Sabtu, 29 Agustus 2009

SEPENINGGAL


Pernahkah kau merasa bahwa setengah dari nyawamu terbawa pergi dari tubuhmu? Pernahkah kau merasa bahwa doa tak terlalu banyak membantu? Pernahkah kau merasa bahwa muntah di kamar mandi terasa lebih baik karena sebagian dari perasaan beratmu keluar? Pernahkah kau merasa bahwa kau berjalan setengah menapak di bumi ini? Pernahkah kau merasa bahwa perutmu sepanjang hari melilit dan mules? Pernahkah kau merasa bahwa makanan yang kau makan fungsinya hanya untuk mengisi perut agar semua pencernaan baik-baik saja? Dan pernahkah kau merasa bahwa tempat tidur yang selama ini engkau berbaring di atasnya sangat nyaman, tiba-tiba berubah menjadi keras dan menggelisahkan? Dan juga kau merasa seluruh tubuhmu merinding sampai ke tulang sungsum untuk sepanjang hari dan malam. Sendimu lemas. Kau pikir itu masuk angin dan kelelahan.

Kamu memaksakan diri untuk berlaku paling normal. Senormal mungkin. Kamu beraktivitas seperti biasanya, berusaha ceria. Tapi kau tak bisa memungkiri dirimu bahwa ada suatu yang hilang dari dirimu. Semua orang memberi nasihat untuk berdoa, untuk tabah, nasihat untuk ini dan itu. Kamu berterima kasih pada mereka karena mereka ada untuk mendukungmu. Sahabat, teman, saudara, bahkan ibumu sendiri.

Ibu, kurasa dia yang paling kau butuhan kala seperti ini. Dia lebih mengerti perasaanmu kaena dia juga mengalami apa yang kau rasakan ketika kau pergi dari rumah. Ibu akan meneleponmu dan bertanya kamu baik-baik saja kan? Ibu yang akan berkata biarkan semua berjalan sesuai dengan yang seharusnya. Kamu menangis saja, kamu muntah saja. Jangan kamu perangi perasaan itu karena itu bagian dari kamu menjadi ibu. Semua yang kau alamai sekarang suah kualami 3 kali karena aku punya anak tiga. Begitu kata beliau. Dan perasaan itu akan berulang ketika satu-persatu anak pergi dari rumah untuk mengepakkan sayapnya.

Kala semua kau rasakan, kau hanya merasa memerlukan sebuah pelukan erat dan bahu yang siap untuk kau sandari. Kau memerlukan teh panas manis dan mungkin sedikit makanan hanya untuk menghangatkan perutmu yang terus mules dan melilit. Itu adalah bagian dari perasaan kehilangan orang yang kamu cintai. Ditinggalkan orang yang merupakan bagian dari darah-dagingmu juga jiwa dan rohmu. Meski perpisahan itu sesaat untuk beberapa tahun. Namun, jarak membentang di antara kau dan dia membuatmu merasakan hal di atas.

Aku boleh mengatakan bahwa ketika kau putus dengan pacar pertamamu, perasaan putus dengan pacar pertamamu bukan apa-apa, tak ada apa-apanya. Ini lebih daripada itu. Akal sehatmu jalan bahwa itu yang terbaik bagi dia dan bagi kamu. Logikamu juga tahu bahwa ini adalah sebuah yang harus terjadi. Bahkan peristiwa kepergiannya adalah bagian dari doamu karena ini artinya kesuksesan dia dan juga kamu. Itu kamu sangat-sangat tahu. Tapi, dirimu yang di dalam tidak demikian. Dia sangat kaget, sangat shock, sangat tidak siap, sangat terenggut, dan sangat sakit. Kamu berpikir sangat logis, tapi tubuhmu menolaknya. Akibatnya gejala-gejala fisiklah yang muncul.

Tidak perlu banyak pertanyaan, tetapi keberadaan itu terasa lebih nyaman dan menenangkan. Nasihat… kadang juga tak mempan. Mengapa ? Karena semua harus dialami untuk bisa menjadi lebih sempurna hidupmu. Mengalami itu semua berarti kamu sempurna untuh menjadi manusia. Jadi aku tak peduli orang mengatakan ini itu tentang tip untuk menghadapi perasaanku. Satu-satunya cara yang paling jitu untuk menghadapi semua itu dengan cara mengalaminya secara alami. Kau merasakn sakitnya seluruh tubuhmu karena dengan itu kau akan merasa bersyukur atas kesempatan telah dipercaya memiliki dia. Dipercaya Sang Pencipta untuk menjadi bagian dari kehidupan yang sangat berharga.

Air mata yang deras mengalir kala malam, dan kau sembunyikan dari dia yang akan pergi, itu adalah bagian pembasuhan jiwamu. Bagian dari mengalirnya kasih yang selama ini kau berikan untuk dia. Bagian dari bahwa kau dan dia tersatukan dari jalinan cinta yang tak satu pun orang bakal memisahkannya, juga jarak, bahkan kematian.

Aku menikmati setiap gejala fisik dan gelora hati yang kurasakan dengan perpisahan ini. Aku mengamati gerak hatiku sendiri. Maaf, aku tidak mendengar nasihat banyak orang yang mengatakan, jangan dipikirkan. Aku tak memikirkan, tetapi merasakan. Aku nikmati perasaanku, juga rasa mual, dan muntahku di kamar mandi. Aku rasakan dan aku melihat betapa tubuh tak bisa dibohongi. Tubuhmu adalah hal yang paling jujur pada dirimu. Ia akan memberi tanda yang paling benar tentang semua yang kau rasakan, pikirkan, dan kau sangkal atau kau tolak. Tubuhmu adalah bagian yang paling jujur untuk semua itu.

Aku mengabaikan nasihat oang untuk banyak hal berkaitan dengan apa yang aku hadapi. Aku rasa ini adalah bagian dari hidupku, jadi aku yang paling tahu bagaimana cara menghadapi semua itu semua. Maaf ya temen-temen dan juga terima kasih banyak sudah peduli sama aku untuk menghadapi fase hidupku ini.

Setelah aku hadapi dan aku mengalaminya toh semuanya berlalu secara alami. Perasaan kehilangan ada pasti, tapi ya… sekarang sudah lebih baik. Aku sudah muntah 2x dan aku sudah mengigil, sudah mules, sudah lemes, sudah sakit badan, sudah gemetar, sudah kehilangan nafsu makan, sudah menangis, sudah berdoa, sudah ngomong sendiri, sudah diam saja, pokoknya sudah kulakukan semua.

Aku rasa perasaan lelaki juga sama. Lihat tuh suamiku tersayang, tiba-tiba datang memeluk dan rembes air mata hanya mengatakan aku kangen Metta. Metta gimana ya… Aku rasa aku sedang sembuh. Giliranku yang menghibur Bob karena gejala fisiknya belakangan daripada aku. Biasa lelaki kan suka sok tegar. Sori, ya kaum Adam. Itu kan lelaki di rumahklu.

Tapi yang jelas dari semuanya aku mendapat pelajaran yang banayak sekali dengan fase hidupku ini. Semuanya merupakan bagian perjalanan hidup kita. Kita lalui dan kita rasakan saja. Pada akhirnnya aku bersyukur karena aku merasakan itu semua. Aku tahu tidak semua orang mengalami yang aku alami. Ternyata bagian yang aku rasa kala itu paling buruk bisa aku atasi. Sekarang aku tinggal menata hati untuk belajar memahami semua hal yang terjadi dalam hidupku. Dan tentunya jadi penghibur bagi 2 lelaki dalam rumahku yang masih suka bengong kayak ayam kena penyakit.

(Teh Nung: yang hampir pulih dari persaan kehilangan dan gejala fisik ditinggalkan anak terkasih pergi ke negri orang)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar