Setelah makan
pagi di penginapan dengan menu cofee late
yang hangat dan harum ditemani roti kruisan serta selai dengan
aneka rasa yang lezat, peserta melanjutkan perjalanan napak tilas dengan
memaknai kembali arti peziarahan bagi pertumbuhan iman, sebagaimana dilakukan
Santa Angela semasa hidupnya. Salah satu tempat yang diziarahi Angela adalah
Gunung Suci Varallo.
Untuk menuju
gunung ini, kami harus keluar dari Brescia menuju luar kota atau pedesaan
Italia. Sepanjang jalan kami menyaksikan hutan-hutan yang diselingi dengan
ladang anggur, zaitun, gandum, jagung, kentang, dan beberapa tanaman yang tidak
saya kenal jenisnya. Pegunungan Alpen
membentang sepanjang perjalanan kami. Berwarna hijau kebiruan. Saya merasa
takjub karena saya membaca dan menyebut kata Pegunungan Alpen itu sejak saya
belajar di SD tentang geografi. Nah, sekarang saya melihatnya dari dekat,
bahkan saya berada dilingkupi oleh pegunungan itu. Luar biasa! Tak pernah
sekalipun ketika saya membaca dan belajar geografi membayangkan akan sampai di
tempat ini! Puji Tuhan.
Mari kita mengenal sedikit
seperti apakah Varallo itu.
Varallo
umumnya dikenal sebagai Varallo Sesia, adalah comune (pembagian daerah administratif di Italia setara dengan
kotamadya/kabupaten) dan kota di provinsi Vercelli di wilayah Piedmont di
Italia Utara. Wilayahl ini terletak di Valsesia, 450 meter (1.480 kaki) di atas permukaan
laut, 66 kilometer (41 mil) timur laut dari Vercelli, dan 55 kilometer (34 mil)
barat laut dari Novara. Daerah ini dibagi dalam dua distrik (Varallo Vecchia
dan Varallo Nuova) yang dibatasi oleh
aliran sungai Mastallone yang merupakan
anak Sungai Seisa.
Lembah Seisa
Kota
Varallo Sesia memiliki luas sebesar 88.71 km². Daerah ini merupakan lembah yang di dalamnya mengalir Sungai
Sesia dan Sungai Mastallone yang memisahkan kedua wilayah Varallo. Nama Sesia (Latin Sesites atau Sessites) adalah
sebuah sungai di utara-barat Italia , yang merupakan anak sungai Po. Sumbernya
adalah gletser Monte Rosa di perbatasan Swiss . Mengalir
melalui lembah Alpine Valsesia dan kota-kota Varallo
Sesia , Quarona , Borgosesia, dan Vercelli . Sesia
mengalir ke Sungai Po dekat Casale Monferrato . Kualitas air kedua
sungai itu sangat baik sehingga bisa dimanfaatkan untuk air minim dan jaringan
pusat layanan air. Curah hujan paling
banyak antara bulan April sampai Juni, sehingga sungai ini bisa dimanfaatkan
untuk wisata air kano dan kayak. Selain itu di sungai ini pun hidup ikan trout (ikan air tawar seperti belut,
patin, dll). Karena itu dimanfaatkan pula untuk budidaya ikan.
Lembah
Varallo Seisa dikelilingi oleh kaki Pegunungan Alpen dan tidak jauh
dari Monte Rosa, yang terlihat samar-samar dari bukit-bukit sekitarnya. Monte
Rosa adalah sebuah gunung yang terletak di Zermatt, Swiss. Monte
Rosa adalah gunung tertinggi kedua di Swiss sesudah Pegunungan
Alpen. Gunung
ini melintasi perbatasan antara negara Swiss dan Italia.
Sacro
Monte di Varallo
Sekitar
150 meter (490 kaki) di atas kota terdapat
Sacro Monte di Varallo, adalah
salah satu situs ziarah yang paling terkenal dan yang tertua di Piedmont dan
Lombardy. Situs ini sudah dinyatakan sebagai warisan dunia yang ditorehkan oleh UNESCO dalam Daftar
Warisan Dunia pada tahun 2003. Untuk sampai ke tempat suci ini, para pengunjung
harus melalui jalan berliku dan
menanjak. Namun, sekarang ada pilihan lain untuk sampai ke tempat ini dengan
menaiki cabel car.
Gunung
suci yang dikelilingi pegunungan Alpen dan Monte Rosa yang menjulang hijau
kebiruan ini sangat hening dan kudus.
Ketika kami sampai ke tempat ini, suasana tak begitu ramai karena pengunjung
tidak begitu banyak. Dari bukit suci ini kita bisa melihat Lembah Seisa yang
tampak menawan dan damai di bawahnya. Pemandangan kota kecil Italia yang menawan.
Tempat Suci dibangun pada akhir abad
kelima belas oleh Fransiskan Friar, yang dipimpin oleh Pastor
Bernardino CAIMI. Beliau pernah menjadi wali Makam Suci di Yerusalem
pada tahun 1478. Ia ingin mewujudkan impiannya mendirikan tempat ziarah di
bukit di atas kota Varallo yang meniru tempat-tempat suci Palestina. Tujuannya
agar memungkinkan umat beriman untuk melaksanakan ziarah dengan
berpusat pada kehidupan Kristus. Bernardino
CAIMI, pendiri Sacro Monte, lahir pada abad kelima belas, ia
mengambil sumpah sebagai Fransiskan dan tinggal selama beberapa tahun di Biara
Sant'Angelo di Milan, kemudian di biara Lodi. Bapak Ciami meninggal pada tahun 1499. Beliau sangat berjasa untuk membantu
memudahkan kaum beriman melihat
visualisasi peristiwa-peristiwa dalam Al Kitab dengan sangat nyata dan jelas
pada keempat puluh tiga kapel di Gunung Suci Varallo.
Bernardino
CAIMI, pendiri Sacro Monte
Gunung
Suci Varallo memiliki 43 kapel. Kapel pertama didirikan dengan konstruksi sangat sederhana, yang
kadang-kadang terlihat seperti arsitektur alam (gua) dan bangunan pedesaan. Baru berikutnya dilanjutkan dengan model arsitektur dan bahan yang meniru budaya
arsitektur Valsesia. Hal ini dibuktikan dengan kompleks kuno Nazaret (C. 2, 3, 4), kapel Temptation of Christ (C.13), dan bagian
tertua dari kompleks Betlehem (C. 5, 6, 7, 8, 9) yang telah mempertahankan tampilan
gereja sederhana dengan menara dan loggia tradisi lokal.
Dalam bangunan ini lukisan dan patung dibuat seukuran manusia agar menampilkan suasana
sesuai dengan peristiwa asli yang
telah terjadi. Setiap
lukisan dan patung di Gunung Suci ini sangat nampak ekspresi dan emosi dari
setiap tokoh yang divisualkan. Patung tertua di Sacro
Monte adalah patung batu pemberian minyak suci (saat
ini disimpan di Pinacoteca dari Varallo), karya De Donati.
Salah satu lukisan di Gunung Varalo
Pada awal abad ke-16 proyek Sacro Monte melibatkan seorang pelukis,
pematung, dan arsitek ternama yaitu Gaudenzio
Ferrari. Proyek ini mendapat dukungan dari tokoh masyarakat kala itu yaitu Duke of Milan, Ludovico il Moro, dan
para tokoh yang lain. Bapak Bernadio Caimi mempertimbangkan melibatkan tokoh-tokoh
ini dari sisi sosial, politik, dan
ekonomi. Beliau berpikir dengan berdirinya tempat berziarah ini, perekonomian
di daerah yang kala itu miskin sumber daya dan gersang, tetapi strategis dan
ditunjang dengan kemolekan alam ini,
bisa berubah. Padre Caimi membutuhkan dukungan dari tokoh – tokoh penting
bangsawan lokal untuk menjaga kemanan dan tentu saja dukungan dana. Karena itu,
kita bisa menemukan ukiran nama-nama para tokoh pendukung dalam pembangunan
situs ini.
Pada
sekitar tahun 1560-an Sacro Monte secara radikal
didesain ulang atas prakarsa Giacomo d'Adda, seorang pemilik modal kaya dari Milan. Dia menugaskan arsitek dan
perencana kota Galeazzo Alessi untuk memperbaahrui Sacro Monte secara lengkap. Mereka juga merestorasi lukisan dan
patung dengan mendatangkan para seniman Lombardi yang juga mengerjakan proyek
Katedral Milan.
Pada tahun 1583 Duke of
Savoy, Charles Emmanuel I, mengunjungi Sacro Monte dan memberikan dana untuk kapel baru Slaughter dari Innocents
(C.11) pada tahun berikutnya. Pada tahun yang sama Carolus Borromeus, melakukan kunjungan terakhir ke Sacro Monte. Dijelaskan
oleh penulis biografinya, Charles
Bascapè, sesaat sebelum wafat, beliau bermeditasi di gunung suci itu. Saat
kunjungannya, beliau membawa beberapa
penasihat ahli teologi dan arsitektur, Bapa Panigarola, Pellegrino Tibaldi, dan Coin
untuk memberikan sentuhan di tempat suci itu. Namun, kematiannya
mencegah realisasi proyek ini.
Dari
tahun 1593-1615 Uskup Novara, Carlo Bascapè, memimpin transformasi baru dari kompleks keagamaan ini. Beliau juga mengubah jalur kapel
sesuai dengan alur cerita kehidupan
Kristus. Beliau menunjuk para seniman berkualitas untuk memperbaharui situs suci itu. Salah
satu seniman itu adalah Pierfrancesco
Mazzucchelli, "il Morazzone". Ia
mengerjakan lukisan kapel Jalan ke
Kalvari (c.36), Ecce Homo (C.33) dan Penghukuman Kristus (C. 35). Selain itu dilibatkan juga seniman Flemish Juan de Wespin dan Giovanni
d'Enrico.
Pada
abad ke-17 bekerja untuk Sacro Monte para
seniman dari berbagai latar belakang. Di antaranya adalah pelukis Valsesian, tetapi sangat dipengaruhi
karya-karya Caravaggio, yaitu Tanzio dari Varallo. Beliau mengerjakan kapel Presentasi Kristus Sebelum Pilatus
(C.27), Pilatus Mencuci Tangan (C.34), dan Kristus di Istana Herodes (C.28). Setelah dia, ada seniman lokal, seperti pelukis Martinoli dan pematung
Gaudenzio Scetis.
Basilika di Gunung Varalo
Sekitar tahun 1740, Arsitek Pertama Raja, Benedetto
Alfieri , memperbaiki proyek altar utama dan ruang bawah tanah Basilika
Perawan. Kapel terakhir,
Kristus Sebelum Pengadilan Anna (C.24), diperbaiki dengan mendatangkan
pematung Tandardini.
Gunung
ini mempunyai aura tersendiri seperti paad umumnya gereja-gereja tua. Ketika
kami melewati setiap kapel patung – patung yang seukuran manusia itu membantu
kami untuk menghayati peristiwa kehidupan Kristus. Pada setiap stasi, kami
berhenti untuk berdoa dan tentu saja
mengambil gambar. Udara dan matahari yang cerah di musim panas menambah
keindahan alam di sekitar tempat ini. Saya selalu berusaha mendekati Padre
Ignatio agar bisa mendengarkan penjelasan dari setiap gambar, patung, dan
tulisan dalam bahasa Latin yang ada pada
ke-43 stasi tersebut. Kunjungan kami di sini diakhiri dengan pembagian medali
dari suster kepala yang dibeli di tempat penjualan souvenir di situs ini.
Akhirnya, kami pun kembali menuruni bukit ini dengan menaiki cabel car seperti tadi kami datang.
(Ch. Enung Martina)