Minggu, 28 April 2019

Crux Sacra Gaudii Mei


BIARLAH SALIB SUCI KRISTUS MENJADI SUMBER SUKACITAKU

( Crux Sacra Gaudii Mei)


Kenangan penuh syukur tahbisan imamat:

Redemptus Febri Ferdinand Laleno, OSC

Robertus B. Evodeus Karunia Lembaga, OSC

Peter Elvin Atmaja Hidayat, OSC


Rabu, 24 April 2019, pukul 17.00 WIB, Gereja Santo Ignatius, Baros, Cimahi, Jawa Barat. Senja di Kota kecil Cimahi menjadi saksi tiga putra dari tiga keluarga mengikatkan janji dengan berkaul untuk mengabdikan diri mereka keapada Tuhan di bahawah naungan Salib nan Suci. Perarakan masuk dari pintu utama ke panti imam secara berurutan dari seremoniarius, pembawa peupaan beraroma, pembawa lilin, para putra altar, tiga orang Diakon yang akan ditahbiskan, para Diakon petugas, para Imam Konselebran, para Imam asisten, dan Bapa Uskup sebagai selebran utama yang diikuti dua putra altar yang membawa mitra, buku perayaan, dan membawa tongkat gembala Uskup.

Di depan altar para peserta perarakan berlutut. Semua konselebran menuju ke altar berdua-dua secara bergantian mencium altar. Kemudian mereka duduk di bangku di panti umat yang telah disediakan. Uskup Bandung, Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC mendupai salib dan altar. Berikutnya Bapak Uskup giliran yang didupai putra altar. Dengan didampingi para Imam Asisten, Bapak Uskup berdiri di depan katedra. Sementara perarakan berlangsung, koor dengan syahdu menyanyikan lagu Salib Pembawa Damai.  

Ketika perarakan itu masuk, saya melihat satu persatu mereka memasuki ruangan dengan pakaian liturgi meraka. Mereka tampak pas dan gagah dengan pakaian tersebut. Saya melihat bebarapa wajah yang saya tak asing lagi dengan mereka. Di antaranya para pastur yang beberapa waktu berselang pernah saya menjadi umat mereka. Yang kentara tampak berbeda adalah Pastur Rutten dengan sosok bulenya. Tampak ia berjalan dengan agak limbung menandakan bahwa usia tak lagi mampu disembunyikan. Ada perasaan hangat yang mengalir pada tubuh saya ketika mereka masuk. Ada kekaguman yang terselip di hati menyaksikan para pria yang dengan keberanian mereka mengikrarkan diri untuk setia menjalani panggilan hidup mereka menjadi seorang pastur. Inilah para pria yang berani mengambil jalan hidup mereka untuk melampau kodrat mereka sebagai laki-laki. Saya tahu itu pasti tak mudah. Itulah kekaguman saya pada mereka.

Bacaan pertama yang diambil pada Ekaristi Agung ini diambil dari Kisah Para Rasul 10: 37-43. Bacaan kedua diambil dari Roma 12: 4-8.  Injil yang dibawakan saat itu dari Yohanes 15: 9-17.

Setelah, liturgi sabda, tibalah pada ritus tahbisan imam. Dengan mengenakan mitra, Bapak Uskup duduk di depan altar. Imam Asisten 1 memanggil para diakon calon imam. Para calon imam menjawb sambil berdiri di tempat yang ditentukan. Para daikon calon imam satu persatu menghadap Bapak Uskup; mereka terlebih dahulu memberi penghormatan kepada Bapak Uskup dengan membungkukkan badan. Iamam Asisten 1, Pastor Basilius Hendra Kimawan, OSC, selaku Pastor Provinsial OSC di Indonesia, mendampingi para calon imam, beliau berdiri di samping mereka dan mengajukan para calon imam. “Bapak Uskup yang mulia, Bunda Gereja yang kudus  dan seluruh umat Allah memohon agar Bapak Uskup menahbiskan saudara-saudara kita ini ke dalam tugas pelayanan sebagai imam.” Ada Tanya jawab tentang layak tidaknya para calon imam. Ketika dikatakan bahwa mereka layak, maka Uskup menyatakan memilih ketiga calon imam tersebut untuk ditahbiskan menjadi imam.

Khotbah Bapak Uskup dalam Ekaristi tersebut seputar panggilan hidup. Bahwa karunia panggilan itu aneka macamnya. Semuanya saling melengkapi. Karunia itu berlaku tanpa syarat, tanpa kondisi. Kita mempunyai karunia berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugrahkan Tuhan kepada kita. Gunakanlah karunia itu dalam panggilan kita.

Setelah homily dilakukanlah ritus janji calon imam. Para calon imam berdiri di hadapan Bapak Uskup. Terjadilah dialog Antara Bapak Uskup dengan calon imam sesuai panduan yang berlaku.

Setelah ucap janji para calon imam, semua berlutut, sementara itu para calon imam merebahkan diri di hadapan altar sebagai ungkapan pasrah dan ketidakpantasan. Kemudian litany Para Kudus pun dinyanyikan bergantian oleh solis dan umat. Setelah litany selesai, Bapak Uskup berdiri, lalu beliau berdoa dengan tangan terentang. Calon imam tetap meniarap dan umat tetap berlutut.

Setelah semua umat berdiri dengan tertib, Diakon Petugas memebrikan penjelasan bahwa sebentar lagi Bapak Uskup akan menumpangkan tangan ke atas saudara-saudara  yang telah dipilih untuk ditahbiskan menjadi imam. Seluruh imam yang hadir di situ juga akan melakukan hal yang sama. Umat diminta mengikuti ritus ini dengan khidmat.

Setelah Bapak Uskup dan para imam yang hadir menumpangkan tangan pada para calon imam terpilih, para calon masih tetap berlutut di hadapan Bapak Uskup. Bapak Uskup melambungkan doa tahbisan imam. Para imam konselebran pun turut mengulurkan tangan kanan ke arah para calon terpilih secara bersamaan.

Doa tahbisan selesai. Bapak Uskup duduk dengan mengenakan mitranya. Para imam asisten berdiri di sampingnya. Para orang tua iamam baru sudah siap di belakang putranya masing-masing. Imam baru satu persatu berlutut di hadapan Bapak Uskup. Stola diakon dilepas diganti dengan stola imam. Bapak Uskup menyerahkan stola dan kasula kepada imam baru dengan menyebutkan nama lengkap imam baru sambil berkata: Jadilah pelayan umat yang baik. Masing-masing imam baru menjawab: Mohon doa Bapak Uskup. Para imam baru mengenakan kasula dan stola dibantu oleh orang tua masing-masing. Sementara itu koor menyanyikan lagu Panggilan Hidupku hingga selesai pengurapan tangan.

Sementara umat dan koor menyanyikan lagu Panggilan Hidupku, Bapak Uskup mengurapi tangan para imam baru satu persatu dengan minyak krisma sambil berkata: Melalui kuasa Roh Kudus, Allah bapa telah mengurapi Tuhan Yesus Kristus. Semoga Ia mendampingi engkau demi pengudusan umat kristiani dan demi persembahan kurban bagi Allah. Setelah usai pengurapan, Bapak Uskup dan imam baru membersihkan tangan dengan roti. 


Ritus yang berikutnya adalah masuk ke persembahan. Wakil-wakil keluarga membawa persembahan. Koor dan umat menyanyikan lagu Trimalah Harum Setanggi. Persembahan yang dibawa oleh wakil keluarga adalah piala dan patena yang berisi hosti besar, wakil kedua membawa ampul berisi air dan anggur, yang ketiga membawa sibori berisi hosti-hosti kecil, dan yang lainnya membawa buah dan bunga.

Persembahan itu diserahkan oleh para wakil keluarga kepada Bapak Uskup. Bapak Uskup menerimanya. Lalu Bapak Uskup menyerahkan persembahan itu  kepada imam baru satu per satu untuk diletakkan di altar sambil berkata: (Menyebutkan nama lengkap imam baru) Terimalah bahan persembahan ini, yang dibawa oleh umat Allah yang kudus, sadarailah yang engkau lakukan; hayatilah yang engkau rayakan, selaraskanlah hidupmu dengan Misteri Salib Tuhan.

Setelah itu Bapak Uskup berdiri dan memberikan salam damai kepada para imam baru sambil berkata: Damai Tuhan bersamamu. Lalu dijawab para imam baru: Bersama Bapak Uskup juga. Para imam konselebran pun memberikan salam sebagai tanda kolegialitas presbiterat (rasa setia kawan terhadap teman sejawat.sesama imam).

Sementara itu koor menyanyikan lagu Unum in Deum. Para iamam baru mempersiapkan altar untuk Liturgi Ekaristi. Setelah beres, salah satu mempersilakan Bapa Uskup. Mereka berdiri di dekat Bapak Uskup. Para iamam asisten mengapit mereka. Ritus ini diiringi lagu persiapan persembahan.

Selesai persembahan, maka masuklah pada Doa Syukur Agung. Saat lagu Kudus dinyanyikan Misdimar mengambil wiruk-dupa dan berlutut di depan altar.

Bapak Uskup menumpangkan tangan (epiklesis) di atas roti dan anggur. Para imam konselebran juga melakukan tata gerak epiklesis, tetapi hanya dengan tangan kanan terulur ke arah roti dan anggur.  Dengan tangan terentang, bergantian dengan Bapak Uskup, para imam baru mendoakan Doa Syukur Agung. Saat Doksologi hanya dinyanyikan oleh para imam konselebran. Sementara itu, daikon petugas mengangkat piala dan para imam baru yang berdiri persis di sebelah Bapa Uskup mengangkat tinggi sibori-sibori. Demikian juga bapak Uskup mengangkat sibori. Berjalanlah pembagian komuni seperti pada umumnya.

Pada ritus penutup, petugas mengajak para umat berdiri dan mempersilakan para imam baru tampil di depan altar untuk memberikan berkat pertama.

Para imam baru kembali ke panti imam, bergabung dengan para konselebran. Bapak Uskup kembali ke altar. Diakon petugas mengajak umat berdiri untuk menerima berkat meriah. Hening sejenak. Lalu Bapak Uskup mengenakan mitra dan mengulurkan tangannya ke arah umat sambil memberikan berkat meriah untuk pemimpin gereja, untuk umat Allah, untuk kehadiran para gembala sejati di tengah umat Allah, dan untuk umat yang hadir di situ. Berkt diakhiri dengan perutusan.

Akhirnya, Bapak Uskup meninggalkan Gereja dengan urutan seperti pada perarakan masuk pertama tadi. Lagu pengiring pun dinyanyikan yaitu Yesus Mengutus Murid-Nya. Maka selesailah Misa Pentahbisan. Masih dilanjutakn dengan sambutan dari panitia, wakil orang tua imam baru, imam baru, juga Pastor Provinsial OSC.

Hari sudah petang. Cimahi sudah berselimut kegelapan. Cahaya lampu kota dan  kendaraan menerangi kota kecil ini. Perlahan kami bergerak kea rah depan untuk memberikan selamat keada ketiga imam baru. Akhirnya, diterangi lampu jalanan kendaraan kami membawa kami kembali ke BSD untuk menembus kemacetan di sana-sini. Dalam hati, kami berharap akan masa depan pelayanan para imam baru ini. saya berdoa setulus hati untuk mereka. (Ch. Enung Martina)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar