Karya adalah sesuatu yang
diciptakan dengan tujuan mengekspresikan perasaan dan pikiran seseorang. Karya merupakan ekspresi
diri seseorang. Karya ibarat anak yang dikandung selama 9 bulan yang dinantikan
kelahirannya. Karya merupakan suatu proses perpaduan antara diriku, orang lain,
semesta, dan Sang Pencipta. Ketika seseorang berkarya dia menjalankan perannya
sebagai citra dari Sang Pencipta. Berkarya berarti melakukan tindakan Sang
Pencipta, yaitu mencipta. Ada unsur spiritual dalam sebuah karya bila kita
menyadarinya. Sebuah karya pasti mempunyai tujuan yang baik. Yang bertujuan buruk
tidak dinamakan karya melainkan dosa yang mengakibatkan malapetaka.
Namun, meskipun orang tahu bahwa
berkarya itu untuk tujuan yang baik, terkadang sering orang merasa takut atau
malu untuk menampilkan karyanya. Bahkan, ada orang sebelum berkarya sudah takut
dulu dengan anggapan dan penilaian orang terhadap karyanya. Karena itu, ia
gagal untuk berkarya karena sudah ngeri membayangkan kritikan yang akan
dituainya.
Banyak orang yang menganggap,
bahwa seseorang yang mendapat kritikan dari suatu hasil yang mereka kerjakan
itu akan menjadikan kegagalan bagi diri mereka. Padahal, hal semacam tidak
benar. Perlu kita ketahui, bahwa setiap kritikan yang kita dapatkan, akan menjadikan
kualitas pekerjaan itu lebih baik lagi. Jika kita mampu menerima kritikan itu serta
melakukan perbaikan terhadap hasil atau pekerjaan kita, maka kita pun nantinya
akan mendapatkan pujian yang sepadan.
Jika kita memang merasa takut
untuk dikritik, maka, apa yang akan kita lakukan hanya sebatas kemampuan kita.
Tidak akan ada perubahan yang lebih baik lagi jika takut kritikan. Hal itu akan
membuat kita semakin terpuruk dalam ketertinggalan. Perlu kita ketahui, sebuah
kritikan dari orang lain, merupakan salah satu kunci dari kesuksesan orang.
Karena, kritikan yang mereka dapat akan memperbaiki kualitas hidup mereka,
serta kualitas hasil dari apa yang mereka kerjakan.
Maka dari itu, kenali rasa ketakutan
kita dan buang jauh-jauh hal itu dari hidup kita. Ketakutan yang kita alami
adalah hal yang benar-benar subjektif. Karena rasa takut itu tidak bisa dilihat
atau disentuh, tidak memiliki bau dan juga tidak memiliki rasa serta tidak
memiliki bentuk. Ketakutan yang kita alami, berada didalam kepala kita,
tepatnya terdapat otak kita.
Ada sementara ahli mengatakan
bahwa seseorang yang merasa takut dikritik dan melihat kritikan sebagai saat
menjatuhkan dirinya disebabkan karena pengalaman dalam keluarga. Para ahli
menngatakan jika kita hidup di dalam keluarga yang selalu memberikan kritikan, kita
akan selalu merasa sedang dijatuhkan ketika seseorang mengkritik kita. Kendati kita
sudah melakukan hal baik tanpa cela, kita akan cenderung menyalahkan diri
sendiri saat dikritik. Padahal kita tahu, ketika kita mengatakan hal buruk
terhadap seseorang atau menyakiti hati orang lain lewat perkataan, kita pun
sebenarnya sedang mengkritik orang lain, bukan?
Agar kritik tak selalu berdampak buruk, kita bisa mengganti
persepsi bahwa yang dikatakan orang terhadap kita bukanlah semata-mata
kesalahan yang sudah kita perbuat. Untuk itu, ada beberapa strategi menghindari ketakutan saat dikritik:
Tak ada manusia yang sempurna,
begitu pun kita. Menerima kesalahan yang dilakukan orang lain adalah hal
normal, demikian pula bila kita yang melakukan kesalahan. Sangat mudah
memperbaiki kesalahan dan fokuslah pada solusi, bukan salah menyalahkan.
Kuatkan hati, dengan semakin terbuka terhadap kritikan, hidup kita akan semakin
berkembang ke arah yang baik.
Bersiaplah selalu untuk
menghadapi kritikan di segala suasana. Persiapan ini ibarat kita harus
menggunakan sepatu khusus ketika harus mendaki gunung. Bila tak ada jalan
pintas untuk sampai ke puncak, tak masalah bukan? Kita akan semakin tangguh
menghadapi ancaman di depan kita, termasuk kritikan jenis apa pun.
Jaga selera humor kita. Kendati
kritikan yang kita terima sangatlah kejam, tertawa sajalah atas apa yang sudah kita
lakukan. Ketika kita menyadari tak bisa tertawa saat menonton film komedi,
segeralah kita dan berjalan-jalanlah sebentar di sekeliling rumah untuk
menghirup udara segar. Atau, hubungi teman kita yang memang memiliki selara
humor paling oke agar hari kita kembali terisi dengan keceriaan.
(disarikan dari
berabgai sumber oleh : Enung Martina)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar