Jumat, 27 Desember 2019

LIBUR NATAL: MENYUNAT SI BONTOT

MENYUNAT SI BONTOT



Sunatan, khitanan, atau supitan, bagi anak laki-laki memiliki beberapa dimensi pemaknaan. Secara medis, khitanan merupakan tindakan operasi kecil dengan memotong “sang kulup” alias kulit penutup penis. Dari sudut pandang kesehatan, keberadaan kulit kulup ini justru bisa menghalangi proses pembersihan alat vital setelah bebuang atau kencing. Pembersihan yang tidak tuntas pada bagian tersebut jelas akan menjadi sumber penyakit yang sangat membahayakan alat vital.

Dalam kepercayaan Kristen sunat bukan suatu kewajiban agama. Berbeda dengan Islam yang merupakan kewajiban amalan agama sebagaimana telah dicontohkan semenjak Nabi Ibrahim AS.

Karena itu, kami sekeluarga mengkhitankan anak karena alasan kesehatan semata. Karena itu sunatan kami lakukan tanpa upacara adat atau keagamaan. Hanya biasanya berdoa sebelum dan sesudah sunatan. Tujuan berdoa sebelunya adalah memberikan dukungan secara rohani kepada anak agar siap menghadapi peristiwa sunat yang pasti akan dirasakan sakitnya oleh anak. Doa sesudahnya sebagai bentuk syukur atas terselenggaranya sunatan dengan baik dan agar diberi kesehatan dalam pemulihatan luka sunat.


Desember 2019, tepatnya hari Jumat, 27 Desember 2019, pukul 09.00, anak laki-laki bungsu kami disunat. Dia suda merasa siap pada usianya yang menginjak 9 tahun lebih 5 bulan. Maka liburan Natal ini setelah selesai Natalan bersama keluarga besar di Jawa Barat, jadilah si bontot, Abhimanyu, kami sunat.

Anaknya siap. Namun, kami orang tuanya dan 2 kakaknya yang besar yang panik. Tiba di RS Medika BSD, kami mendapat antrian ketiga setelah 2 orang anak terdahulu disunat. Rupanya rasa panik dan was-was juga terjadi pada 2 ibu yang antri lebih dulu di depan saya. Ya… sudah memang hati kaum ibu pasti degdegan menghadapi peristiwa sunat anak laki-lakinya. Saya kira normal.

Bagi saya peristiwa sunat Abhimanyu yang badanya lebih besar daripada 2 anak laki-laki yang antri lebih dulu tadi, meski usianya mereka lebih tua, akan membantu dia berkaitan dengan pertumbuhan psikologisnya juga. Sunatan juga bisa dimaknai sebagai garis batas peralihan antara dunia bocah menuju kepada dunia remaja atau usia baligh. Saya melihat akan baik bila sebelum mendapat Komuni Pertama di akhir kelas IV, Abhimanyu disunat dulu. Usia baligh dipahami sebagai usia saat seseorang sudah memiliki kesadaran pemikiran secara penuh maupun pengetahuan mengenai perbuatan yang berfaedah  dan sia-sia, bisa membedakan yang benar dan salah.


Secara medis, sunat adalah proses pelepasan kulup atau kulit yang menyelubungi ujung penis. Sunat bisa dilakukan dengan metode pembedahan biasa atau pun dengan sunat laser. Itu 2 metode yang dijelaskan oleh Dr. Yana, seorang dokter di RS Medika BSD yang akan menyunat Abhimanyu. Dr. Yana seorang dokter bedah perempuan yang sudah terbiasa menangani sunat anak.

Selain itu Dr. Yana juga menjelaskan manfaat yang bisa didapatkan orang yang menjalani proses sunat, yaitu:
Khitan mengurangi risiko infeksi penyakit seksual menular seperti human papilloma virus (HPV) dan penyakit seksual menular seperti herpes atau sifilis. Meski demikian, pria yang sudah menjalani sunat harus tetap melakukan hubungan seksual yang sehat dan aman.

Mencegah terjadinya penyakit pada penis seperti nyeri pada kepala atau kulup penis yang disebut fimosis. Ini adalah kondisi saat kulup penis yang tidak disunat sulit untuk ditarik. Kondisi ini bisa menyebabkan radang pada kepala penis yang disebut balanitis.

Mengurangi risiko infeksi saluran kemih yang dapat merujuk kepada masalah ginjal. Infeksi ini umumnya lebih sering terjadi pada orang yang tidak menjalani sunat.
Mengurangi risiko kanker penis.


Mengurangi risiko kanker serviks pada pasangan. Risiko kanker serviks menurun pada wanita yang pasangannya telah menjalani prosedur sirkumsisi.

Membuat kesehatan penis lebih terjaga. Penis yang disunat lebih mudah dibersihkan, sehingga kesehatannya lebih terjamin dibandingkan yang tidak disunat.



Kami mengambil Rs Medika BSD untuk tempat menyunat Abhimanyu. Rumah sakit ini berlokasi di pusat kota BSD City, Serpong, Tangerang. Menempati area seluas 12.000 m2, gedung RS Medika BSD terdiri dari 7 lantai, merupakan rumah sakit yang menawarkan pelayanan kesehatan yang baik. Kebetulan saat liburan sekolah RS ini mempunyai paket sunat yang relative murah.


Saya punya pengalaman menyunat anak laki-laki 16 tahun lalu saat anak kedua (Aga) disunat. Namun, itu sudah sangat lama. Jadi pasti saya lupa lagi caranya. Jadi saya pelan-pelan belajar lagi melayani anak yang disunat. Masih gugup dan terkadang bingung. Namun, sejauh ini bisa diatasi dengan baik. Lukanya masih basah karena baru 2 hari. Masih bengkak. Agak harus berhati-hati untuk membersihkan luka dekat jaitannya.

Untungnya ada media game yang membuat anak bisa diam di rumah sehingga mempermudah perawatan dan pemulihan. Biasanya saya nyap-nyap aklau main agme lebih dari 1 jam. Yang ini saya biarkan dulu. Kecuali kalu sudah jamnya makan atau bersih-bersih.


Puji Tuhan, saya mengalami lagi melayani dan mendampingi, serta merasakan degdegan dan kepanikan  saat menghadapi anak yang disunat. Tugas seorang ibu memang tak akan ada akhirnya. Menjadi seorang ibu adalah anugrah, panggilan alam, dan penziarahan hidup. Dalam tiap langkah anak,  kita menjalankan panggilan kita dari mulai dia dalam kandungan hingga  besar pun tetap mereka seorang anak. Bukan begitau ibu-ibu?
 (Ch. Enung Martina)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar