Sabtu, 14 Maret 2020

JEJAK LANGKAH 35


GEREJA MAKAM KUDUS DAN PERISTIWA 

KEBNGKITAN YESUS


Markus 16:1-6:
“Setelah lewat hari Sabat, Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus, serta Salome membeli rempah-rempah untuk pergi ke kubur dan meminyaki Yesus. Dan pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu, setelah matahari terbit, pergilah mereka ke kubur. Mereka berkata seorang kepada yang lain: "Siapa yang akan menggulingkan batu itu bagi kita dari pintu kubur?" Tetapi ketika mereka melihat dari dekat, tampaklah, batu yang memang sangat besar itu sudah terguling. Lalu mereka masuk ke dalam kubur dan mereka melihat seorang muda yang memakai jubah putih duduk di sebelah kanan. Merekapun sangat terkejut, tetapi orang muda itu berkata kepada mereka: "Jangan takut! Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu? Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini.”

Peristiwa saat kebangkitan Yesus tak ada yang menyaksikannya. Namun, para perempuan dan juga para murid hanya menyaksikan tanda-tanda bahwa Yesus telah bangkit. Tanda-tanda itu adalah: batu penutup kubur sudah terbuka (… mereka melihat dari dekat, tampaklah, batu yang memang sangat besar itu sudah terguling.) 

Nampaknya yang sangat mengetahui tentang peristiwa live (langsung) kebangkitan Yesus adalah Malaikat yang mengambil rupa seorang pemuda berjubah putih. Ia duduk di sebelah kanan pintu kubur Yesus yang telah terbuka.



Nampaknya bagi orang Indonesia tidak mudah untuk membayangkan kubur Yesus. Bagi orang-orang yang sudah pergi ke Israel gambaran kubur batu sudah dapat dibayangkan. Sekedar sebuah gambaran tentang makam Yesus adalah:

Makam tersebut terdapat di dalam sebuah gua batu. Dalam gua batu tersebut ada 2 ruangan. Setelah pintu masuk ada ruangan pertama semacam ruang perantara untuk menuju ke dalam makam tempat jenazah dibaringkan di atas batu.  Di ruang pertama ini ada 2 patung malaikat yang berdiri di sebelah kiri dan kanan pintu menuju ruang pemakaman utama. Akan ada seorang biarawan biasanya mereka dari Gereja Ortodok Yunani, Armenia, atau Katolik Roma. Biasanya biarawan tersebut berjubah coklat tua atau hitam. Saya menduga mereka punya jadwal untuk setiap harinya menjaga di makam tersebut. Tugas dari biarawan ini adalah untuk mengatur para peziarah yang masuk bertiga-tiga ke dalam raung makam uatma. Setelah ruangan pertama baru kita masuk di ruang pemakaman utama tempat batu jenazah berada. Di raung ini kita akan menemukan sebuah batu granit berlapis kaca. Ada kain kafan yang tergulung sebagi asesori dan pengingat peristiwa kebangkitan Yesus yang tertulis dalam Injil. Para pezirah akan berlutut dan berdoa atau mencium batu granit tersebut. Tidak boleh berlama-lama berada di situ karena yang mengantri panjang sekali. 


EDICULE (rumah kecil) menutupi tempat di mana Yesus pernah dimakamkan setelah peristiwa penyaliban tersebut. 




Dan Yusuf (dari Arimatea) pun mengambil mayat itu, mengapaninya dengan kain lenan yang putih bersih, lalu membaringkannya di dalam kuburnya yang baru, yang digalinya di dalam bukit batu, dan sesudah menggulingkan sebuah batu besar ke pintu kubur itu, pergilah ia." (Matius 27:59-60)

Bagian pertama dari makam ialah sebuah batu pipih yang besar, seperti batu penggilingan. Batu itu digulingkan di alur yang dibuat di kaki dinding tambang. Itulah pintu yang menutup jalan masuk ke makam. Batu Yerusalem berwarna coklat keemasan. Bagian makam selanjutnya ialah sebuah kapel atau ruang doa kecil.


Ada bangku-bangku di sepanjang dinding batu yang digunakan oleh kaum keluarga atau tamu-tamu yang datang untuk berdoa. Kemungkinan besar para malaikat menampakkan diri kepada para wanita di ruangan ini. Tidaklah mungkin menaksir berapa tepatnya luas ruangan, karena telah hancur. Sebuah pintu yang rendah membawa kita masuk ke dalam ruang kubur. Di sebelah kanan terdapat sebuah ceruk untuk meletakkan jenasah. Kemungkinan ruangan ini memiliki penyangga atas untuk menahan berat batu yang berada diatasnya. Makam seperti itu dalam bahasa Ibrani disebut Kochim atau dalam bahasa Latin disebut Arcosolia (lekuk di dinding).



Menurut tradisi Yahudi pemakaman dilaksanakan dalam dua tahap. Tahap pertama jenazah ditempatkan di penyangga dari batu. Gaharu dan rempah-rempah lain ditaburkan di sekeliling jenasah untuk mengawetkannya sementara waktu serta untuk menutupi bau jenasah yang membusuk. Setahun kemudian tulang-belulang akan diambil dan dimasukkan ke dalam kotak kecil yang terbuat dari tanah liat. Kotak ini disebut ossuary atau “kotak tulang”. Kemudian kotak tulang ditempatkan di sebuah relung kecil di dinding sebagai pemakamannya yang terakhir. Jenasah Yesus tidak pernah sampai pada tahap ini karena Ia telah bangkit sebelum tubuh-Nya membusuk.


“Allah telah membangkitkan Dia [Yesus] dari antara orang mati dan Ia tidak akan diserahkan kembali kepada kebinasaan. Hal itu dinyatakan oleh Tuhan dalam firman ini: Aku akan menggenapi kepadamu janji-janji yang kudus yang dapat dipercayai, yang telah Kuberikan kepada Daud. Sebab itu Ia mengatakan dalam mazmur yang lain: Engkau tidak akan membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan. Sebab Daud melakukan kehendak Allah pada zamannya, lalu ia mangkat dan dibaringkan di samping nenek moyangnya, dan ia memang diserahkan kepada kebinasaan. Tetapi Yesus, yang dibangkitkan Allah, tidak demikian.”



Banyak tanda lain
Setelah kematian dan kebangkitan-Nya dari kematian, Yesus berulang-ulang menampakan diri kepada para murid dan banyak orang. Bahkan dalam ayat-yat  Injil  dicatat, masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus setelah kebangkitan-Nya. Melalui kebangkitan-Nya, Yesus membuktikan bahwa IA adalah Tuhan yang hidup. Ini berarti iman percaya kita kepada Yesus adalah iman yang hidup.  Oleh iman itu kita memperoleh hidup dalam nama-Nya

Ada sebuah pola yang terus menerus disampaikan setelah peristiwa kebangkitan Yesus, yang pada akhirnya pola ini menjadi salah satu ciri dari pertumbuhan dan kebangunan rohani orang-orang percaya / Gereja Tuhan.  Pola yang dimaksud adalah bagaimana orang-orang percaya berani bersaksi tentang kebangkitan Yesus. Markus 16:8b mencatat murid-murid memberitakan kebangkitan Yesus itu sebagai berita yang kudus dan tak terbinasakan.


Kisah Para Rasul 4:31 dan 5:12 mencatat dampak yang terjadi dari kesaksian para murid dan orang-orang percaya pada waktu itu, terjadi kebangunan rohani yang besar, mereka dipenuhi dengan kuasa Roh Kudus, banyak tanda dan mujizat yang terjadi, bahkan jumlah orang percaya juga semakin bertambah. Kisah Para Rasul 2:36-41 mencatat bahwa dengan kuasa kebangkitan itu, Petrus berani berkhotbah dan bersaksi tentang Yesus yang disalibkan dan yang telah bangkit dari kematian. Petrus menyerukan agar semua orang bertobat dan percaya kepada Yesus. Akibatnya, tiga ribu orang menjadi percaya dan memberi diri mereka dibaptis; dan kemudian mereka bertekun dalam pengajaran dan persekutuan yang kuat.


Berdasarkan kenyataan ini, kita dapat memahami bahwa Gereja yang hidup adalah Gereja yang berulang-ulang dan terus menerus bersaksi tentang kuasa kebangkitan Yesus. Jika kita berani bersaksi tentang Yesus yang hidup, percayalah kita juga akan bergerak dalam kebangunan rohani yang besar. Kebangunan rohani yang dimaksud bukan saja terjadi secara persekutuan melalui Gereja lokal, tetapi juga terjadi secara pribadi dalam hidup orang percaya.


Kebangkitan-Nya adalah sebuah fakta yang memiliki bukan sedikit, tetapi ratusan saksi mata. Lebih jauh lagi, kebangkitan Yesus bukan hanya merupakan realitas sejarah, efek-efeknya pun terus berlanjut sampai sekarang, sama kuatnya seperti ketika peristiwa itu terjadi. Seperti yang telah kita mengerti, setelah percaya kepada kebangkitan Yesus dan mengakui Dia sebagai Tuhan (Roma 10:9), kita: dilahirkan kembali, kita dibenarkan, dan Roh Kudus dikaruniakan kepada kita sebagai anugerah, plus kita dibangkitkan bersama-sama dengan Dia dan kita duduk bersama-sama dengan Dia di sorga. Semua ini adalah fakta, realitas, dan semua ini sampai sekarang tetap merupakan realitas karena Yesus sudah dibangkitkan dari antara orang mati.


( Sumber : sekitar makam Yesus. http://yesaya.indocell.net/id530.htm
Romo Richard Lonsdale; Catholic1 Publishing Company; www.catholic1.com

(Ch. Enung Martina: Teriring ucapan terima kasih tak terhingga kepada : Sr. Francesco Maryanti,OSU yang menjadi jalan semua ini teralami, Romo Hendra Suteja, SJ pembimbing rohani yang kepada beliau kebijaksanaan diberikan Tuhan, kepada Romo Sugeng yang mempunyai talenta untuk menghibur, kepada Mas Edi dan Mas Engki yang tak lelah melayani,  kepada seluruh tour guide, crew di bis, dan seluruh peserta ziarah dari Keluarga besar Santa Ursula BSD.)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar