Retret : kembali melihat perjalanan hidup yang sudah dilalui untuk menentukan jalan ke depan yang lebih baik berdasarkan pengalaman yang lalu.
Dalam retret ini aku menyerahkan segalanya berjalan sesuai alur dan hembusan Roh Kudus yang akan membawaku pada pertemuanku dengan diriku dan juga Tuhan. Aku beranggapan retret ini sebagai sebuah liburan. Liburan bersama Tuhan.
Selayaknya sebuah liburan, aku mempersiapkan dengan senang karena mau berlibur. Kalau pada tiap liburan kita berlibur dengan keluarga atau bersama teman dan sohib. Dalam retret aku berlibur juga dengan sobat sejatiku, Yesus. Bersama dengan Bapa dan merasakan Roh-Nya yang kudus yang menjadi spirit dalam hidupku. Namun, ternyata tak mudah. Kedaginganku terkadang begitu besar daripada kehendak roh.
Aku berniat dan meyakini kalau berusaha melakukannya dengan baik, maka aku pasti akan menemukan apa yang kucari dan kubutuhkan. Jadi aku menikmati liburan ini bersama-Nya dengan santai, tak tergesa, dan tentunya siaga tapi menikmatinya.
Aku mempunyai pandangan bahwa dalam retret ini bukan banyaknya yang aku peroleh, melainkan isi yang mendalam yang mampu menumbuhkanku menjadi lebih baik. Sesuatu yang mempunyai daya untuk diriku sehingga membawaku kepada rasa syukur dan pemahaman. NON MULTA SID MULTUM. Bukan banyaknya, tetapi bobotnya.
Karena aku mau berlibur bersama DIA, jadi aku perlu mendengarkan DIA. Selama ini aku yang bicara terus. DIA yang mendengarkanku. Aku perlu diam dalam hening. Keheningan menjadi kunci untuk mendengarkan.
Aku berharap semua dinamika yang kualami dalam liburanku ini bisa menghadirkan DIA. Aku menghayati hal yang kulakukan dengan penuh sadar dan merasakan bahwa DIA ada bersamaku sedang berlibur. Tapi aku tidak mahir untuk lakukan itu. Aku masih terkadang meleng dan hilang sesaat sebelum kembali fokus pada kesadaran bahwa aku sedang berlibur bersama-Nya.
Dalam liburanku bersama-Nya, aku juga membawa orang lain dalam doaku. Kali ini secara special, aku membawa Nini (nenekku yang belasan tahun sudah tiada). Aku merasa perlu untuk melakukan itu. Karena ada keterikatan yang membawa dia padaku untuk secara khusus mendoakan beliau. Aku bawa dalam ujud 2x Misa. Aku adalah cucu kesayangannya. Aku merasakan doa-doanya dan semangatnya dalam hidupku, bahkan ketika beliau tiada. Selama ini aku tak sering mengingat beliau hanya kala ada Misa Arwah (2 November) untuk mendoakannya. Beliau bukan seorang Katolik, tetapi kebatinan Sunda. Namun, aku percaya surga itu tidak dikavling-kavling menjadi beberapa aliran. Mungkin aku salah, tetapi aku yakin bahwa kalau aku mendoakan Nini dengan cara Katolik, Doaku akan sampai juga dan Nini pun akan bahagia.
Yang kubawa dalam doaku sudah pasti adalah keluarga: Bob (suami tercinta), Metta, Aga, dan Renee. Yang lainnya aku bawa juga teman dalam pekerjaan yang dalam keseharian bersentuhan dan bergesekan. Juga orang-orang yang berpengaruh dalam hidupku. Rasanya kalau didaftar, nama tersebut akan sangat panjang. Sekedar menyebut nama mereka, mendoakan untuk kebahagiaan mereka, aku sudah merasa ikut memberi andil dalam hidup mereka, meski hanya dengan sebaris doa.
Begitulah aku berlibur bersama-Nya menikmati kebersamaan kami. Aku mensyukuri ini semua karena aku bisa menikmati ini dengan baik. Ada banyak yang kudapatkan. Untuk tulisanku ke depan akan kubagikan apa yang kudapat dalam liburanku bersama-Nya.
(Teh Nung yang masih menyisakan kenikmatan dalam hening yang manis.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar