KISAH
YANG TERSISA DI MAGDALA
Satu catatan yang tertinggal.
Seharusnya ini berada di urutan jejak Langkah
antara 17-18. Namun, karena satu dan lain hal, catatan saya terpisah
sehingga baru ditemukan setelah saya menulis Jajak Langkah ke-24. Tadinya jejak
Langkah tidak akan saya tulis, tetapi banyak hal yang perlu diabadikan dalam tulisan agar tak hilang menguap tertelan lupa.
Flavius Yosefus (sekitar 37 M. –
sekitar 100), yang terkenal dalam kapasitasnya sebagai seorang warga negara Romawi. Ia sebagai seorang sejarawan dan penulis apologetik Yahudi
abad pertama keturunan imam dan raja-raja yang bertahan dan mencatat
"Penghancuran Yerusalem" pada 70. Karya-karyanya memberikan pemahaman
penting tentang Yudaisme pada abad pertama.
Flavius Yosefus menyebut sebuah kota
yang kaya di Galilea, dihancurkan oleh tentara Romawi pada waktu Perang orang
Yahudi (Bellum III, x,) yang mempunyai nama Yunani Tarichaeae dengan makna perikanan
yang makmur. Yosefus tidak memberikan nama Ibraninya. Beberapa penulis
mengidentifikasinya dengan Magdala.
Magdala (bahasa Aram: מגדלא /
Magdala, artinya "elegan", "agung", atau "menara"
(yaitu "tempat agung"); bahasa Ibrani: מגדל / Migdal, artinya
"menara"; bahasa Arab: قرية المجدل / Qariyat al-Majdal) adalah nama
paling sedikit dua tempat di Israel kuno yang disebutkan dalam Talmud Yahudi
dan satu tempat yang disebut dalam Perjanjian Baru Kristen.
Perjanjian Baru menyebut
sebuah tempat bernama Magdala yang diperdebatkan. Matius 15:39 mencatat, "He [Yesus] sent away the multitude,
and took ship, and came into the coasts of Magdala". Namun,
naskah-naskah kuno dalam bahasa Yunani Koine menyebut namanya
"Magadan", dan sejumlah terjemahan modern mengikutinya. Meskipun
beberapa komentator menyatakan dengan tegas bahwa keduanya merujuk kepada satu
tempat yang sama, yang lain mengatakan
bahwa substitusi Magdala untuk Magadan hanyalah "mengganti sebuah tempat
yang dikenal dengan sebuah tempat yang tidak dikenal". Nas paralel pada
Injil Markus 8:10 menyebutkan (dalam mayoritas naskah) nama tempat yang sangat
berbeda, meskipun sejumlah naskah menyebutnya Magdala atau Magadan dianggap
melalui asimilasi teks Matius.
Keempat Injil merujuk seorang murid Yesus yang bernama
Maria Magdalena, dan biasanya dianggap bahwa nama itu berarti "Maria dari
Magdala". Tidak ada informasi alkitabiah yang menyebutkan apakah ini
rumahnya atau tempat kelahirannya. Kebanyakan sarjana Kristen menganggapnya
berasal dari tempat yang dalam Talmud disebut sebagai Magdala Nunayya, dan ini juga tempat Yesus Kristus pernah mendarat
dalam salah satu perjalanan-Nya sebagaimana dicatat dalam Injil Matius.
Magdala
Nunayya — yang lebih terkenal, dekat Tiberias, Magdala Nunayya
("Magdala ikan-ikan"), yang menunjukkan lokasinya di pantai Danau Galilea. Al-Majdal, sebuah desa
Arab-Palestina yang dikosongkan menjelang Perang Arab-Israel tahun 1948
diidentifikasi sebagai situs Magdala ini. Munisipaliti Israel modern Migdal
(Khirbet Medjdel), dikembangkan pada
tahun 1910 dan kurang lebih 6 km sebelah utara timur laut Tiberias, telah
berkembang ke daerah bekas desa ini.
Magdala seperti yang kita
ketahui tak lepas dari seorang tokoh perempuan bernama Maria Magdalena. Hingga
pertengahan abad ke-20, Mary Magdalene, Maria Magdalena secara tradisional
digambarkan sebagai pelacur. Beberapa penulis mengaitkannya dengan "Miriam
Megaddlela" atau Miriam dengan kuncir rambut yang dikepang, dinamai dalam Talmud
abad ke-2. Judul ini mengacu pada gaya rambut perempuan, yang berkonotasi
"pelacur", atau seseorang yang terlibat dalam pekerjaan yang memiliki
reputasi buruk. Markus 16: 9 dan Lukas 8: 2 merujuk kepada Maria sebagai orang
yang darinya 7 setan diusir, yang mengarah pada suatu kesimpulan bahwa dia
adalah seorang wanita yang membutuhkan martabat yang dipulihkan. Lukas 8: 3
juga menyinggung kekayaannya, menyebutkannya sebagai yang pertama di antara para
wanita lain yang mengikuti Yesus karena keinginannya
sendiri untuk melayani (Lukas 8: 3).
Salah satu wanita di perkumpulan tersebut adalah Johanna, istri pelayan Herodes, dan
mungkin seorang wanita yang terlibat dalam kehidupan istana. Apakah Mary
Magdalene termasuk di antara wanita-wanita itu juga?
Berjalan di sekitar
reruntuhan kota asal Maria Magdalena memunculkan suasana abad pertama di mana ia
tinggal. Kehadiran religius yang kuat dapat dibayangkan ketika seseorang
berjalan di sekitar sinagoga abad pertama dengan model Kuil (Batu Magdala) yang terletak di dalam sinagog. Literatur
Rabinik menyebutkan sebuah sinagoge dan fondasi midrash yang terkenal, bahkan menyebut seorang
juru tulis, Rabbis Ishak, dan Yehuda. Salah satu dari 24 keluarga imam memiliki
tempat tinggal di Magdala, mungkin ia
dari ordo Ezequiel. Apa pengaruh lingkungan keagamaan ini terhadap Mary
Magdalene? Apakah dia orang yang taat beragama? Atau memberontak melawan
ketatnya kepemimpinan penegak hukum agama dan adat?
Di tengah ketidakjelasan
hidupnya, satu fakta pasti Maria Magdalena mengalami perubahan dalam hidupnya.
Hidupnya berubah secara radikal setelah bertemu dengan Yesus dari Nazaret,
sedemikian rupa sehingga dia mengikuti-Nya ke kaki salib (Yohanes 19:25) ketika
banyak pengikut terdekatnya melarikan diri dalam ketakutan. “Sebelum dan sesudah pertobatan” Maria Magdalena disandingkan dengan 2 kisah Injil: wanita
pezina (Yohanes 8) dan Maria dari Betania yang mengurapi Yesus dengan nard
(parfum) yang mahal (Yohanes 12).
Bapa-bapa Gereja Awal dari Timur dan Barat memperdebatkan apakah “3 perempuan”
ini adalah satu dan sama? Gereja Timur secara dominan menyatakan mereka adalah
3 wanita yang berbeda, sementara Gereja Barat tetap teguh dalam
mengidentifikasi mereka sebagai satu dan wanita yang sama, Mary Magdalene.
Debat ini muncul kembali
selama reformasi Protestan dan sekali lagi di antara para penafsir Alkitab pada
pertengahan abad ke-20. Sekitar waktu yang sama, gerakan-gerakan feminis di
Amerika Utara berusaha untuk membebaskan Mary Magdalene dari "stigma
pelacuran" -nya, hanya untuk dilawan dengan pendekatan yang difokuskan
kembali di gereja Katolik pada martabatnya yang dipulihkan melalui "Hidup
Baru dalam Kristus". Pada 3 Juni 2016, Paus Fransiskus memprakarsai
"peningkatan liturgi" untuk menawarkan kepada Maria posisi terhormat
di antara para rasul yang terkenal dalam liturgi-liturgi. Dekrit ini menawarkan
refleksi baru tentang kisahnya mempertimbangkan belas kasihan Tuhan dan
kesaksian dari seorang promotor Kabar Baik yang otentik.
Dari kisah Mary Magdalene,
kita bisa melukisnya sebagai ikon harapan. Maria jelas merupakan salah satu
tokoh penonton yang penasaran, karena begitu banyak orang pada zaman Yesus
ketika dia pergi ke kota-kota Galilea mengajar di rumah-rumah ibadat,
memberitakan Kabar Baik dan menyembuhkan segala macam penyakit. Tentunya dia
mendengar ajakan Yesus: "Bertobat dan percaya kepada Injil, karena
Kerajaan Allah sudah dekat." Maria Magdalena membiarkan kasih Yesus menjadi efektif di
dalam hatinya. Dan itu dihargai dengan hasrat yang semakin besar untuk
mengikuti-Nya dan menjadi yang istimewa untuk pertama kali memberitakan Kabar
Baik bahwa Yesus tidak mati, tetapi benar-benar hidup. Ini adalah undangan yang
terus bergema hingga hari ini untuk semua yang ingin mengalami transformasi
sejati dari kedalaman diri. Dan itu adalah kabar baik yang membawa harapan bagi
mereka yang patah hati dan putus asa.
Untuk menghormati maria
Magdalena yang mengalami perubahan ekstrim yang transformatif dalam seluruh
hidupnya, maka didirikanlah sebuah tempat ibadat di reruntuhan Dusun Magdala.
Pusat ibadah kontemporer
Magdala, diberi nama Duc In Altum ,
memiliki kapel dengan mosaik yang menggambarkan momen pertemuan Maria Magdalena
yang sedang bertransformasi dengan Yesus. Tangannya terulur ke arah Yesus
ketika jari-jarinya menunjuk padanya. Tujuh setan diusir saat tangannya yang
lain bersandar di hatinya. Semua pengunjung dapat merefleksikan berkat
penyembuhan dari satu pandangan, pandangan cinta tanpa syarat dan penerimaan
yang menembus benteng palsu dari hati yang hancur dan mengembalikan ketenangan
pikiran pada realisasi kebenaran martabat seseorang. Pengunjung bisa melihat
"jari Allah yang mengusir setan dan Kerajaan Allah turun atas mereka"
dalam Pribadi Yesus.
Fase Satu pengembangan
Magdala termasuk desain dan konstruksi Duc In Altum. Duc In Altum mengambil
namanya dari Lukas 5: 4 di mana Yesus memerintahkan Simon Petrus untuk
"meluncur ke dalam" atau "mencebur jauh ke dalam".
Jejak
Arkeologi
Di sisi lain, karya seni
mengungkapkan pengaruh Yunani-Romawi yang mendominasi lingkungan budaya pada
zaman Yesus. Orang-orang Galilea pada abad pertama telah menyaksikan dinasti
Hasmonean Yahudi yang runtuh direbut oleh dominasi politik Romawi. Kebanyakan
orang Galilea adalah penduduk pedesaan, petani dan nelayan. Magdala adalah kota
tempat mereka bisa makmur dari mata pencaharian mereka. Itu adalah pusat
perdagangan komersial dengan industri ikan yang berkembang, terutama pasar ikan, dan acar. Tempat ini juga yang mengekspor barang-barangnya ke Roma. Sebagai pusat agama, budaya dan
ekonomi, Magdala berdegup dengan agama
Yahudi dan di kota ini berhadapan langsung dengan pengaruh Yunani-Romawi.
Talmud mengakui Magdala
sebagai kota yang makmur dengan reputasi tidak bermoral. Kematian kota ini pada
67AD yang dihancurkan oleh pasukan Romawi dipandang sebagai hukuman atas dosa-dosa
dan kejahatannya. Bagaimana konteks budaya ini memengaruhi imajinasi wanita
abad pertama? Apakah wanita muda, seperti Maria Magdalena, tertarik pada budaya
Romawi yang kafir?
Berdasarkan hasil temua
arkeologi, sinagog di Magdala ini saat ini adalah yang tertua yang digali di
Galilea dan satu dari tujuh dari abad pertama di seluruh Israel. Sebuah koin
dicetak di Tiberias pada 29 M ditemukan di dalam sinagoge, membuktikan bahwa
sinagoge berasal dari abad pertama dan masa pelayanan Kristus. Karena Alkitab memberi
tahu kita bahwa Yesus mengajar di seluruh Galilea, sudah pasti dia mengajar dan
sering mengunjungi tempat ini.
Reruntuhan sinagog
terpelihara dengan baik dan termasuk ruang masuk yang juga berfungsi sebagai
ruang belajar (Taruhan Midrash), dan ruang untuk menyimpan gulungan Taurat.
Yesus pergi ke seluruh
Galilea, mengajar di rumah-rumah ibadat mereka, memberitakan kabar baik
kerajaan, dan menyembuhkan setiap penyakit dan penyakit di antara orang-orang.
(Matius 4:23). Termasuk di Sinagog Magdala.
Salah satu temuan arkeologis
terbaru yang paling signifikan di wilayah Galilea yaitu Batu Magdala. Batu Magdala memiliki petunjuk yang akan
membantu para sarjana membangun gambaran yang lebih lengkap tentang Yudaisme
abad pertama. Batu Magdala kemungkinan merupakan penggambaran artistik tertua
yang diketahui tentang kuil (sinagoga) Kedua.
Ada pun Batu Magdala bagian
depan batu menggambarkan gambar pahatan tertua dari menorah bercabang tujuh. Reruntuhan sinagoga yang ditemukan ini membawa
kegembiraan yang intens di antara para
arkeolog di Magdala juga arkeolog lain.
Sisi panjang batu
menggambarkan sisi bangunan dengan lengkungan berpilar, dengan desain tiga
dimensi untuk menciptakan ilusi yang muncul di dalam kuil. Bagian belakang batu
menggambarkan struktur berpilar dengan dua roda di atas bentuk geometris,
menggambarkan api. Agaknya, bagian depan dan samping ukiran batu melambangkan Sinagoga
Kedua di Yerusalem. Sisi belakang yang
menggambarkan roda dan api melambangkan Yang Mahakudus.
Batu itu ditutupi dengan
simbol dekoratif yang berkaitan dengan struktur sinagoga dan benda-benda Yahudi
seremonial. Benda-benda ini dapat membuka banyak misteri yang belum terpecahkan
yang telah lama membingungkan para arkeolog.
Proyek arkeologi di kawasan
Magdala ini dipimpin oleh Universidad Anáhuac México Sur (Universitas Anahuac
Meksiko - Selatan bekerja sama dengan Universidad Nacional Autónoma de México
(Universitas Otonomi Nasional Meksiko - UNAM) dan Otoritas Barang Antik Israel).
Berbagai peninggalan kuno
ini menunjukkan bahwa Magdala jelas merupakan kota yang berpengaruh dan makmur
pada masanya. Hal tersebut sebagaimana
dibuktikan oleh bangunan berdekorasi rumit yang telah ditemukan di sini.
Beberapa bangunan yang diidentifikasi sebagai rumah besar, kemungkinan besar
rumah para pedagang kaya Magdala, terletak di sepanjang jalan di selatan
sinagoge. Rumah-rumah mewah ini ditaburi dengan lantai mosaik yang penuh warna
dan rumit, yang masih dapat dilihat sampai sekarang. Fitur lain yang
mengesankan dari kota ini adalah tiga mikvaot (pemandian ritual) yang merupakan
yang paling awal yang ditemukan di negara ini untuk menggunakan air tanah.
Perpipaan canggih dari mikvaot ini adalah satu lagi bukti bahwa Magdala berada
di garis depan perdagangan dan budaya regional pada abad pertama.
Di masa jayanya, Magdala
adalah kota terkemuka di sepanjang rute perdagangan yang mengelilingi Galilea.
Ini tercermin dalam reruntuhan pasar yang luas dan dirancang dengan baik yang
digali oleh para arkeolog. Sebuah jalan yang rata berada di pusat dan diapit di
sisi timurnya dengan toko-toko yang kemungkinan menjual segala sesuatu mulai
dari tembikar, barang anyaman hingga produk segar. Pentingnya industri
perikanan Magdala dapat dilihat di beberapa toko ini, di mana kolam plesteran
dengan berbagai ukuran dirancang untuk menahan tangkapan hari itu dan
memperlihatkannya kepada pelanggan.
Salah satu penemuan paling
mengesankan di reruntuhan pasar adalah sistem pipa berteknologi canggih yang
menghubungkan toko-toko dengan akses individu ke air tanah segar. Sistem ini sangat
luar biasa untuk penemuan pada dua ribu tahun yang lalu, bahkan lebih
mencengangkan karena masih berfungsi sampai sekarang.
Kunjungan ke Magdala bagi
saya mampu sedikit memberikan gambaran tentang kota purba di Israel. Suatu kemajuan
yang sudah ada pada 2000 tahun lalu. Meski udara sangat panas saat kami
berkujung, tak mampu membuat semangat eksplorasi kami surut. Terutama semangat
untuk berswafoto.
Pusat wisata rohani Duc In
Altum di reruntuhan Kota Tua Magdala membawa gambaran tersendiri bagi saya.
Meski catatan saya tentang objek ini sempat ketelingsut karena terpisah dari
bundelannya. Komplek Duc In Altum telah disebut sekarang dikenal sebagai "pusat
spiritual yang unik di Tanah Suci."
Para peziarah sudah mulai mengunjungi Duc In Altum untuk berdoa, menyembah,
merayakan Misa, dan mengalami kehadiran Tuhan kita yang telah bangkit. Duc In
Altum menampilkan lukisan, Kapel
berbentuk Kapal, Kapel Mosaik, dan Kapel Encounter yang nyaman dan indah.
(sumber: https://www.magdala.org/. https://www.wikipedia.org)
(Ch. Enung Martina:
Teriring ucapan terima kasih tak terhingga kepada : Sr. Francesco Maryanti,OSU
yang menjadi jalan semua ini teralami, Romo Hendra Suteja, SJ pembimbing rohani
yang kepada beliau kebijaksanaan diberikan Tuhan, kepada Romo Sugeng yang
mempunyai talenta untuk menghibur, kepada Mas Edi dan Mas Engki yang tak lelah
melayani, kepada seluruh tour guide,
crew di bis, dan seluruh peserta ziarah dari Keluarga besar Santa Ursula BSD.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar