Sabtu, 18 Juli 2015

Perjalanan 4: Pesona Cinque Terre

pedesaan di Sarzana
Sekitar pukul 14.00 waktu Itali, kami melanjutkan perjalanan kami dari Roma  menuju Sarzana – La Spezia. Wilayah ini berada di Italia Utara yang terkenal kesuburannya. Menurut Wikipedia La Spezia (Spèza dalam dialek lokal Liguria) adalah sebuah kota di daerah Liguria di Italia Utara, di ujung atas La Spezia Gulf, ibukota provinsi La Spezia. Kota ini adalah salah satu pelabuhan militer dan dagang Italia utama, terletak antara Genoa dan Pisa di Ligurian Sea. La Spezia juga memiliki industri militer terbesar di Italia, bernama OTO Melara.

Di Sarzana – La Spezia kami menginap di  Hotel La Rondine, viale (jalan) Litoraneo no 58, Marinella di Sarzana setelah menempuh jarak 430 Km dalam waktu  lebih kurang 4 jam perjalanan dengan  bis wisata yang nyaman. Setibanya di hotel, kami sudah disambut dengan hidangan malam berupa pasta yang seperti selang dipotongi dengan saus kerang dan udang. Kawan saya Pak Kris menyebutnya selang diketoki.
Italia, salah satu Negara di Eropa yang di juluki Negri Pizza ini ternyata memilki banyak obyek wisata yang sangat menarik. Mulai dari perfileman, arsitektur, wisata sejarah, menara  Pisa, wisata Fassion di kota Milan, wisata agama di Vatikan, wisata makanan, galeri, wisata alam dan banyak lagi yang bisa kita nikmati. Salah satu yang terkenal dan menjadi warisan dunia adalah Cinque Terre. Di Indonesia tempat wisata ini belum begitu dikenal banyak orang. Mari saya bagi pengalaman di tempat wisata yang luar biasa ini! Kami mengunjungi tempat ini pada hari Kamis, 18 Juni 2015.

Cinque Terre yang terletak di Provinsi La Spezia, Liguaria, Italia Utara ini merupakan salah satu warisan dunia yang ditetapkan UNESCO. Cinque Terre sendiri berarti lima desa yaitu Riomaggiore Riomaggiore, Manarola, Corniglia, Vernazza, dan Monterosso. Cinque Terre sekarang dijadikan sebagai taman nasional dan suaka alam laut. Beberapa abad silam, di area ini seorang arsitek lansekap berkebun buah anggur. Kebunnya luas dan berteras dengan tekstur berundak, terlihat seperti tangga dengan dataran di bagian bawah mengarah ke laut. Karena tanah yang kuat seperti batu, undakan tidak perlu diperkuat bahan-bahan bangunan lain. Maka mulailah orang membangun desa di tempat berkarang yang terjal ini. 
Cinque Terre 
Ketika kami melihat daerah ini, salah satu teman saya, Ibu Yuli Lewar, berkomentar: daerah seperti ini di Flores ada, malah lebih indah daripada ini. Memang, pariwisata semakin meningkat ketika suatu tempat  ditemukan dan dikelola dengan baik. Pantai di Flores yang Ibu Yuli Lewar katakan pun akan menjadi seperti Cinque Terre bila pemerintah dan masyarakat mengelola dengan baik serta memasarkannya agar bisa dilihat oleh mata dunia. 

Pantai di Cinque Terre
Desa-desa di Cinque Terre yang tadinya miskin dan terpencil menjadi berkembang dengan dibangunnya infrastruktur transportasi kereta yang setiap jamnya bisa kita temukan. Jalur lalu lintas yang semakin mudah membuat lima kawasan yang mempunyai dialek dan budaya yang berbeda ini bisa menjadi satu dan menjadikan warna tersendiri di dunia pariwisata. Pengunjung bisa mendaki dan berpetualang bersama dengan masyarakat setempat dan menikmati kuliner khas di desa itu. Seperti yang komentar Ibu Yulia Lewar di atas, saya pun bertanya: kapan Indonesia bisa memajukan pariwisatanya seperti ini? Saya yakin tak hanya di Flores yang dikatakan tadi, tetapi di tempat lain di Indonesia banyak tempat yang tak kalah fantastic-nya.

Kita bisa melihat matahari bersinar, laut, pasir pantai yang indah, dan bangunan-bangunan yang menawan. Banyak wisatawan yang sengaja datang ke sini hanya untuk berenang dan juga mendaki karena kawasan ini juga berupa perbukitan yang terjal. Karena saat kami berkunjung sedang musim panas, pantai di kelima desa ini penuh dengan orang berjemur. Bagi yang ingin bermalas-malasan, tempat ini juga sangat mendukung, dengan sinar matahari yang hangat akan memanjakan diri untuk berjemur dan menikmati semilir angin. Tempat sangat cocok untuk  bersantai sejenak melepaskan diri dari rutinitas pekerjaan yang melelahkan.
Keindahan laut dan bukit terjal di Cinque Terre
Lima desa ini bisa dijangkau hanya melalui kereta api. Namun, berhati-hatilah ketika naik kereta api karena sangat padat, maka pencopet beroprasi di sini bisa tersamarkan oleh padatnya penumpang. Para pencopet ini sangat perlente. Mereka anak-anak muda yang tampan dan cantik. Bagi kita orang Indonesia rasanya tak percaya bahwa mereka pencopet bila melihat sosok mereka.  Saya mengenali mereka pencopet karena Fullbia, local guide kami, menjelaskan ciri meraka. Bahkan denagn sadisnya ia menunjukkan orangnya. Cara mereka beroprasi sangat rapi dan profesional. Teman saya, Ibu Sofie, mengalami hampir dicopet. O ya, kata Fullbia, orang Asia menjadi sasaran empuk para pencopet itu. Mereka beranggapan orang Asia selalu membawa uang cash. 
Kereta api satu-satunya tranportasi ke Cinque Terre
Desa-desa  ini terkenal dengan pelabuhan dan hasil lautnya. Banyak restoran di sana yang menyajikan hidangan laut, seperti kerang dan mix grill al mare (aneka ikan, cumi, udang, lobster panggang, disajikan dengan irisan tipis terong, paprika, dan jeruk lemon). Berbicara tentang makanan kami mengalami pengalaman seru ketika memesan makanan. Saya termasuk kelompok 9. Kami semua berenam: Pak Victor sebagai ketua, Ibu Mitha, Ibu Sofia, Ibu Darpi, Ibu Rawati, dan saya. Setiap kelompok akan bersama-sama pada saat kegiatan yang memerlukan kebersamaan agar saling melindungi dan saling memperhatikan sehingga tidak terjadi hal-hal yang tak diharapkan di negri orang.
Begini cerita seru kelompok kami. Kami mendapat jatah makan siang sebesar 13 euro. Ketika di Manarolla, kami makan siang di sebuah restoran lokal. Saat masuk restoran kecil itu, kami sudah clingak-clinguk kebingungan akan memesan makanan apa. Pelayan yang sepertinya sekaligus pemilik restoran tersebut tanggap, segeralah dia memberikan papan menu kepada kami. Kami pun asyik menyimak tulisan di papan tersebut. Tak ada gambar pada papan itu. Hanya ada tulisan dalam bahasa Italia. Setelah melalui kesepakatan, kami memesan porsi yang berbeda untuk setiap orang agar bisa saling mencicipi. Datanglah pesanan Pak Victor: pasta seperti spageti dengan bumbu seafood  kerang. Yummmy, nampak lezat! Yang kedua datang pesanan saya, spagheti dengan saus olive oil dan campuran olive muda. Lumayan! Datanglah pesanan Ibu Darpi: Pasta kotak-kotak dengan udang dan daging. Nampaknya lezat! Berikutnya pesanan Ibu Rawati: pasta bulat lonjong kecil dengan saus merah beraroma keju muda. Kami melihatnya langsung tertawa karena bentuk pastanya mirip tahi kambing. Intil wedhus! Tiba giliran pesanan Ibu Sofie. Kami penasaran dan menantikannya, ternyata bentuk pastanya sama dengan pesanan Ibu Rawati hanya sausnya berwarna hijau royo-royo. Otomatis kami tertawa lagi lebih keras dan lebih terpingkal-pingkal. Ibu Mitha tak ikut rombongan karena dia makan di atas, kakinya sudah tak kuat  berjalan terlalu jauh. Ketika kami mencicipi rasanya: yang paling lezat menurut lidah kami pesanan Ibu Darpi, kedua Pak Victor, ketiga saya, sedangkan pesanan Ibu Rawati dan Ibu Sofie, perlu waktu lama dan perjuangan kami menghabiskannya. Sepanjang makan, tak henti kami menertawakan kebodohan kami.
Inilah sedikit informasi tentang kelima desa tersebut menurut beberaap sumber dan  Fullbia, local guide, yang menjelaskannya dengan suara keras- toa, dan penuh canda. Sesuai dengan makna namanya  Fullbia berarti gembira.
Riomaggiore

toko suvenir di Cinque Terre 

Kawasan ini berada paling selatan dan merupakan tempat pertama yang bisa kita capai jika kita datang dari Provinsi La Spezia, seperti kami. Kami  sudah bisa melihat rumah-rumah yang dibangun di sepanjang tebing yang curam. Via Colombo adalah jalan utama yang bisa dilalui, di sepanjang jalan itu bisa dijumpai restauran, bar, dan toko-toko. Via dell’Amore menjadi penghubung antara Riomaggiore dan Manarola yang masih merupakan bagian dari Cinque Terre.


Manarola
Merupakan kota terkecil kedua yang menjadi bagian dari Cinque Terre. Rumah-rumah yang berwarna-warni dan desa-desa kecil terhampar di sepanjang tebing Liguria. Barangkali Manarola adalah merupakan kota tertua di kawasan ini, ditandai dengan adanya bangunan gereja San Lorenzo yang terbuat dari batu, yang terdapat angka tahun 1338. Kami mampir di gereja batu ini dan berdoa untuk beberapa saat. Dialek daerah ini agak berbeda dengan daerah di sekitarnya. Kata Manarola kemungkinan merupakan perubahan dari dialek Latin yang berasal dari kata Magna rota. Dalam dialek setempat menjadi Magna roea yang berarti roda besar. Ini mengacu pada roda pabrik di kota. Industri utama di sini adalah pemancingan dan anggur. Anggur lokal yang terkenal adalah sciacchetra. Banyak tulisan orang Romawi yang memuji kualitas anggur tersebut.

Corniglia

pertanian di Cinque Terre 
Merupakan satu-satunya dari kawasan Cinque Terre yang tidak berada di atas air. Tidak berbatasan dengan laut. Berada di sebuah tanjung yang menjulang tinggi kurang lebih 100 meter. Pada ketiga sisinya dikelilingi kebun-kebun anggur dan pada sisi yang lain merupakan tebing yang curam. Untuk mencapai Corniglia bisa dengan mendaki, lewat jalur penerbangan dan juga lewat jalur darat dengan bus kecil. Desa ini membentang sepanjang jalan utama Fieschi Road. Rumah-rumah di sana salah satu sisinya menghadap ke jalan dan yang lain menghadap ke laut. Bangunannya rendah seperti rumah di pedalaman. Jalan-jalan di sini cukup sempit jika dibandingkan kawasan yang lain. Dari stasiun kereta api, jalan setapak zigzag naik hampir 400 tangga ke puncak bukit kota. Menurut legenda, seorang petani Romawi awalnya menetap di Corniglia. Nama itu diambil dari nama ibunya, Cornelia. Dalam bahasa Italia, Cornelia diucapkan Corniglia. Warga mengklaim anak Cornelia inilah yang mampu menghasilkan anggur yang begitu terkenal.

Monterosso
Merupakan satu-satunya kota resor di Cinque Terre. Banyak hotel dan penginapan yang bisa disewa di sini. Kota ini terbagi menjadi dua bagian yang berbeda, yaitu kota tua dan kota baru. Dua daerah ini dibagi oleh sebuah terowongan tunggal yang melayani pejalan kaki dan sangat sedikit mobil di kota. Pantai Monterosso membentang di sepanjang sebagian besar garis pantai di wilayah tersebut. Biasa digunakan oleh turis dan warga lokal. Pantainya merupakan yang terluas di kawasan Cinque Terre. Monterosso merupakan kota kecil yang selalu dibanjiri turis di musim panas. Desa ini sempat dikeluarkan dari Cinque Terre pada tahun 1948 tapi kembali diperkenalkan sebagai bagian Cinque Terre. Hal ini disebabkan karena para pejabat Italia mengganggap desa itu terlalu besar untuk dianggap sebagai bagian dari jejak sejarah.

Vernazza

Jalan berliku di pantai Cinque Terre 
Merupakan permata dari Cinque Terre. Tidak ada lalu lintas mobil di kota ini. Vernazza merupakan tempat yang paling layak disebut desa nelayan. Catatan pertama tahun 1080 menyatakan bahwa kota ini adalah kota benteng yang merupakan basis dari Obertenghi, keluarga bangsawan Italia. Merupakan titik awal keberangkatan pasukan angkatan laut. Selama dua abad berikutnya Vernazza berperan penting dalam penaklukan Genova terhadap Liguria. Tempat ini menyediakan pelabuhan, armada dan tentara. Pada tahun 1209, kurang lebih 90 keluarga yang paling kuat di kota ini bersumpah setia untuk mendukung Republik Genova. Pada tahun 1400-an Vernazza fokus terhadap pertahanan dengan membuat benteng untuk menangkal serangan bajak laut. Produksi anggur menjadi menurun. Pada tahun 1800-an dibangunlah infrastruktur transportasi yang mengakhiri isolasi Vernazza, itu merupakan awal kebangkitan dari kota tersebut. Setelah UNESCO mengakui kawasan Cinque Terre sebagai Situs warisan dunia, pariwisata semakin meningkat dan untuk mempertahankan nilai sejarah maka tradisi memancing, industri anggur, dan zaitun kembali dikembangkan. Pada tanggal 25 Oktober 2011 kawasan ini dilanda hujan deras dan mengakibatkan banyak tempat yang longsor. Kerugian ditaksir mencapai 100 juta euro. Setelah dievakuasi kota ini dinyatakan berstatus darurat.

 (Ch. Enung Martina)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar