GEREJA SEGALA BANGSA
(The
Church of all Nations)
”Pergilah
dan buatlah orang-orang dari segala bangsa menjadi murid, baptislah mereka . .
. , ajarlah mereka menjalankan semua perkara yang aku perintahkan
kepadamu.”—MAT. 28:19, 20.
Gereja Segala Bangsa, atau
juga dikenal sebagai Gereja atau Basilika Agony, yang artinya penderitaan. Gereja ini adalah sebuah Gereja Katolik Roma
yang terletak di Bukit Zaitun di Yerusalem, tepatnya di samping Taman
Getsemani. Lokasinya tidak terlalu jauh dari Kota Tua Yerusalem, tetapi
berada di luar Kota Tua Yerusalem. Di
samping gereja ada sebuah taman yang secara tradisi dipercaya sebagai taman
Getsemani dalam kisah Injil. Di dalam bangunan gereja ada lokasi yang disucikan
dan secara tradisi dipercaya sebagai tempat Yesus berdoa di taman Getsemani.
Gereja ini diberi nama
Gereja Segala Bangsa karena pembangunan gereja ini dibiayai oleh 12 negara di
dunia yang kemudian ditandai dengan lambang-lambang dan kubah gereja. Selain
memiliki nama sebagai gereja segala bangsa, gereja ini juga dikenal sebagai
gereja Agony yang artinya penderitaan mengacu kepada peristiwa Yesus menghadapi
sakratul maut. Karena itu, interior gereja ini berkesan agak gelap guna
disesuaikan dengan arti nama gereja tersebut.
Berbagai sumbangan berharga
dipersembahkan oleh beberapa bangsa demi memperindah gereja ini, yaitu oleh
Amerika, Jerman, Kanada, Belgia, Inggris, Meksiko, Chile, Brasilia, Argentina
(lambang negara-negara tersebut terdapat pada langit-langit 12 kubah). Justru karena sumbangan universal
itu, gereja ini diberi nama Gereja Segala Bangsa. Fasad (sisi luar) gereja
didukung oleh deretan mozaik yang menggambarkan Yesus Kristus sebagai mediator
antara Allah dan manusia. Desainer dari mosaik
pada fasad ini adalah Profesor Giulio Bargellini .
Gereja yang berada di kaki
Gunung Zaitun ini dibangun oleh arsitek Italia Antonio Barluzzi pada tahun
1919-1924. Gereja ini dibangun diatas gereja pertama yang bergaya Byzantium
yang dibangun pada abad ke 4 Masehi dan kemudian dihancurkan oleh bangsa Persia
pada tahun 614 dan kemudian dibangun kembali oleh serdadu Perang Salib tetapi
kemudian dihancurkan kembali. Saat ini gereja ini dipercayakan kepada The Custody of the Holy Land.
Di dalam gereja ini terdapat
sebuah batu yang diyakini sebagai tempat di mana dahulu Yesus pernah berdoa di
Taman Getsemani pada malam sebelum Dia dikhianati oleh Yudas Iskariot.
Sebuah altar terbuka yang
terletak di taman gereja digunakan oleh banyak denominasi Kristen untuk berdoa termasuk
pengikut Katolik Roma, Ortodoks Timur, Armenian Apostolik, Protestan, Lutheran,
Evangelical, Anglikan, dan versi lain dari Kristen yang unik dari tiap-tiap
negara.
Lantai basilika ini melanjutkan
sisa mosaik yang ditemukan dari zaman Kaisar Teodosius yang sudah ada pada
bangunan itu. Di tembok luar gereja sekarang dapat disaksikan sebuah mosaik
karya G. Bargellini yang bertema Yesus menguduskan segala macam derita manusia.
Kaca-kaca di dalam gereja berwarna ungu menciptakan suasana remang-remang yang
mengundang orang untuk berdoa dan bermeditasi. Mosaik-mosaik bermotif bunga di
langit-langit diciptakan oleh D. Archiardi; patung-patung oleh G. Tonnini,
sedangkan hiasan-hiasan dari besi – oleh A. Gerardi. Yang patut diperhatikan
secara khusus ialah mosaik di atas altar utama yang menggambarkan Yesus sedang
mengalami sakratul mautnya. Mosaik ini dibiayai oleh umat dari Hungaria. Mosaik
yang menggambarkan penangkapan Yesus dibiayai oleh para serdadu dari Polandia.
Mosaik yang menggambarkan pengkhianatan Yudas dibiayai oleh umat Irlandia.
Teralis besi di sekeliling Batu Sakratul Maut dibiayai oleh umat dari Australia.
Atap gelembung yang menjadi kubah,
tembok yang tebal, dan fasad mosaik, memberikan gereja suatu tampilan bergaya
Neoklasik nan menawan.
Di depan altar yang
berbentuk cawan, terdapat batu yang diyakini sebagai tempat di mana dahulu
Yesus pernah berdoa di taman Gethsemane pada malam sebelum Dia dikhianati oleh
Yudas Iskariot.
Berkunjung ke Gereja ini,
kita diajak untuk merenungkan pergumulan batin Yesus ketika berdoa pada Bapa di
Surga: " kalau boleh singkirkan
cawan ini dari padaku..." Menyadarkan diri bahwa identitas kita
sebagai umat Allah seharusnya selalu membawa kepada pemujaan setinggi-tingginya
kepada Yesus Kristus sang Anak Domba Allah, penebus kita. Melalui karya Kristus
umat Allah ditebus, dikuduskan dan diselamatkan. Sehingga kita layak menyebut
Allah sebagai Bapa.
Kita bersyukur atas karunia
keselamatan yang Allah berkan melalui pengurbanan Yesus. Segala bangsa di
hadapan Allah sama kedudukannya sebagai bagian dari Kerajaan Allah.
Status menjadi umat Allah
juga sudah dijamin oleh Allah dan akan disempurnakan ketika semua orang percaya
dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa berada di hadapan Tahta Allah
di Surga. Tidak lagi ada perbedaan sebab Allah yang memilih dan mempersatukan
bersama dan di dalam Dia. Di sana Allah sebagai pusat untuk dimuliakan dan
disembah oleh seluruh umat dari segala bangsa dan segala yang ada di surga.
Gambaran ini menunjukkan bagaimana umat Allah di surga yang seharusnya juga
secara rohani menjadi patron gereja hari ini.
Mengikuti Misa di sini
sangat terasa ada persaudaraan yang terhubung (connected) antarmanusia di
seluruh bumi. Ada suatu perasaan bangga sebagai umat Katolik yang mempunyai
banyak saudara di seluruh dunia. Semua orang yang memasuki gedung gereja ini
merasakan keheningan dan khidmat dalam hati untuk mengenang Dia yang tersalib.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar