Kamis, 25 Juni 2015

LAPORAN PERJALANAN

TERDAMPAR DI DUBAI


Tak ada yang kebetulan dalam hidup ini. Begitulah orang-oang bijak berkata. Demikian pula dengan judul tulisan ini. Dalam perjalanan rombongan para guru dan tata usaha Santa Ursula BSD, kami mengalami terdampar di Dubai. Hal ini terjadi karena pesawat EMIRATES dengan penerbangan  EK357 pada tanggal 15 Juni 2015 dari Sukarno Hatta menuju Roma, yang sedianya hanya akan singgah di Dubai sekitar 4 jam,  ternyata berubah menjadi 11 jam karena ada kebakaran kecil di bandara Roma yang mempengaruhi pada oprasi Emirates di sana. Ini artinya kami transit di Dubai hampir seharian. Dan itu berarti pula kami menginap di hotel transit Dubai. Kami boarding pukul 17.10 dan pesawat berangkat pukul 17.35. Penerbangan Jakarta – Dubai memakan waktu sekitar 7 jam. Perbedaan waktu Jakarta - Dubai 3 jam. Kami tiba di Dubai sekitar pukul 24.35 waktu Indonesia bagian Barat atau pukul 21.35 waktu Dubai. Pastinya mata kami sudah sangat berat dan perih karena mengantuk. Meskipun tidur di pesawat, tetapi pastinya tak akan sesempurna di tempat tidur.

Bandara Internasional Dubai adalah bandara yang melayani penerbangan internasional sekaligus menjadi tempat singgah beberapa penerbangan internasional. Bandara yang megah ini tak pernah tidur. Menurut Wikipedia Bandara Internasional Dubai  dirancang pada tahun 1959, saat Sheikh Rashid bin Saeed Al Maktoum mengorder konstruksi bandara tersebut. Bandara ini diresmikan pada tahun 1960 dengan penerbangan pesawat DC-3 dan menjadi rumah bagi 9 maskapai penerbangan. Saat ini Bandar ini menangani semua jenis pesawat.

Bandara Internasional Dubai sekarang sudah mengalami ekspansi besar dengan konstruksi terminal 3 dan landasan pacu baru yang memiliki lebar 60 m. Ekspansi ini  membuat nyaman pesawat Airbus A380, yaitu sebuah pesawat berbadan lebar dua tingkatdengan empat mesin yang mampu memuat 850 penumpang dalam konfigurasi satu kelas atau 555 penumpang dalam konfigurasi tiga kelas.  Bandara ini juga mengalami ekspansi untuk membangun 2 stasiun di Green Line dari Dubai Metro yang dibangun secara kompleks. Sistem metro ( Rapid transit) adalah angkutan cepat, kereta bawah tanah, yaitu sebuah jalur rel penumpang listrik di wilayah dalam kota dengan kapasitas dan frekuensi yang tinggi. Sistem ini memisahkan  jalur dari sistem transportasi lainnya. Sistem angkutan cepat umumya ditempatkan di terowongan bawah tanah atau rel melayang yang berada di atas tanah. Satu stasiun dibangun pada Terminal 1 dan yang lainnya dibangun pada Terminal 3. Sistem Metro operasinya dimulai sejak tahun 2012. Pokoknya sangat canggih dan membuat saya terbengong-bengong karena kagum dan  tidak mengerti.
Sistem Metro

Selain itu di bandara ini  secara luas diketahui umum  sebagai surga perbelanjaan Duty Free  (toko yang menjual barang impor kepada pembeli yang meninggalkan negara tersebut tidak dikenakan pajak atau tambahan lain) terbaik di dunia. Barang dengan harga menarik dan kualitas terbaik berputar di sini. Ada banyak toko di antara Bandara Internasional Dubai dengan branded internasional pula. Yang doyan belanja di sinilah sorganya.


Lanjutkan kisahnya karena nanti kita terjebak di pertokoan di bandara nan super wah ini. Kami akhirnya mendapatkan penginapan setelah sekian lama dibawa ke sana ke mari untuk mengurusi birokrasi ijin menginap. Lama sekali proses ini berjalan, lebih dari satu jam. Baru pukul 23.30 waktu Dubai, kami bisa mendapatkan angkutan menuju hotel transit kami. Di hotel, masih dilanjutkan mengantri kunci. Akhirnya pukul 24.30, kami mendapatkan kunci kamar masing-masing. Sesudah bersih-bersih, akhirnya pukul 01.00 pagi kami bisa beranjak tidur. Kamar hotelnya  nyaman. Apalagi bagi kami yang sudah mengalami pengembaraan lebih dari sehari itu.

Hotel itu membuka sarapan puku 07.00 waktu setempat. Aneka macam makanan Timur-Tengah dan Eropa bisa kita pilih untuk sarapan. Buah-buahan sangat segar. Terutama apelnya sangat renyah dan manis. Rotinya juga empuk dan masih hangat. Bagi penggemar daging, sosis dan daging asap menjadi pilihan terbaik. Luar biasa. Kami masih punya waktu lama di Dubai karena penerbangan baru pukul 15.00 waktu Dubai. Diputuskan bahwa rombongan akan mengikuti city tour dengan bis yang disediakan hotel. Tentunya dengan bayaran ekstra untuk acara ini. Meskipun kami tak sempat mengunjungi semua objek wisata di Dubai, tetapi bagi saya terutama, ini luar biasa. Saya bisa mengetahui  Dubai lebih banyak lagi, tidak hanya sekedar di sekitar hotel.

Dubai adalah salah satu emirates (negara bagian) dari 7 bagian Uni Emirat Arab. Enam emirat yang lain adalah Abu Dhabi, Ajman, Fujairah, Ras al-Khaimah, Sharjah, dan Umm al-Qaiwain. Dubai terletak di pantai Teluk Persia di Uni Emirat Arab dan terletak 16 m di atas permukaan laut. Hampir 85% lebih orang yang tinggal di Dubai ini adalah ekspatriat, alias bukan warga lokal. Beragam suku dan ras ada di sini. Kota Dubai adalah pelabuhan pedagang penting, khususnya dari India, banyak di antaranya menetap di kota itu. Dubai dikenal karena ekspor permatanya hingga 1930-an. Kata pemandu yang menjelaskan di bis katanya Dubai memiliki iklim panas dan, pada beberapa waktu, lembap (kering selama panas yang ekstrim) dengan banyak bulan mencatat temperatur di atas 40 °C. Temperatur yang pernah tercatat di Dubai adalah 47.3 °C. Curah hujan sangat sedikit.


Dalam hal ekonomi, Dubai termasuk emirat yang kaya. Terbukti dari pembangunannya yang gila-gilaan itu. Beberapa bangunan yang menggemparkan dunia antara lain adalah Burj al-Arab  merupakan hotel mewah berbintang 7 yang  berada di kawasan beachfront Dubai. Dinobatkan sebagai satu-satunya hotel bintang 7 di dunia. (Bintang 5 aja sudah keren, bagaimana dengan  bintang 7 ya?). Tidak sembarangan orang bisa masuk ke hotel ini, hanya untuk tamu yang sudah reservasi saja. Untuk yang ingin merasakan menginap di Burj Al Arab, siap-siap saja merogoh kocek 5.300-an dirham atau sekitar Rp. 20.000.000,- per malam. Bangunan Burj al-Arab, dirancang oleh Tom Wright, yang ketinggiannya mencapai 321 meter, serta memiliki 66 lantai. Salah satu tempat wisata di Dubai ini merupakan bangunan tertinggi yang seluruhnya difungsikan sebagai hotel. Bangunan tersebut berdiri pada sebuah pulau buatan yang berada pada jarak 280 meter dari lepas pantai di Teluk Persia. Burj al-Arab sendiri dimiliki oleh Jumeirah. Bangunan ini telah dianggap sebagai sebuah bangunan spektakuler oleh orang-orang di bidang pariwisata. Bangunan ini juga dibuat sebagai penyaing untuk hotel-hotel yang ada di dunia.

Burj al Arab



Bangunan kedua adalah Burj Khalifa. Bangunan ini merupakan tempat wisata di Dubai yang memiliki arsitektur tertinggi dan paling menakjubkan di dunia. Menara Burj Khalifa memiliki tinggi 153 Lantai, hingga biasa di sebut-sebut menyentuh langit di kota Dubai. Bangunan spektakuler ini termasuk Bagian dari Hotel, Ruang kantor, hunian apartemen dengan semua fasilitas kemewahannya.


Kehebatan  lain yang kami lihat adalah  Jumeirah Beach. Jumeirah Beach merupakan pantai paling terkenal di Dubai serta tempat wisata di Dubai yang paling banyak dikunjungi. Menurut sumber yang saya baca pantai tersebut membentang hingga 7 km, dan dibagi menjadi tujuh Pantai dan pantai masing-masing membentang panjang berkilo kilo meter. Ada 2 Pantai yang menyatu di masing-masing Jumeirah Park dan Wild Wadi. Wild Wadi merupakan Water Park yang berlokasi di Jumeirah Beach. Pantai ini dibuat untuk taman bermain air yang  memiliki berbagai fasilitas yang super lengkap. Tempat wisata ini banyak  dikunjungi keluarga.
Bangunan di Jumeriah Beach

Sebetulnya ketika saya berselncar di dunia maya, begitu banyak tempat wisata di Dubai. Namun, tentu saja tidak sempat kami kunjungi karena keterbatasan waktu kami. Selain itu, Dubai memamng tak ada pada agenda kami. Beberapa tempat lain yang memukau dan tak sempat kami kunjungi adalah Miracle Garden, Bastakia Quarter, Dubai Museum, Naif Market, Dubai Marina, Madinat Jumeirah, Deira City Center, Dubai Mall, Emirates Mall, Ibnu Batutta Mall, Mall of the Emirates dll.


Namun, rombongan kami sempat mengunjungi sebuah mesjid dengan arsitektur nan menawan. Mesjid itu kubahnya berwarna biru. Mungkin pembuatan mesjid itu terisnpirasi oleh Mesjid Kubah Biru di Istambul yang melegenda itu. Mesjid itu bernama Masjid Al Farooq Omar Bin Al Khattab. Dari sumber yang saya baca Masjid ini  resmi dibuka pada tanggal 29 Juli 2011. 

Blue Mosque  ini berada di belakang Emarat petrol station dan di dekat persimpangan kedua Shaikh Zayed Road. Selain menawarkan suasana yang nyaman dan tenang khas tempat ibadah, Masjid  Al Farooq Omar Bin Al Khattab menawarkan keunikan desain yang tidak lain merupakan perpaduan peradaban Islam yang begitu luar biasa. Ya, masjid megah Dubai yang satu ini dibangun dengan desain perpaduan antara gaya Ottoman dan gaya arsitektur Andalusia. Tepatnya struktur masjid dibangun berdasarkan pada gaya masjid Turki di era Ottoman dengan internal dekorasi, kaligrafi dan prasasti diambil dari the Moorish style of Islamic Spain.


Blue Mosque

Begitulah perjalanan kami di Dubai. Karena terdampar, kami menjadi mempunyai pengalaman dan wawasan tentang bagaimanakah Dubai. Dubai memang menawan dan menjadi kota metropolitan yang luar biasa. Namun, ketika saya melihat sekitar jalan sepanjang kami city tor, tampaknya kota ini begitu sepi. Tak tampak keramain penghuni kota itu. Tak nampak interaksi antarwarga. Ada beberapa orang yang tampak, mereka berjalan dalam ketergesaan dan kesendirian. Saya melihat kota ini begitu individualis. Manusia yang tinggal di dalamnya berada pada bangunan megah dengan fasiltas mewah dan pendingin ruangan. Mungkin mereka enggan ke luar karena suhu di luar begitu ekstrim. Dubai memenag menawan, tetapi saya tetap mencintai Indonesia yang semerawut dan hiruk pikuk. Ketika teman saya, Lucia Dwi Astuti,  bertanya: Teh, mau gak tinggal di Dubai? Tanpa pikir panjang saya menjawab: nggak!

(Ch. Enung Martina)

 

 

 

 

 

 


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar