Sabtu, 15 Agustus 2009

RERASA GALAU

Perasaanku bercampur aduk akhir-akhir ini antara bangga, senang, lelah, bingung, dan sedih karena sebuah perpisahan yang akan kuhadapi. Perasaan ini mungkin tak jauh beda yang ibuku rasakan ketika aku pertama kali akan pergi dari rumah pada usia bocah (15 tahun) lulus SMP. Sekarang aku merasakan perasaan ini karena kepergian anak gadisku. Aku masih belum bisa melihat dengan mataku sebagai seorang ibu bahwa ia sudah besar dan dewasa. Aku melihatnya sebagai gadis kecilku yang membutuhkanku. Aku melihatnya gadis kecilku yang masih belum bisa terpisah dariku.

Perasaan kelekatan benar-benar membuatku terjerat. Aku berusaha untuk tak menampakkan perasaanku, tetapi rupanya aura tubuh tak bisa berbohong. Sampai keloyoanku terbaca sobatku yang terpisahkan oleh samudra raya dan ribuan kilo jauhnya.

Aku melakukan segala aktivitasku dengan rutin seperti seharusnya dan biasanya. Namun, sepertinya kulakukan tanpa jiwa dan penghayatan. Aku menelepon ibuku, bertanya dan minta nasihat. Beliau bilang semua ibu akan merasakan hal yang sama ketika ia berpisah dengan anaknya.Beliau bilang persaan hampa itu akan berjalan cukup lama mungkin 3 bulan. Selama waktu itu seorang ibu akan merasakan bahwa makanan hanyalah berfungsi untuk mengisi perut dan tidur hanyalah sarana untuk merebahkan badan. Artinya semuanya hal yang biasanya dikatakan enak untuk beberapa saat tak akan dirasakan enak.

Aku berpikir itu sesuatu yang wajar bagian dari perjalanan hidup seseorang dan bagian dari perjalanan ziarah batin seorang ibu. Namun, perasaanku berkata aku sangat tidak nyaman dan sangat hampa. Aku sangat sedih dan ingin meraung.

Aku akan bersyukur untuk perasaan yang kualami ini. Karena aku tahu tidak semua orang merasakan perasaan ini dan mendapatkan pengalaman ini. Aku juga bersyukur untuk semua pengalaman rohani dari kelekatan yang selama ini aku alami.Aku bersyukur untuk sebuah daya yang selalu menjadi kekuatan untuk menghadapi berbagai gelombang rasa dan gelombang kehidupanku. Karena itu aku senantiasa akan menggantungan seluruh langkah dan rasaku pada-Nya Sang Pemilik Kehidupan.

(teh Nung yang sedang dilanda perasaan abstrak)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar