang sangat besar di sana. Karena Jalan Salib kami lakukan pulul 05.30 pagi sebelum kami mandi dan sarapan, suasana sepanjang Via Dolorosa tidak terlalu ramai.


Via Dolorosa memang jalan sengasara. Beberapakali Dia terhenti bahkan terjatuh, namun bangun kembali dan berjalan tanpa keluh kesah. Sengsara yang ditanggung NYA adalah dosa kita, kematian NYA di atas kayu salib adalah hidup kita. Betapa jahatnya kita jika tak lagi mencitai jalan salib, dan selalu memilih jalan sendiri dalam mengikut Dia.

Saya menemukan sebuah lagu yang begitu menyentuh tentang Via Dolorosa dalam pencarian saya. Lagu ini dinyanyikan oleh Sandy Patti.
Down the Via Dolorosa in Jerusalem that day
The soldiers tried to clear the narrow street
But the crowd pressed into see
A man condemned to die on Calvary.
He was bleeding from a beating -there were stripes upon His back
And He wore a crown upon his head
And He bore with every step
The scorn of those of those of those who cried out for his death.
Down the Via Dolorosa called the way of suffering
Like a lamb came the Messiah Christ the King
But He chose to walk that road out of His love for you and me
Down the Via Dolorosa all the way to Calvary.

Por la Via Dolorosa, triste dia en Jerusalem
Las soldaldos le abrian paso a Jesus
Mas la genta se acercaba,
Para ver al que llevaba cruz.
Por la Via Dolorosa, que es la via dolor
Como oveja vino Cristo, Rey y Senior
Y fue El quien it por su amor por ti por mi
Por la Via Dolorosa al Calvario y a morir.

The blood that would cleanse the souls of all men
Made its way through the heart of Jerusalem.
Down the Via Dolorosa called the way of suffering
Like a lamb came the Messiah, Christ the King
But He chose to walk that road out of his love for you and me
Down the Via Dolorosa, all the way to Calvary



Selamat berjalan di Via Dolorosa, setia sampai selamanya. Selamat memasuki  Rabu Abu 2020 dan menjalani masa Pra-Paskah. Tuhan memberkati.


(Ch. Enung Martina: Teriring ucapan terima kasih tak terhingga kepada : Sr. Francesco Maryanti,OSU yang menjadi jalan semua ini teralami, Romo Hendra Suteja, SJ pembimbing rohani yang kepada beliau kebijaksanaan diberikan Tuhan, kepada Romo Sugeng yang mempunyai talenta untuk menghibur, kepada Mas Edi dan Mas Engki yang tak lelah melayani,  kepada seluruh tour guide, crew di bis, dan seluruh peserta ziarah dari Keluarga besar Santa Ursula BSD.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar