Senin, 17 Agustus 2009

KEMERDEKAAN vs JABLAI LANANG

Posting ini masih berkisah tentang hari kemerdekaan, tetapi bukan di desaku nun jauh di pedalaman tatar Sunda sana, tetapi ini di RT-ku. Nah, posting ini juga berkisah tentang kisah lucu di hari kemerdekaan. Seperti pembaca ketahui, aku berdomisili di komplek perumahan sederhana. Komplekku berbatasan dengan perkampungan Betawi-Serpong jua dengan perumahan elite.Bahkan, blok rumahku satu RT dengan saudara-saudarku itu. Aku senang bisa menjadi bagian warga bersama dengan mereka karena aku bisa belajar banyak hal dari mereka.

Sudah tiga tahun ini RT-ku mengadakan perayaan kemerdekaan secara cukup meriah. Dulu-dulu ya... tak pernah ada lomba-lomba. Paling nebeng dengan RT lain. Kami pendatang mulai gabung bersama mereka dan jadilah kami punya tradisi peringatan kemerdekaan dengan aneka acara yang seru dan lucu. Yang jelas karena ada sokongan dana dari sumbangan warga yang sekarang lebih kuat karena ada pendatang.

Aku deskripsian jalannya kegiatan RT-ku:
Tanggal 16 Agustus (Minggu) dimulai dengan lomba sepeda hias. Pesertanya anak-anak dan remaja. Sepeda dihias sesuai selera dan kreativitas. Rute keliling komplek perumahan dan masuk perkampungan Betawi. Siangnya dilanjutkan lomba mewarnai, menggambar, balap karung, makan kerupuk, dan aneka lomba lain. Malamnya ada pawai obor keliling komplek lanjut dengan nonton layar tancep bersama dengan judul film Naga Bonar I.

Perlu pembaca ketahui semua kegiatan diselenggarakan di tanah lapang samping rumahku persis. Jadi aku bisa memonton dari dekat kalo ingin lebih jelas tinggal naik ke ruamg atas (kamar anak gadisku atau ruang kerja kami). pasti semua kegiatan akan terlihat dengan jelas bahkan juga layar tancep langsung nyerbu kuping. tapi jangan kuatir kuping kami sudah terbiasa dengan suara berisik karena sudah terlatih. Sementara pertempuran Naga Bonar melawan penjajah berlangsung dengan suara yang sangat nyaring, kami bisa tidur dan memimpikan ikut bertempur. Ya, lapangan ini adalah satu-satunya di RT kami. Jadi saudara-saudaraku se-RT yang punya hajatatan sunatan, kawinan, dll akan mendirikan panggung di lapangan tersebut. Di lapangan tersebut berbagai pertunjukan telah digelar , terutama dangdut tentu saja. Juga berbagai film telah diputar mulai dari film Indonesia, barat, sampai India. Dimualai dari film yang beradab sampai film esex-esex. Betul saudara!

Awalnya kami agak gimana gitu. Tetapi lelaki lelanang jagat di rumahku, yang telah kupilih jadi suamiku selalu bilang: nikmati aja. Jadi ya, kami adalah domba-domba yang patuh pada gembala kami, kami menikmatinya. Bahkan anak-anak juga menghargai senmua itu. Aku kira mereka belajar banyak tentang hal ini.

O, ya lanjut hari ke-2, Senin 17 Agustus 2009, acaranya lebih seru karena lombanya menantang. Kali ini yang lomba giliran remaja dan para ibu-bapa: merias, dangdutan, panjat pinang (diganti jadi pohon pisang karena pinangnya gak ada). Nah, ini deskripsi tentang panjat pohon pisang: pohon pisang yang besar ditopang oleh 3 batang bambu besar. batang pisang dibiarkan tergantung. Peserta akan memanjat pohon pisang yang terayun-ayun. Hadiah-hadiah diletakkan di atas pertemuan 3 batang bambu. Perjuanan sangat keras untuk mendapatkannya karena diletakkan di atas tanah yang dibuat berlumpur yang tentu saja licin. Para peserta akan memanjat dengan bertelanjang dada dan mereka akan belepotan lumpur. Pohon pisang jadi sangat licin. Wow... seru!

Perlu saudara-saudara tahu, setiap kali kegiatan iringannya musik dangdut. Tapi yang sangat sering diputar itu menggelitik perasaanku karena judulnya JABLAI LANANG. Kata-katanya tak begitu ingat. Inti dari isi lagu mengisahkan jeritan seorang perempuan yang sangat sebal dengan suami/kekasihnya yang ternyata 'bajingan', itu bahasa si penyanyi, karena tidak setia.Penyanyi (perempuan) mengatakan kekasihnya itu jablai lanang. Wah... aku jadi... mengubungkan kemerdekaan dengan jablai lanang. Apa hubungannya jelas tak ada, dan tak nyambung juga tuh lagu. Kenapa tak dipilih lagu-lagu dari grup COKLAT atau Gombloh misalnya yang lebih nasionalisme. Yang jelas 'jablai lanang' musiknya lebih menghentak untuk bergoyang sambil berlomba. Itu mingkin pertimbangannya.

Kegiatan ditutup dengan pertunjukan kebolehan atraksi warga RT kami mulai dari bocah, remaja, ibu-bapak, sampai engkong dan enyak. namun, jablai lanang masih setia mengiringi kegiatan peringatan kemerdekaan di RT kami.

Nah, situasi ini yang membuat anak gadisku akan merindukan rumahnya kala ada di negri orang. Ke mana pun ia pergi ia pasti rindu tanah airnya, rumahnya. Demikian anak lanangku yang membuat ia betah tinggal berlama-lama di rumah daripada ngemol bersama teman-temannya. Lebih baik dia membawa pasukannya ke rumahnya yang kecil daripada ia ngelayap ke mana-mana. Kedengarannya aku bukan ibu yang terlalu baik untuk kemajuan anak-anaknya, ya. Itulah kelekatan seorang ibu.


(Teh Nung yang sedang ternyalakan semangat nasionalismeny
a)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar