Sabtu, 10 Oktober 2009

PERCAYA PADA TALENTA

(catatan setelah membaca Mendidik dengan Hati karya Paul Subiyanto)
Secara etimologis kata talenta berasal dari budaya Timur Tengah dua abad yang silam. Talenta merupakan satuan mata uang , satu talenta setara dengan 3000 dinar. Sedangkan satu dinar merupakan upah kerja seorang pekerja dalam satu hari. Jika dipadankan dengan keadaan sekarang, anggaplah di Indonesia upah rata-rata kerja sehari Rp 25.000. Satu talenta nilainya = 3000 dinar, jadi 3000 x rp 25.000 = Rp 75.000.000.

Kata talenta ini mulai mendapat makna baru ketika digunakan dalam perumpamaan yang diungkapkan Yesus dalam Al Kitab Perjanjian Baru. Ada seorang tuan yang kaya raya. Ia mempunyai banyak pelayan. Pada suatu hari Sang Tuan akan pergi ke negri yang jauh. Sebelum ia pergi, ia membagikan uang kepada para pelayannya, ada yang mendapat satu talenta, dua, lima dan seterusnya. Setiap pelayan mendapatkan bagian masing-masing secara percuma.. Setelah berathun-tahun mengembara, Sang Tuan pun pulang ke ruamhnya lalu mengumpulkan para pelayannya untuk mempertanggungjawabkan talenta yang sudah didapatkannya. Ternyata ada hamba-hamba yang kreatif yang melipatgandakan talentanya. Namun, ada juga hamba yang hanya menanamnya di tanah dengan alas an takut ada maling yang mengambil talentanya. Yang menarik adalah sikap Sang Tuan yang sangat menghargai para pelayannya yang berhasil mengembangkan talentanya dan memberikan bonus. Namun, kepada yang memendam talenta ia meminta kembali talenta tersebut.

Perumpamaan ini menyampaikan kepada kita bahwa setiap orang secara inhern sudah dibekali ‘karunia’ yang tak ternilai harganya. Karunia itu diberikan secara gratis. (minimal 75 juta rupiah). Tugas setiap manusia adalah menngembangkan bagaimana agar harta ini tidak sia-sia dan pada saatnya nanti bias dipersembahkan kepada Sang Maha Pemberi.

Dari contoh perumpamaan di atas, talenta semestinya dipahami sebagai seluruh potensi yang sudah tertanam pada setiap orang secara unik. Talenta semestinya dipahami sebagai sesuatu yang positif yang pada setiap orang sudah ada sebagai bawaan. Dalam istilah pendidikan sekarang disebutnya kecerdasan entah yang bersifat intelektual (IQ), emosional (EQ), maupun spiritual (SQ).

Kebenarannya adalah bahwa setiap orang dianugrahi oleh Tuhan dengan karunia secara unik. Keyakinan ini akan menuntun kita pada sikap saling menghargai kemampuan atau potensi yang dimiliki seseorang. Selain itu bagi orang tua atau para pendidik dan pembimbing hendaknya menghindari pemaksaan kehendak untuk menanamkan sebanyak mungkin kemampuan kepada anak-anak menurut ukuran orang dewasa. Talenta setiap orang berbeda-beda, tidak bias diukur dengan cara yang seragam. Keyakinan ini juga memotivasi kita untuk terus berupaya mengembangkan diri dan juga mendukung anak-anak mengembangkan diri mereka sesuai dengan talenta yang dimilikinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar