Senin, 23 Maret 2020

ARTIKEL TENTANG SOLITUDE


DALAM SOLITUDE KUTEMUKAN JAWABAN

pic by Bob Martopranoto
Kata solitude bila diterjemahkan secara sederhana artinya adalah keadaaan menyendiri/sendirian, tapi tidak merasa kesepian/sendirian malahan justru menghantarkan kita kepada kesadaran diri/mawas diri. Bahkan menemukan pencerahan.

Solitude is a state of being alone without being lonely and it can lead to self-awareness (sumber: psychology today).

pic by Bob Martopranoto

Solitude bukan loneliness. Solitude  adalah positive state karena kita memilih untuk tenang dan mengisi waktu di ruang batin kita dengan nilai-nilai yang positif yang memulihkan jiwa dan tubuh kita. Bahkan mungkin hal yang spiritual. Sedangkan loneliness adalah negative state, kita merasa nelangsa, sepi dan kosong. Pada akhirnya kekosongan itu merusak jiwa dan tubuh kita. Walaupun, cenderungnya orang yang berdiam diri di tengah keramaian akan merasakan kesepian. Namun, ada juga yang tidak. Justru kebalikannya karena dia sepenuhnya menyadari yang terjadi di sekeliling. 

Nah, orang yang sedang dalam posisi solitude tidaklah demikian. Sejatinya yang harus terjadi ketika kita berdiam diri (solitude) bukanlah kesepian namun menyadari tentang dua hal. Pertama, mendengar suara kita sendiri dan kedua mendengar ada suara lain, ada orang lain, suara semesta, dan menyadari  ada pribadi lain yang selalu memperhatikan yaitu Sang Pencipta kita.

pic by Bob Martopranoto

Dalam situasi dunia yang terpapar pandemic virus corona, semua orang dipaksa untuk berada di rumah masing-masing. Pada  situasi ini diharamkan untuk berkelompok, berserikat, bersekutu, atau berada dekat bersama-sama. Semua kembali ada dirinya amsing-masing. Jauh-jauh dengan orang lain dulu untuk beberapa waktu yang tak tentu hingga keadaan terpantau aman dan sehat.

Banyak orang merasa terganggu dengan situasi ini. Orang merasa keepian, bosan, dan takut karena sendiri. Ya, kesendirian memang menyebalkan. Tapi kesendirian juga  adalah sepenggal bagian dari proses pendewasaan. Tak perlu merasa gundah gulana. Situasi ini memang berat, tapi ada banyak hikmah yang didapat jika kita mampu bersikap dengan tepat. Kesendirianmu bukanlah akhir dari segalanya. Dunia masih berputar dan mataharipun terbit membawa harapan. Nikmatilah saat-saat sendiri dan terisolasi yang seperti ini.

pic by Bob Martopranoto

Kesendirian adalah keintiman dalam sepi. Inilah momentum yang tepat bagi diri kita untuk lebih produktif dan kreatif dalam berkarya untuk mengerjakan apa yang selama ini tertunda. Misalnya menyiangi bunga di pot-pot, membereskan halaman, merapikan rumah, membereskan lemari dan memilah isinya, merapikan file di laptop, membuang sampah di HP, belajar memasak, belajar memasukkan benang ke jarum, membaca buku yang sudah dibeli tapi masih tersimpan manis di rak, membaca Al Kitab, belajar ngaji. Dan banyak lagi kegiatan positif dan membangun yang bisa dilakukan.

pic by Bob Martopranoto

Apapun itu. Jangan dulu kita jatuh dalam keluhan dan marah-marah, ngomel panjang pendek karena bete. Pandang momen ini sebagai kesempatan yang baik bagi dirimu untuk melakukan eksplorasi personal secara mendalam.

Ya memang ini berat. Apalagi bagi orang yang terbiara dengan keramaian, kesibukan, dan relasi sosial. Kita seolah-olah ditelan waktu yang kian melambat dan melumat diri. Taklukanlah! Buatlah ini sebagai satu titik balik untuk melakukan refleksi dan evaluasi atas hidup yang telah, sedang, dan akan kita lalaui. Percayalah, ketika berhasil menjinakkan ruh negatif dalam diri, kita akan menjadi pribadi yang menanggapi berbagai tantangan dan keadaan  dengan lebih bijak.

Bersyukurlah atas kesendirian ini sebab tidak setiap saat kita berdaulat atas waktu di dunia. Kita saat ini menerima  salah satu anugerah paling mewah, yakni waktu. Sebab, kesendirian membuat kita merasa bahwa waktu begitu melimpah. Tidak usah terburu-buru bangun dan mencari kendaraan ke tempat kerja atau ke sekolah. Kita bekerja dan belajar dari rumah. Jangan sampai keadaan ini berubah menjadi kekecewaan ketika kita tak dapat memanfaatkan anugerah waktu yang telah diberikan.

pic by Bob Martopranoto

Sadarilah, keadaan ini bisa membawa kita pada keberadaan kita yang SOLITUDE.  Meski kita bekerja dan belajar dalam kesendirian tak akan membuat kita kehilangan relasi bersama dunia luar.  Kita bisa masih tetap  memelihara pertemanan kita, yang paling utama dari itu kita juga mempunyai waktu yang lebih lama bersama keluarga kita. Biasanya setiap anggota keluarga mempunyai urusan dan acaranya masing-masing. Urusan kantor, sekolah, kuliah, pergaulan, menggereja, dan aneka acara yang sepertinya tak pernah selesai. Nah, sekarang kita selo. Waktunya untuk menikmat rumah. Sambil mengerjakan tugas sekolah dan tugas kantor atau berbisnis dari rumah, kita juga menikmati setiap sudut rumah kita.

pic by Bob Martopranoto

Selain waktu yang melimpah, kepekaanmu dan kesadaran  terhadap sekeliling akan meningkat. Kita baru menyadari bahwa hal yang remeh temeh dan kecil-kecil itu ternyata penting dan membuat kita aman serta seimbang. Misalnya suara tetangga yang selama ini tak pernah kita simak. Mungkin selama ini terdengar, tetapi kita tidak mendengarkan. Karena kita belajar dan bekerja di rumah, anak tetangga yang nangis dan berceloteh ternyata lucu ya. Atau ternyata di halaman rumah kita ada tumbuh kerokot dan tumbuhan lain yang tak kita kenal.

Dengan adanya virus corona yang mengancam banyak orang ini, kita mulai menyadari detail-detial kehidupan yang selama ini dianggap hanya membuat rumit, sebaliknya, kita menyadari bahwa  detail-detail kecil kehidupan itu sangat berharga. Anugerah ini membuat hidup kita berjalan sesuai iramanya. Bila salah satunya terhenti, maka akan mengganggu ritual kehidupan ini.  Misalnya yang selama ini terabaikan adalah detail kecil pencernaan dalam tubuh kita, suhu tubuh, helaan nafas, detak jantung, denyut nadi, dan aneka ritme tubuh kita.

pic by Bob Martopranoto

Kesendirian membawa kita juga pada permenungan tentang kenapa semua hal ini terjadi dalam hidup kita? Pengalaman suka-dulka yang teralami silih berganti muncul. Yang jelas bahwa dalam situasi yang dianggap sangat buruk pada saat itu, ternyata bisa terlewati juga. Kita  sadari bahwa jalan keluar berasal dari langkah-langkah terdekat dan detail kecil yang tepat. Atau justru dari sederetan langkah yang muncul melalui kekuatan hati dan pikiran dengan suatu bimbingan yang kita tak tahu sumbernya. Sebagian kita menyadari bahwa itu bimbingan Ruh atau Tuhan atau Semesta atau apa pun orang menyebutnya. Jika sudah demikian, bukankah kita  telah mengetahui dan menyadari  akan harapan di masa mendatang?  Sebab, kita menjadi  terbiasa memperhitungkan dan memperhatikan  yang selama ini luput tak diperhatikan oleh orang lain juga diri kita. Untuk itu, tak perlulah merasa bosan, cemas, takut dengan situasi dan  dalam proses semua ini.

pic by Bob Martopranoto

Sekali lagi, ini adalah kesempatan untuk berada dekat dengan diri sendiri juga keluarga. Kehidupanmu adalah berkah yang paling istimewa dan hakiki. Kita semua pasti akan memperjuangkannya.

Satu yang paling penting : melalui peristiwa dan keadaan ini,  kita belajar bagaimana menghargai kesendirian (solitude) seutuh mungkin. Kehidupanmu akan penuh dan tak pernah lagi ragu untuk saling menghargai.  Kita selalu menempatkan penemuan dan pertemuan  kita dalam kehidupan  dengan selalu melihat sisi baik dari setiap individu dan juga peristiwa. Selanjutnya, kita banyak menyadari dan diteguhkan tentang betapa manusia tidak dilihat adari aagamnya, jabatannya, hartanya, atau juga rasnya. Muncul sebuah keyakinan bahwa sifat yang peka, menghargai, dan menghormati, dan peduli satu sama lain merupakan bagian dari kehidupan yang tak bisa lagi ditawar.

pic by Bob Martopranoto

Ya, dalam kesendirian yang solitude kita menemukan jawaban bahwa semesta sedang menyeimbangkan dirinya. Akan ada perubahan yang terjadi setelah semua ini berlalu. Perubahan akan pandangan hidup, value, juga termasuk pandangan tentang ritual kepercayaan, serta hakikat manusia sebagai ciptaan yang merupakan bagian dari semesta yang terhubung.

Mari tetap saling mendoakan dan memberi semangat untuk selalu bersyukur dalam merayakan kehidupan. (Ch. Enung Martina)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar