Sabtu, 17 Agustus 2019

TAHBISAN IMAMAT KAJ 2019


TAHBISAN DI SASONO UTOMO TAMAN MINI INDONESIA INDAH

Hasil gambar untuk tahbisan imamat kaj 2019

Hidup di zaman ini dengan segala tantangannya  memerlukan kecerdasan. Kecerdasan adalah menemukan ketidakwajaran dan kecekatan merekayayasanya untuk mengembangkan kualitas kehidupan. Setiap orang dalam hidup ini akan bertemu dengan ketidakwajaran. Untuk dunia dengan kecanggihan dan kematerilannya seperti sekarang, memilih menjadi seorang imam adalah sesuatu yang tidak wajar. Namun, justru di situ dunia melihat bahwa orang-orang yang cerdas dan pilihan akan memilih hal yang berbeda yang tak dipilih oleh dunia.

Lima pria lajang pada sore itu berbalut jubah putih bersih perlahan dan khidmat menuju altar untuk memberikan jawaban pada panggilan hati yang selama ini mereka jalani dalam proses penempaan diri. Sebuah jawaban yang tulus dan murni dari nurani terdalam. Tak ragu. Dengan pasti melangkah menuju pada panggilan yang terus mereka hidupi : menjadi IMAM.

Disaksikan oleh orang tua, saudara-saudari, sanak, dan keluarga, para rekan sekomunitas, juga para senior, para guru, para pembimbing rohani, dan seluruh umat beriman yang hadir. Mereka lima pria ini adalah Diakon Albertus Monang Rianto Sidabutar, Diakon Andreas Subekti, Diakon Joseph Biondi Mattovano, Diakon Ignasius Harianto, SDB, dan Diakon Marselinus Tanggu, SDB. Lima pria ini melangkah dalam keyakinan yang teruar auranya pada tiang-tiang kokoh bangunan Sasana Utama, Taman Mini Indonesia Indah.



Menjadi saksi dari kelimanya adalah kebahagiaan tersendiri. Saya bersyukur karena boleh menjadi saksi dari peristiwa mulia ini. Saya hadir untuk murid saya, yang juga anak teman saya, yaitu Diakon Joseph Biondi Mattovano. Kami para gurunya di SMP St. Ursula BSD memanggilnya Ovan.

Baru kemarin rasanya saya mengajar dia di Bina Iman St. Monika, BSD. Baru sekian waktu berselang rasanya saya , melihat Ovan sebagai teman anak  perempuan saya (Metta) dengan anak-anak seangkatan mereka. Melihat mereka kala bertumbuh dari anak-anak, remaja, hingga mereka mengambil langkah masing-masing pada jalan mereka sendiri, membuat saya terharu. Betapa waktu begitu cepat berlalu bila dikenangkan.



Kini saya duduk di deretan kursi belakang menyaksikan alur peristiwa ini berjalan dalam sebuah rangkaian ritus nan agung. Ada begitu banyak perjumpaan yang saya alami dengan  pribadi-pribadi yang dengan kehendak-Nya diijinkan untuk menjadi murid saya. Salah satunya Ovan atau Vano. Wow, sungguh sebuah keajaiban hidup bila saya renungkan.

Ritus dimulai dengan perarakan masuk mulai dari ceremonarius, Misdinar pembawa wiruk, Misdinar pembawa salib, Misdinar pembawa lilin/lentera, Frater pembawa microphone & buku upacara, para Diakon  dan orang taunya, pembawa Evangeliarium, para Asisten Uskup, Selebran lain, dan terakhir Bapak Uskup yang diiringkan oleh Frater pembawa tongkat dan mitra.

Sampai di kaki altar Uskup dan para petugas liturgyiberlutut. Uskup melepaskan tongkat lalu mendupai altar, kemudian melepas mitra. Semua membungkuk ke altar. Salib, evangelarium, mitra, dan tongkat Uskup diletakkan pada tempatnya. Semua petugas liturgy ke tempatnya masing-masing. Kemudian, Uskup berdiri di depan kursinya dan membuka perayaan.

Selama perarakan menuju altar, koor mengiringinya dengan lagu Panggilan Tuhan yang dilanjutkan dengan lagu Aku Abdi Tuhan.

Uskup menyampaikan salam. Lalu Imam Asisten I menyampaikan pengantar, sementara itu umat duduk. Selanjutnya Uskup melanjutkan denagn doa tobat.
Ritus berikutnya dilanjutkan pada Tuhan Kasihanilaan,  Kemuliaan, dan doa pembukaan.

Setelahnya dilanjutkan dengan Liturgi sabda. Bacaan pertama kali itu mengambil Kitab Yosua 3: 7-10a. 13-17, bacaan kedua Ibrani 2: 5-18, serta Injil dari Lukas 1: 39-56.

Tahbisan ini bertepatan dengan peringatan  Maria Diangkat ke Surga. Bukan hal yang kebetulan, bila tema tahbisan ini ada ketersambungan denagn retret agung saya di Ein Karem (Gereja Visitasi) dalam ziarah ke Tanah Suci pada bulan Juni lalu.

Setelah pembacaan Ijil, mulailah masuk pada Ritus Tahbisan Imam. Bapak Uskup duduk di kursi depan altar dengan mengenakan mitra. Para asisten berdiri di kanan dan kiri Uskup.

Mulailah Bapak Uskup memanggil para calon imam. Para calon imam yang dipanggil denagn nama lengkapnya menjawab: Saya hadir. Calon imam berdiri dan memberi hormat kepada Uskup. Kemudian calon imam menghampiri orang tuanya masing-masing untuk memohon restu.

Selanjutnya para orang tua mengantar para puteranya menghadap Uskup untuk menyerahkannya. Setelah penyerahan, calon imam mengantar orang tua ke tempat duduknya. Kemudian calon imam berdiri di depan Uskup.

Imam Asisten 1 memnyampaikan permohonan kepada Bapak Uskup untuk menahbiskan para calon imam untuk tugas pelayanan imamat. Bapak Uskup menanyakan kelayakan para calon imam untuk ditahbiskan.

Setelah jawaban dari Imam Asisten bahwa para calon imam ini layak untuk ditahbiskan, maka Bapak Uskup menerima calon imam.  Para calon imam memberi hormat kepada bapak Uskup dan kembali ke tempat duduknya.

Setelah itu Bapak Uskup memberikan homili.
Homili Mgr. Ignatius Suharyo diawalai dengan ucapan syukur dan ucapan profociat karena para calon imam berani untuk menuju pada kesempurnaan kasih yaitu menuju jalan imamat.

Jalan iamamat adalah salah satu jalan yang menuju kesucian. Bapak Uskup berdoa agar para calon imam bertumbuh dalam imamat dan gembira di dalam pelayanan.

Renungan Bapak Uskup dimulai dengan pertanyaan mengapa Bunda maria ingin mengunjungi Elizabeth? Padahal, Maria sendiri dalam keadaan gelisah, bahkan takut. Mengapa Bunda Maria gelisah dan takut? Karena mendengar salam dari Malaikat Gabriel: Tuhan menyertai engkau!

Maria gelisah dan takut menerima salam ini karena ketika Tuhan menyertai  artinya Tuhan yang memimpin hidupnya. Artinya Maria harus menanggalkan rencananya atau kehendaknya sendiri. Tidak bebas untuk melaksanakan apa yang menjadi kehendak pribadi. Allah yang akan memimpin.

Sama halnya dengan Musa dan Yosua. Musa mengalami ketakutan saat diminta untuk membawa umat Israel keluar dari Mesir. Lantas Tuhan bertanya kepada Musa: Bukankah aku menyertai engkau?

Musa mengikuti rancangan Tuhan. Musa dikisahkan dalam Perjanjian Lama, ia memimpin umat Israel menuju Tanah Terjanji. Mengembara di padang gurun. Namun, saat akan masuk ke Tanah terjanji, justru Tuhan tidak mengijinkannya masuk.

Meski demikian, Musa tidak mogok, ngambek, patah arang, marah, atau protes. Musa ditampilkan sebagai pribadi yang mulia dan agung.

Dengan tenang ia memberikan tongkat kepemimpinannya pada Yosua untuk membawa umat Israel masuk ke Tanah Terjanji.

Mengapa Musa mempunyai pribadi yang agung dan semulia itu? Karena Musa tidak lagi melihat berbagai hal dan peristiwa hidupnya dari ukurannya sendiri. Musa melihat berbagai hal dari standard kacamata Allah. Ia memandang berbagai peristiwa bukan lagi tentang diri sendiri melainkan dari kaca mata Allah.

Usai homili, upacara dilanjutkan dengan penyelidikan calon imam. Bapak Uskup duduk di depan altar. Calon imam berdiri di depan uskup. Uskup menanyai mereka tentang kesediaan calon imam untuk melaksanakan tugas-tugas yang dipercayakan kepadanya. Bertanya juga tentang kesediaan melaksanakan tugas seorang imam dengan cermat dan kerja sama yang setia kepada Uskup untuk menggembalakan umat Allah di bawah pimpinan Roh Kudus. Kesediaan yang berikutnya untuk merayakan misteri Yesus Kristus dalam Gereja dengan hormat dan setia sesuai tradisi Gereja demi kemuliaan Allah dan pengudusan umat-Nya. Kebersediaan yang keempat adalah mewartakan Sabda Allah dengan cara yang pantas dan bijaksana dalam memaklumkan Injil dan mengajarkan iman Katolik. Kebersediaan yang kelima adalah mempersatukan diri makin erat dengan Kristus Sang Imam Agung dan bersama Yesus menyerahkan diri kepada Allah demi keselamatan umat manusia.

Setelah penyelidikan, calon imam mengucapkan janji setia. Calon imam maju, berlutut di depan uskup, meletakkan kedua tangannya ke dalam tangan Uskup lalu menjawab pertanyaan seputar janji setia untuk menghormati dan menghormati Uskup dan para penggantinya.

Lantas Uskup berdiri melepas mitra dan mengajak uat berdoa agar Allah berkenan melimpahkan anugrah Ilahi-Nya kepada para hamba-Nya yang telah dipilih untuk menerima martabat imamat.

Maka Uskup, Imam asisten, dan Misdinar berlutut menghadap altar, sedangkan calon imam bertiarap di lantai sebagai ungkapan ketidakpantasannya. Litani para Kudus pun dikumandangkan oleh solis dandijawab oleh seluruh umat, calon imam,  dan para imam.

Setelah Litani Para Kudus, Uskup dan Asisten berdiri menghadap altar. Uskup berdoa agar Allah sudi mendengarkan dan mengabulkan doa-doa umat-Nya serta menyerahkan para calon imam ke dalam tangan Tuhan untuk ditahbiskan.

Ritus selanjutnya adalah penumpangan tangan. Ritus ini merupakan bagian inti Perayaan tahbisan Imam. Bagian ini terdiri dari dua yaitu penumpangan tangan dan doa oleh Bapak Uskup yang merupakan lambang pencurahan Roh Kudus yang akan menahbiskan para calon menjadi imam. Bagian kedua dari ritus ini adalah penumpangan tangan para imam lain yang menandai penerimaan mereka ke dalam kolegalitas para imam.  Para imam yang hadir dalam upacara tersebut satu persatu menumpangkan tangan mereka.

Selesai penumpangaan tangan, calon imam berdiri di hadapan Bapak Uskup. Bapak Uskup menanggalkan mitra dan merentangkan tangannya ke atas calon imam. Semua imam yang hadir mengulurkan tangan kanannya kea rah calon imam. Keudian Uskup mengucapkan doa tahbisan.

Tibalah kini pada acara pengenaan stola dan penyerahan kasula. Uskup duduk di depan altar dengan mengenakan mitra. Imam Baru maju dan berlutut di hadapan Uskup. Sementara itu, Asisten mengubah tataletak stola pada Imam Baru. Asisten menyerahkan kasula kepada Uskup lalu Uskup menyerahkan kasula tersebut pada Imam Baru. Para Imam Baru membawa kasula kepada orang tua yang membantu mengenakannya.

Setelah mengenakan kasula, Imam baru berdiri di hadapan Uskup. Uskup mengenakan Gramiale dan minyak krisma dibantu oleh Asisten. Imam Baru menghadap Uskup dan berlutut. Lalu membuka telapak tangan di atas Gramiele. Uskup pun mengurapi tangan Imam Baru.

Imam Baru dan Uskup mencuci tangan masing-masing. Uskup dibantu Asisten melepaskan Gramiele.

Setelah mencuci tangan, Imam Baru mendampingi orang tua maju ke hadapan Uskup, sambil membawa bahan persembahan. Bapak Uskup menerima bahan persembahan dari orang tua, lalu menyerahkannya kepada Imam Baru.  Uskup memeluk Imam baru. Imam baru didampingi orang tuanya membawa bahan persembahan dan meletakkannya di meja altar. Lalu Imam baru mengantarkan orang taunya kembali ke tempat duduknya. Sementara itu, dengan dibantu asisten, Imam Baru mempersiapkan altar. Para petugas persembahan mengambil persembahan lainnya dan dihantar ke depan altar. Di depan altar disambut Imam baru dan para Asisten.

Kini tibalah ritus memasuki Liturgi Ekaristi. Imam Baru mempersilakan Uskup memimpin Ekaristi. Para Imam Baru berdiri di atara Uskup dan para Asisten. Maka Ekaristi pun digelar sesuai urutan pada umumnya.

Pada saat pembagian Hosti, Imam baru menerimakan komuni kepada orang tuanya dan sanak-keluarga. Lalu juga membagikannya kepada umat lainnya. Sesudah menerimakan Komuni, dengan dibantu Ceremonarius, Imam baru membereskan altar. Lalu Imam Baru mempersilakan Uskup dan Asistenya untuk berdiri di belakang altar.
Ritus penutup pun mulai. Uskup mengenakan mitra. Sambil merentangkan tangannya, Uskup menyampaikan Berkat Allah. Sambil memegang tongkat kegembalaannya, Uskup mengakhiri penampaian Berkat Allah.

Uskup dan para Asisten duduk. Maka dimulailah sambutan-sambutan : dari Ketua Panitia tahbisan, wakil orang tua Imam baru, Pastor Kepala Paroko Lubang Biaya, dan sambutan dari wakil Imam Baru ( Romo Andreas Subekti).

Setelah sambutan, untuk pertama kalinya Imam baru menyampaikan Berkat Allah. Selanjutnya disampaikan perutusan bagi para iam baru.

Seluruh umat menyanyikan lagu penutup. Uskup, Asisten, Imam baru, Imam konselebran maju ke depan altar. Lalu pengambilan gambar. Maka semua petugas liturgy turun dari panti imam dan meninggalkan ruangan. Berakhirlah rangkaian acara pentahbisan imam KAJ 2019.

Kini telah lahir 5 Imam baru bagi Gereja KAJ dan Gereja semesta yaitu:
Romo Albertus Monang Rianto Sidabutar,PR
Romo Andreas Subekti, PR
Romo Joseph Biondi Mattovano, PR
Romo Ignasius Harianto, SDB,
Romo Marselinus Tanggu, SDB.

Proficiat, crescat et floreat – Terslah maju, bertumbuh dan berkembang!
(Ch. Enung Martina)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar