Minggu, 01 Februari 2009

Tambahan tentangku

Kamu cari tahu alamat rumahku dan seluk beluk tentang aku di internet kan? OK supaya tidak penasaran ini die, aku yang sekarang!
Nama masih Christina Enung Martina, panggilan Nung, Ibu Nung, Teh Nung, atau Teteh, ada juga yang memanggil Mbak Nung. Suka-sukalah orang panggil aku apa. Ada yan panggil Jeng Bob. Geli aku mendengarnya karena itu bukan namaku. Perempuan independent gitu lho!!!

Aku perempuan bersuami dan beranak dua. Ibuku masih ada, Maria Napti namanya. ayahku sudah pass way 12 tahun yang lalu. Adikku masih 2 semua sudah bersuami. Kampung halamanku masih di Ciamis.

Alamat rumahku sekarang Jalan Sirsak Blok A1/No.14 Griya Asri Jlupang, BSD Tangerang, Banten. Rumahku tipe 36 yang sudah direnovasi sedikit tambah kamar dan dapur. Rumahku cicilan BTN karena itu kami mampunya. Yes! Cicilannya sudah rampung. Cat rumahku putih dan hijau. Ada banyak pohon di halaman kami yang kecil. Maksudnya untuk menahan global warming yang semakin terasa di sini.

Kami punya anjing kesayangan namanya COPI singkatan dari coklat dan putih. Copi sangat mencintaiku melebihi ia mencintai ibunya. Ia akan menyerang siapa pun yang disangkanya akan menyerangku. Cinta Copi paling tulus di dunia. Ia mencintaiku karena aku yang paling rajin kasih makan.

Aku masih suka baca jenis bacaan sastra, psikologi, kerohanian, alam, petualangan, and ilmu pengetahuan. Pengarang yang sedang kugemari adalah Paulo Coelho, Andre Hirata, Dewi Lestari, Tri Utami, Sydney Sheldon, dll. Lagu yang sedang kugemari saat ini Laskar Pelangi dari Niji dan Bunga Seroja (lagu Melayu), lagu anak muda juga kusukai karena aku emak-emak yang gaul dengan mereka. Bahkan kadang harus ikut jijingkrakan bersama mereka. Lagu rohani yang saat ini sedang kusuka adalah Janjimu Seperti Fajar.

Tokoh idola sepanjang masaku adalah…: Isa Almasih, Bunda Maria, Yohanes Paulus II. Tokoh lain juga banyak bahkan bertambah terus kala ada refrensi baru tentang seeorang.

Teman-temanku banyak di kantor atau Gereja. Tapi sahabatku sepertinya aku… agak susah cari sahabat karena sahabat itu harus yang tahu persis aku ini siapa dengan segala kekurangan dan kelebihanku. Dulu waktu 19 tahun lalu aku punya sahabat meski aku tak pernah jumpa. Aku gampang berteman, tapi untuk menjatuhkan pilihan sahabat agak susah memang. Yang setia jadi sahabatku for ever ya… Yesus itu. pada sahabat aku bisa berbagi bahwa aku tuh sebel dengan ini itu, bahwa aku jatuh cinta, bahwa aku punya impian, bahkan yang paling rahasia yang siapa pun tak tahu aku bisa bagi padanya. Bob aku rasa ia suami yang baik, namun untuk sahabat … aku rasa belum. Ia suka terlalu melindungi. Banyak larangan. Tapi untung dia tidak membatasi gerak dan langkahku. Kalau membatasi bisa mati muda aku! Metta bisa dikatakan teman sekongkolku dan teman curhat, serta teman ngeceng, kita suka ngerumpi tentang apa pun termasuk cowok-cowok yang naksir dia, dan yang ia taksir, tetapi cowoknya nggak naksir. Termasuk tentang sexualitas pun kami berbicara.

Pekerjaanku menjadi seorang guru itu menyenangkan, tetapi aku tidak suka administrasinya yang jelimet. Aku punya pimpinan seorang suster Ursulin yang paling disiplin, paling pintar, dan paling terbuka. Tapi… paling menyeramkan! Aku kagum sama dia, tetapi kadang suka sebel dengan beberapa kebijakannya yang bagiku suka kurang memperhatikan perasaan dan hati. Aku sangat hormat pada beliau. Bagiku dia adalah guru terbaik yang mendidiku untuk selalu berjuang dalam hidup ini.

Aku bukan ibu rumah tangga yang baik dan benar. aku ceroboh, masak bisanya hanya yang praktis-praktis saja. Tapi untung anakku dan bojoku masih menggemari masakanku. Sejak zaman baheula aku paling tidak suka beres-beres. Tapi apa mau dikata harus kulakukan karena sekarang aku ibu rumah tangga. Aku tidak punya pembantu. Di rumah bekerja sendiri dibantu 3 orang crew. semua wajib mencuci piring dan beres-beres. Pasti aku cerewet karena aku adalah seorang ibu. Kalau aku terlalu cerewet gadis dan bujangku protes. Maka aku mulai mengerem agar tercipta perdamaian. Kalau tidak, bisa terjadi perang baratayudha. Begitulah tugas seorang ibu tak akan pernah habisnya.

Hingga sekarang aku masih belum bisa menerima tenang homosexualitas. Meskipun aku tahu tentang keberadaan mereka. Pandanganku kadang terlalu kolot dan konservatif untuk beberapa hal. Untuk hal lain aku juga bisa demokratis.

O, ya suamiku… Bob. Sang seniman yang kepadanya aku meyerahkan seluruh diriku. Aku rasa pertama kali jumpa aku biasa-biasa saja sama dia. Tapi satu saat aku benar-benar jatuh cinta sampai rasanya aku menggigil merindukan dia. Ketika aku muda dulu aku cemburu sama dia karena ia bergaul dengan banyak perempuan cantik. Sekarang cinta kami sudah meningkat dari eros menuju yang lebih tinggi dari itu, apalah itu aku gak ngerti. Dia seniman yang paling rapi yang pernah kukenal. sesudah aku kawin sama dia, aku banyak gaul dengan manusia yang menamakan dirinya seniman. Ya konco-konco dia itu. Hingga kini aku maih harus belajar memahamai pikiran seniman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar