Sunatan, khitanan,
atau supitan, bagi anak laki-laki memiliki beberapa dimensi pemaknaan.
Secara medis, khitanan merupakan tindakan operasi kecil dengan memotong “sang
kulup” alias kulit penutup penis. Dari sudut pandang kesehatan, keberadaan
kulit kulup ini justru bisa menghalangi proses pembersihan alat vital setelah bebuang atau
kencing. Pembersihan yang tidak tuntas pada bagian tersebut jelas akan menjadi
sumber penyakit yang sangat membahayakan alat vital.
Dalam kepercayaan Kristen
sunat bukan suatu kewajiban agama. Berbeda dengan Islam yang merupakan
kewajiban amalan agama sebagaimana telah dicontohkan semenjak Nabi Ibrahim AS.
Karena itu, kami sekeluarga
mengkhitankan anak karena alasan kesehatan semata. Karena itu sunatan kami
lakukan tanpa upacara adat atau keagamaan. Hanya biasanya berdoa sebelum dan
sesudah sunatan. Tujuan berdoa sebelunya adalah memberikan dukungan secara
rohani kepada anak agar siap menghadapi peristiwa sunat yang pasti akan
dirasakan sakitnya oleh anak. Doa sesudahnya sebagai bentuk syukur atas
terselenggaranya sunatan dengan baik dan agar diberi kesehatan dalam
pemulihatan luka sunat.
Desember 2019, tepatnya hari
Jumat, 27 Desember 2019, pukul 09.00, anak laki-laki bungsu kami disunat. Dia suda
merasa siap pada usianya yang menginjak 9 tahun lebih 5 bulan. Maka liburan
Natal ini setelah selesai Natalan bersama keluarga besar di Jawa Barat, jadilah
si bontot, Abhimanyu, kami sunat.
Anaknya siap. Namun, kami
orang tuanya dan 2 kakaknya yang besar yang panik. Tiba di RS Medika BSD, kami
mendapat antrian ketiga setelah 2 orang anak terdahulu disunat. Rupanya rasa panik
dan was-was juga terjadi pada 2 ibu yang antri lebih dulu di depan saya. Ya…
sudah memang hati kaum ibu pasti degdegan menghadapi peristiwa sunat anak
laki-lakinya. Saya kira normal.
Bagi saya peristiwa sunat
Abhimanyu yang badanya lebih besar daripada 2 anak laki-laki yang antri lebih
dulu tadi, meski usianya mereka lebih tua, akan membantu dia berkaitan dengan
pertumbuhan psikologisnya juga. Sunatan juga bisa dimaknai sebagai garis batas
peralihan antara dunia bocah menuju kepada dunia remaja atau usia baligh. Saya melihat
akan baik bila sebelum mendapat Komuni Pertama di akhir kelas IV, Abhimanyu
disunat dulu. Usia baligh dipahami sebagai usia saat seseorang sudah memiliki
kesadaran pemikiran secara penuh maupun pengetahuan mengenai perbuatan yang berfaedah
dan sia-sia, bisa membedakan yang benar
dan salah.
Secara medis, sunat adalah
proses pelepasan kulup atau kulit yang menyelubungi ujung penis. Sunat bisa
dilakukan dengan metode pembedahan biasa atau pun dengan sunat laser. Itu 2
metode yang dijelaskan oleh Dr. Yana, seorang dokter di RS Medika BSD yang akan
menyunat Abhimanyu. Dr. Yana seorang dokter bedah perempuan yang sudah terbiasa
menangani sunat anak.
Selain itu Dr. Yana juga
menjelaskan manfaat yang bisa didapatkan orang yang menjalani proses sunat,
yaitu:
Khitan mengurangi risiko
infeksi penyakit seksual menular seperti human papilloma virus (HPV) dan
penyakit seksual menular seperti herpes atau sifilis. Meski demikian, pria yang
sudah menjalani sunat harus tetap melakukan hubungan seksual yang sehat dan
aman.
Mencegah terjadinya penyakit
pada penis seperti nyeri pada kepala atau kulup penis yang disebut fimosis. Ini
adalah kondisi saat kulup penis yang tidak disunat sulit untuk ditarik. Kondisi
ini bisa menyebabkan radang pada kepala penis yang disebut balanitis.
Mengurangi risiko infeksi
saluran kemih yang dapat merujuk kepada masalah ginjal. Infeksi ini umumnya
lebih sering terjadi pada orang yang tidak menjalani sunat.
Mengurangi risiko kanker
penis.
Mengurangi risiko kanker
serviks pada pasangan. Risiko kanker serviks menurun pada wanita yang
pasangannya telah menjalani prosedur sirkumsisi.
Membuat kesehatan penis
lebih terjaga. Penis yang disunat lebih mudah dibersihkan, sehingga
kesehatannya lebih terjamin dibandingkan yang tidak disunat.
Kami mengambil Rs Medika BSD
untuk tempat menyunat Abhimanyu. Rumah sakit ini berlokasi di pusat kota BSD
City, Serpong, Tangerang. Menempati area seluas 12.000 m2, gedung RS Medika BSD
terdiri dari 7 lantai, merupakan rumah sakit yang menawarkan pelayanan
kesehatan yang baik. Kebetulan saat liburan sekolah RS ini mempunyai paket
sunat yang relative murah.
Saya punya pengalaman
menyunat anak laki-laki 16 tahun lalu saat anak kedua (Aga) disunat. Namun, itu
sudah sangat lama. Jadi pasti saya lupa lagi caranya. Jadi saya pelan-pelan
belajar lagi melayani anak yang disunat. Masih gugup dan terkadang bingung. Namun,
sejauh ini bisa diatasi dengan baik. Lukanya masih basah karena baru 2 hari. Masih
bengkak. Agak harus berhati-hati untuk membersihkan luka dekat jaitannya.
Untungnya ada media game
yang membuat anak bisa diam di rumah sehingga mempermudah perawatan dan
pemulihan. Biasanya saya nyap-nyap aklau main agme lebih dari 1 jam. Yang ini
saya biarkan dulu. Kecuali kalu sudah jamnya makan atau bersih-bersih.
Puji Tuhan, saya mengalami
lagi melayani dan mendampingi, serta merasakan degdegan dan kepanikan saat menghadapi anak yang disunat. Tugas seorang ibu memang tak akan ada akhirnya. Menjadi seorang ibu adalah anugrah, panggilan alam, dan penziarahan hidup. Dalam tiap langkah anak, kita menjalankan panggilan kita dari mulai dia dalam kandungan hingga besar pun tetap mereka seorang anak. Bukan begitau ibu-ibu?
(Ch. Enung Martina)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar