Sabtu, 21 November 2009

CERITA HARI RABU

MEMPERTAHANKAN UNTUK KEHILANGAN
Hari ini, Rabu, 20 November 2009, aku belajar dari seorang anak remaja berusia 14 tahun tentang arti mempertahankan nama baik, tetapi akhirnya justru kehilangan nama baik tersebut. Leo, sebut saja begitu namanya, hari ini mendapat pelajaran berarti dalam hidup dia. Karena dia berusaha menghilangkan jejak agar namanya tidak tercemar untuk suatu kecerobohan dan kesalahan yang dia lakukan, justru namanya menjadi tercemar karena dia sendiri terbelit dengan skenario penyelamatan diri yang dia lakukan yang menurutnya pasti akan berhasil. Justru dengan skenario yang dia buat untuk mempertahankan nama baik itu, akhirnya dia mendapat pelajaran yaitu dijauhi teman-teman setimnya karena dianggap bebrbuat tidak jujur. Namun, yang aku kagumi remaja putra ini begitu berani melakukannya dan akhirnya mengakuinya.

Aku bercermin untuk diriku sendiri. Aku juga pernah melakukan hal demikian. Aku berusaha mempertahankan sesuatu dalam hidupku, nama baik, materi, pertemanan, atau apa pun. Namun, pada saat kita mempertahankan itu semua, ternyata justru malah kehilangan.

Dengan begitu aku melihat bahwa apa yang ada pada diri kita dan di sekitar kita tidaklah abadi. Apa yang ada pada hari ini, belum tentu ada untuk hari esok. Apa yang hari ini menjadi bagian dari diriku, bisa saja hari kemudian menghilang. Artinya kita tak mempunyai apa-apa, bahkan nyawa dalam tubuh kita, kita tak memilikinya.

Dengan demikian aku mengatakan pada diriku sendiri bahwa semua itu adalah titipan. Apa yang ada padaku semata-mata karena kehendak-Nya. Pada saatnya, Dia yang mempunyai akan mengambilnya kembali, aku tak bisa menghindar dan mengelak. Ambillah karena semuanya bukan milikku.

Hari ini, Leo, gurumu, belajar banyak ketika kamu duduk dihadapanku dengan paras sedih dan terhenyak. Meski kamu tak mengatakan apa-apa kepadaku, aku mendapat banyak hal dari pengalamanmu. Aku juga pernah melakukan kecerobohan seperti yang kamu lakukan, meski dengan versi yang berbeda. Jangan sangka bahwa gurumu ini adalah orang yang tiba-tiba dewasa dalam bertindak dan dalam berpikir.

Aku hanya berkata kepadamu bahwa kita patut bersyukur karena Tuhan mencintai kita untuk bisa memahami pelajaran ini. Terlebih kamu, pada usiamu yang belia kamu mendapat pelajaran berarti. Untungnya di anatara aku dan kamu selalu ada malaikat pelindung yang tak bersayap yang bersedia membantu kita. Meringankan beban dan memberikan solusi untuk hal yang kita hadapi. Untungnya Tuhan itu menurunkan Roh Kudus-Nya untuk kita sehingga Roh Kudus selalu menjaga kamu dan juga aku untuk tidak terluka lebih dalam.

Aku, gurumu, belajar darimu tentang nilai keberanian untuk mengakui kelalaian dan jujur terhadap diri kita sendiri.

(Enung Martina: seorang guru yang masih saja bodoh untuk banyak hal).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar