Gereja
Makam Kudus (Church of the Holy Sepulchre)
Komplek Makam Kudus ini
merupakan ujung dari Via Dolorosa yang disebut juga dengan Golgotha, adalah sebuah
bukit yang menjadi tempat penyaliban Yesus. Tempat ini sekarang sama sekali tidak lagi berbentuk bukit walau
posisinya berada di ketinggian. Situs ini dipercaya oleh banyak orang Kristen
sebagai Golgota, tempat Yesus disalibkan, dan kubur Yesus yang kosong, di mana tertulis
Ia pernah dikuburkan, tetapi kemudian bangkit dari kematian. Gereja ini menjadi
tujuan peziarahan Kristen sejak abad ke-4, sebagai tempat wafat dan kebangkitan
Yesus.
Gereja Makam Kudus dibangun
berabad-abad silam dan masih berdiri sampai sekarang. Gedung gereja ini
menggunakan model arsitektur kubah, sebagaimana bangunan gereja dan masjid di
seluruh penjuru Tanah Suci Tiga Agama Samawi. Bagaimanapun, model arsitektur
kubah pada awalnya merupakan milik gereja Ortodoks Bizantium yang kemudian
dilestarikan oleh Islam ketika tentara Islam merebut wilayah-wilayah politik
Kekaisaran Bizantium pada abad ke VII Masehi.
Menurut tradisi, gereja
itu dibangun oleh Kaisar Konstantine sekitar tahun 325-335 Masehi untuk
memperingati Kebangkitan Yesus. Konstantine adalah kaisar Romawi yang menjadi
pemeluk agama Kristen. Di tempat itu pulalah, Ratu Helena, ibunda dari Kaisar
Konstantine, pernah datang berziarah, dan berperanan penting di dalam mendorong
Konstantine mengambil keputusan untuk menyelamatkan tempat-tempat suci di
Jerusalem dengan membangun gereja di atasnya. Konon, di tempat itu pulalah sang
ratu menemukan potongan dari kayu Salib yang digunakan untuk menyalibkan Yesus
yang keberadaannya hingga kini tidak lagi diketahui.
Tetapi ada satu bagian
dari gereja ini yang posisinya lebih tinggi dari lantai utama, yang merupakan
puncak sebuah batu karang. Menurut tradisi, batu karang itu masih menyimpan
lubang tempat salib di tancapkan. Untuk menggapai lubang itu, pihak gereja
membangun sebuah altar di atasnya dan kita perlu berjongkok mengulurkan tangan
ke dalam untuk menjamah batu karang itu.
Situs ini berada di
wilayah Kristen dan menjadi salah satu bangunan yang paling disucikan di sana.
Paling tidak ada tiga tempat penting di dalam gereja itu yakni, golgota tempat
penyaliban Yesus, altar batu tempat jenazah Yesus di baringkan setelah
diturunkan dari Salib dan makam kudus, tempat dimana Yesus dikuburkan.
Kompleks situs Makam
Kudus sangat besar. Masing-masing punya
bagian sendiri tergantung peristiwa yang terjadi di dalamnya. Ketika kita masuk
di pintu gerbang utama, merupakan altar tempat lobang salib berada di tempat
paling tinggi di sebelah kanan pintu masuk. Bila dilihat dari kontur
bangunannya, dahulunya merupakan puncak
bukit. Kita harus naik tangga yang agak curam untuk sampai di atas.
Altar batu tempat
meletakkan jenazah Yesus berada persis di depan pintu masuk. Banyak peziarah (
Katolik ) khusyuk berdoa di tempat itu.
Saat memasuki pintu gereja, aroma rempah-rempah yang muncul di atas altar batu
tersebut, sudah tercium. Padahal di altar itu, hampir setiap peziarah
menempelkan rosario, baju, atau sapu tangan untuk menyerap aroma rempah-rempah
kuno yang dulu dulu digunakan untuk memoles jenazah Yesus. Entah kenapa, bau
batu itu tidak pernah berkurang. Kemungkinan petugas menambahkan parfum di batu
tersebut.
Di sebelah kiri pintu
masuk, bagian belakang gereja, terdapat satu kompleks altar berbentuk cungkup
batu yang punya pintu sempit dan kecil. Itu adalah kuburan yang diyakini
menjadi tempat meletakkan jenazah Yesus ribuan tahun silam, sekaligus tempat
dimana Dia mengalami kebangkitan. Tempat itu sangat dijaga kekudusannya.
Peziarah atau wisatawan yang masuk ke dalam altar tersebut harus memakai
pakaian yang menutup semua bagian badannya. Wanita dengan rok mini atau celaan
pendek harus memakai kain/sarung untuk menutupi paha dan kakinya yang terbuka.
Peziarah harus anti untuk dapat sampai ke dalam altar kubur batu tersebut.
Antrian mengular dari berbagai rombongan dan berbagai Negara. Kita harus
menunduk untuk memasuki ruangan gua yang sempit yang hanya dapat menampung
maksimal enam orang. Tidak dapat berlama-lama di sana karena seorang biarawan (berjubah
hitam) mungkin dari biarawan dari Gereja Armenia, siap menegur dengan tegas
jika melewati batas waktu demi memberi giliran pada yang lain.
Berbicara tentang makam
batu yang merupakan kuburan Yesus, ada catatan yang say abaca: Amos Kloner(
seorang arkeolog) memeriksa/meneliti lebih
dari 900 gua pemakaman di sekitar Yerusalem era Bait Allah kedua. Dari sekian
ratus gua pemakaman yang diperiksa oleh
arkeolog tersebut, hanya empat batu penutup makam yang berbentuk cakram.
Keempat makam Yerusalem yang elegan itu milik keluarga terkaya—bahkan mungkin
keluarga kerajaan. Misalnya, makam Ratu Helena dari Adiabene.
Makam batu ditutup
dengan batu lain dan dikunci atau disegel. Jenis batu apa yang digunakan untuk memeteraikan atau
menyegel makam Yesus? Apakah batu berbentuk cakram atau berbentuk kubus?
Walaupun kedua bentuk itu ada, batu pejal berbentuk kubus jauh lebih umum
daripada cakram.
Batu meterai berbentuk
cakram begitu jarang jika dibandingkan dengan meterai batu kubus. Makam Yesus
dibangun untuk orang biasa ( sebenarnya pinjaman, makam yang belum digunakan)
yakni makam milik keluarga Yusuf dari Arimatea (Mat. 27:60). Bila dilihat dari
kutipan itu, tampaknya sangat tidak mungkin makam Yesus dilengkapi dengan batu
meterai berbentuk cakram. Oleh karena itu para arkeolog
menyimpulkan makam Yesus disegel dengan batu kubus.
Dalam kolom Biblical
View yang berjudul A Rolling Stone That
Was Hard to Roll dalam majalah Biblical
Archaeology Review (BAR) edisi Maret/April 2015 Urban C von Wahlde meneliti
kisah Injil untuk melihat bagaimana batu itu menyegel makam Yesus. Analisis
yang cermat tentang tata bahasa Yunani mengungkapkan detail dari Injil Yohanes
yang mendukung gagasan makam Yesus memang disegel dengan batu kubus.
Dalam kolom Biblical
Archaeology Review, Urban C von Wahlde menjelaskan bahwa Injil Sinoptik
(Matius, Markus, dan Lukas) semua menggunakan bentuk kata kerja Yunani kulio
untuk menggambarkan bagaimana batu meterai kubur Yesus dipindahkan. Kulio
berarti "menggulingkan".
Markus 15:46 berbunyi,
"Yusuf pun membeli kain lenan, kemudian ia menurunkan mayat Yesus dari
salib dan mengafani-Nya dengan kain lenan itu. Lalu ia membaringkan-Nya di
dalam kubur yang digali di dalam bukit batu. Kemudian digulingkannya sebuah
batu ke pintu kubur itu.”
Markus 16: 3
Menjelaskan adegan pada Minggu Paskah ketika Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus
dan Salome mengunjungi makam Yesus Kristus: "Mereka berkata seorang kepada
yang lain, 'Siapa yang akan menggulingkan batu itu bagi kita dari pintu
kubur?'"
Gereja Holy Sepulchre
menjadi tempat paling suci bagi umat Kristen karena diyakini sebagai lokasi
Penyaliban Kristus dan Kuburan Yesus. Di tempat Yesus disalib terdapat batu
yang retak terbelah tandanya adanya gempa bumi waktu itu ( Mat 7: 21 ).
Sejarah
Pada abad ke-4 Raja
Konstantin (Pendiri Konstantinopel) memeluk agama Kristen, lalu menjadikan
agama itu sebagai agama kekaisaran Romawi. Selanjutnya Jerusalem dikuasai oleh
kaum Kristen. Makam Yesus sudah menjadi gereja yang besar sejak Kaisar
Konstantinus Agung berkuasa atas kekaisaran Romawi, abad keempat masehi. Atas
prakarsa Konstantinuslah banyak dibangun gereja-gereja di Tanah Suci yang pada
waktu itu masih berstatus wilayah jajahan Romawi.
Setelah kekalahan
Bizantium oleh kaum Muslim, Jerusalem harus diserahkan kepada Khalifah Umar.
Khalifah Umar datang sendiri ke Jerusalem untuk memenuhi undangan Patriac
Sophronius, penguasa lama, guna melakukan serah terima kota Jerusalem.
Selanjutnya dibuatlah sebuah perjanjian yang terkenal dengan “Perjanjian Aelia”
yang berisi jaminan Islam untuk kebebasan, keamanan dan kesejahteraan kaum
Kristen beserta lembaga-lembaga keagamaan mereka.
Selesai membuat
perjanjian, Khalifah Umar hendak melaksanakan shalat, Sophronius mempersilakan
Khalifah untuk shalat di dalam Gereja Holy Sepulchre. Khalifah menolak,
selanjutnya dia shalat di tangga gerbang timur gereja. Khalifah Umar sempat
berkata, “Patriac, tahukah anda mengapa aku tidak mau shalat di gereja anda?
Anda akan kehilangan gereja ini karena setelah aku pergi, kaum muslim akan
mengambilnya dari anda dan berkata, “Disinilah Umar dahulu pernah melakukan
shalat”. Penolakan Khalifah Umar inilah yang selanjutnya menyelamatkan gereja
tersebut hingga utuh sampai sekarang. Khalifah Umar seorang Muslim yang mempunyai
hati nurani.
Dulu makam Yesus dan
bukit Golgotha ada di luar kota dan tidak ada bangunan lain di tempat itu
selain makam baru milik Yusuf Arimatea. Sekarang Gereja Makam Kudus ada di
dalam kota tua di antara berbagai bangunan di sekitarnya, baik gereja, masjid,
rumah penduduk, sampai toko-toko souvenir. Dulu Yesus diarak ke luar tembok
kota sambil memanggul salib. Kini para peziarah melakukan jalan salib di dalam
kota melewati perkampungan dan pertokoan menuju ke Golgotha yang ada di dalam
Gereja Makam Kudus.
Kitab Suci
menggambarkan dengan jelas bagaimana terjadinya peristiwa-peristiwa ini. Dengan
kacamata iman akan kebangkitan Kristus, peristiwa pemakaman adalah hal yang
sangat penting dan tidak dapat ditinggalkan. Penginjil ingin menunjukkan bahwa
pemakaman adalah hal yang sangat mendasar bagi seluruh peristiwa Yesus sebagai
manusia. Selain itu, penggambaran peristiwa pemakaman Yesus ingin menegaskan
kepada kita kenyataan bahwa Ia sungguh-sungguh wafat, dan dengan demikian pada
hari ketiga Ia sungguh-sungguh bangkit.
(Sumber: https://www.kompasiana.com/machmudyunus/552bc8bb6ea83499188b457c/gereja-makam-kudus-the-holy-sepulchre-jejak-pluralisme-islam
http://fcorner-ctsi.org/gereja-makam-kudus-yerusalem/
https://id.wikipedia.org/wiki/Gereja_Makam_Kudus)
(Ch.
Enung Martina: Teriring ucapan terima kasih tak terhingga kepada : Sr.
Francesco Maryanti,OSU yang menjadi jalan semua ini teralami, Romo Hendra
Suteja, SJ pembimbing rohani yang kepada beliau kebijaksanaan diberikan Tuhan,
kepada Romo Sugeng yang mempunyai talenta untuk menghibur, kepada Mas Edi dan
Mas Engki yang tak lelah melayani,
kepada seluruh tour guide, crew di bis, dan seluruh peserta ziarah dari
Keluarga besar Santa Ursula BSD.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar