Senin, 07 Maret 2016

KEHENDAK BEBAS


Kehendak bebas (bahasa Inggris: free will) adalah kemampuan yang dimiliki seseorang atau sesuatu makhluk untuk membuat pilihan secara sukarela, bebas dari segala kendala ataupun tekanan yang ada.   Secara sederhana pengertiannya begini: Manusia bisa taat (melakukan kehendak Allah) atau melanggar perintah Allah (berdosa).
                Perlu diingat bahwa kehendak bebas menurut para filsuf hanya dimiliki oleh Allah, malaikat, dan manusia. Binatang dan tumbuhan tidak mempunyai kehendak bebas. Mereka hidup berdasarkan insting. Malaikat dan Tuhan merupakan mahluk Tuhan yang juga mempunyai kehendak bebas. Kehendak bebas manusia dipengaruhi oleh dorongan biologis dan juga rohani.
                Bapa Gereja Ireneus, pernah mengatakan "Manusia itu berakal budi dan karena ia citra Allah, diciptakan dalam kebebasan, ia tuan atas tingkah lakunya" (St. Ireneus, Against Heresies/Adv. Haeres. 4,4,3).
                Alkitab mengkonfirmasi tentang kehendak bebas itu, bahwa ciptaan Allah bisa berkata 'tidak' kepada Allah. Allah tidak memaksa/ memprogram manusia untuk percaya kepadanya. Dia juga tidak mengatur seseorangpun untuk menolak Allah. Iman/ kepercayaan manusia kepada-Nya sama sekali tidak dipaksakan oleh Allah. Maka, iniah kehendak bebas itu. Meski Allah bersedih ketika manusia meninggalkan Dia, dan manusia itu lebih memilih kehidupan keberdosaan, tetapi Allah tidak pernah memaksa manusia untuk mengasihi-Nya.
                Allah telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang berakal budi dan telah memberi kepadanya martabat seorang pribadi, yang bertindak seturut kehendaknya sendiri dan menguasai segala perbuatannya. Maka dengan pengertian ini, kita memahami bahwa Allah tidak dengan secara aktif menentukan segala sesuatu bagi manusia tanpa melibatkan kehendak bebas manusia, sebab jika demikian, manusia hidup seperti robot saja, yang diprogram di segala tingkah lakunya, jika demikian, ia tidak mungkin dapat dikatakan berakal budi dan mempunyai citra Allah. 
Apakah kehendak bebas benar-benar bebas ? Ya. Namun,  kebebasan itu mempunyai konsekwensi. Tidak ada kebebasan mutlak. Kebebasan selalu dibatasi oleh naturnya.  Secara rohani manusia bisa melakukan kehendak Allah, tetapi karena kedagingannya ia bisa jatuh ke dalam dosa. Natur manusia sebagai ciptaan.  Ada batas kosmologis yang tidak bisa dilanggar.  Apabila manusia memilih melawan Allah, berdosa, meninggalkan Allah. Ia menanggung akibat dari ketidak-taatannya itu. Sebetulnya konsekwensi itu merupakan akibat atau buah dari perbuatan yang dilakukan oleh seseorang ketika dia melakukan tindakan-tindakannya.
                Kalau “kehendak bebas” yang didefinisikan sebagai: Allah memberi manusia kesempatan untuk membuat pilihan yang betul-betul mempengaruhi nasib mereka, maka, ya, manusia benar-benar memiliki kehendak bebas. Oleh karena itu, Dia yang memilih, juga mengizinkan individu-individu untuk memilih.
                Dengan kehendak bebas ini, Allah sungguh menghargai manusia, sehingga manusia dapat secara bebas untuk masuk dalam hubungan pribadi dengan Allah. Masuk dalam hubungan pribadi dengan Allah, yang adalah menjadi tujuan akhir manusia, sesungguhnya mensyaratkan pemberian diri secara bebas. Katekismus Gereja Katolik  (KGK) 1730  menyatakan : Allah telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang berakal budi dan telah memberi kepadanya martabat seorang pribadi, yang bertindak seturut kehendak sendiri dan menguasai segaIa perbuatannya. 
              Kehendak bebas yang diberikan kepada manusia merupakan kebebasan yang bertanggung jawab.  KGK 1745 : Kebebasan mewarnai perbuatan yang sungguh manusiawi. Ia menjadikan manusia bertanggung jawab atas perbuatan-perbuatan yang dikerjakan dengan kehendak bebas. Perbuatan-perbuatan yang dikehendaki manusia, tetap dimilikinya. (Ch. Enung Martina)










Tidak ada komentar:

Posting Komentar