Kali ini Tuhan membawa saya untuk melihat salah satu sudut di negri tercinta ini. Perjalanan kali ini Suster Francesco memberikannya kepada kami untuk mengenal dari dekat destinasi wisata tanah air yang laris dikunjungi turis mancanegara. Tiada lain adalah Labuan Bajo.
Saya dan rombongan, keluarga besar guru Santa Ursula BSD berangkat pada hari Kamis, 25 Mei 2017 dengan penerbangan Jakarta Labuan Bajo dengan menggunakan jasa Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA453.
Udara lembab dan terik matahari menyambut kami di Bandara Komodo, Labuan Bajo. Dengan keriuhan, rombongan yang terdiri dari 70 orang guru dan 2 orang guide, keluar dari pesawat. Penjemput Suster Lily, OSU dan 4 orang teman yang datang sehari sebelumnya, sudah menantikan kedatangan kami.
Panorama sepanjang perjalanan ke hotel La Prima membuat saya terpukau. Labuan Bajo yang saya lihat di gambar dan saya baca, sekarang sedang saya jejaki. Daerah ini merupakan pulau yang terbentang di di pinggir pantai paling barat Pulau Flores. Sebenarnya menurut Wikipedia Indonesia Labuan Bajo merupakan salah satu desa dari 9 desa dan kelurahan yang berada di kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, provinsi Nusa Tenggara Timur.
Hotel tempat kami menginap bernama Laprima Hotel Flores terletak di Pantai Pede di Labuan Bajo, serta dikelilingi oleh perbukitan yang indah di Taman Nasional Komodo Indonesia. Sebuah kolam renang outdoor, Wi-Fi gratis, dan pemandangan laut yang indah dapat dinikmati dari hotel ini.
Usai kami meletakkan barang-barang di hotel, kami menikmati panorama di Bukit Sylvia. Bukit ini sering pula disebut Bukit Cinta.Keberadaan Bukit Cinta adalah salah satunya bentuk nyata keindahan Labuan Bajo. Berada di dataran Labuan Bajo, Manggarai Barat, Flores Barat, Bukit Cinta menyajikan pemandangan dan panorama yang sangat indah dari atas perbukitan.
Nama Bukit Cinta diberikan karena tempat ini memang merupakan spot yang tepat untuk pengunjung memadu kasih dan memang banyak pasangan muda-mudi yang menghabiskan waktu di bukit ini pada malam harinya.
Perjalanan menuju Bukit Cinta cenderung berbukit-bukit. Perbukitan sepanjang jalan di Labuan Bajo banyak ditumbuhi pohon petai cina. Nampak daunnya yang kecil-kecil menghijaukan perbukitan sepanjang perjalanan. Buahnya lebat. Namun, orang Labuan Bajo sepertinya tidak memanfaatkan buah petai cina ini. Nampak dari buahnya kehitaman karena tua yang bergelantungan di pohon. Melihatnya saya ingin memetik untuk membuat botok yang dicampur teri dan ditambahkan sedikit tempe. Atau membuat sambal petai cina yang diberi sedikit goreng teri. Wah... jadi ingat masakan almarhumah nenek saya, Nini Ukit.
Trekking ke Bukit Cinta termasuk ringan. Untuk menuju puncak akan menghabiskan waktu sekitar 10-15 menit, tergantung oleh kekuatan fisik tiap orang. Namun meskipun demikian, perjalanan trekking tidak akan terasa membosankan sama sekali karena pengunjung dapat meluangkan waktu sejenak untuk sekedar mengambil foto atau menikmati semilir angin yang berhembus. Ketika tiba di puncak bukit, pemandangan ke lautan lepas yang diselingi perbukitan membuat takjub mata memandang. Laut nan biru, pemandangan Kota Labuan Bajo, deretan pepohonan, dan bukit-bukit hijau kekuningan menuju coklat akan memanjakan mata kita.
Perjalanan hari pertama ditutup dengan makan malam di dermaga Kampung Ujung. Menu yang kami nikmati adalah nasi putih, ikan kerapu yang dibakar, lalaban ( terong goreng, timun, kemangi, rebusan kangkung) dilengkapi sambal mentah cabe kombinasi tomat dan terasi. Aromanya yang khas membuat terbit air lir. sempurnalah hari yang beranjak malam dalam makanan lezat di dermaga Labuan Bajo.
(Christina Enung Martina, Labuan Bajo, 25 Mei 2017)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar