Minggu, 20 Oktober 2019

JEJAK LANGKAH 19



Gereja Primat Petrus dan Menza Kristi



Di Tabgha terdapat 2 tempat penting bagi para peziarah yaitu Gereja 5 roti 2 ikan (Church of the Multiplication of loaves and fishes) yang sudah kita bahas sebelumnya pada JEJAK LANGKAH 18 dan Gereja Primat Petrus (Church of St.Peter Primacy).

Gereja ini berada tidak jauh dari Penggandaan, tempat ini diyakini sebagai tempat di mana dahulu Yesus pernah makan bersama dengan beberapa murid - Nya setelah Yesus bangkit dari mati dan di tempat ini pulalah Yesus pernah berkata kepada Petrus untuk menggembalakan domba-domba Nya.

Gereja ini dahulu dibangun pada abad pertengahan dan diberi nama Tabula Domini atau Mensa Christi (Meja Kristus / Tuhan) dan dibangun kembali pada tahun 1934 oleh Ordo Fransiscan. Di dalam gereja ini terdapat sebuah batu karang yang diyakini pernah digunakan oleh Yesus dan para Murid Nya ketika mereka makan bersama.

Gereja Keutamaan Santo Petrus adalah gereja Fransiskan yang terletak di Tabgha, Israel, di pantai barat laut Danau Galilea. Gereja Petrus Primat dibangun di atas batu karang di pinggir danau Galilea. Sebagaimana dengan banyak peristiwa lain di Holyland yang diperingati dengan pendirian sebuah Gereja,  gereja ini merupakan penanda peringatan akan peristiwa  Yesus mengangkat  Petrus sebagai kepala para rasul dan kepala Gereja (umat beriman pengikut Kristus).
Struktur gereja  modern dibangun pada 1933 dan menggabungkan bagian dari Gereja abad ke-4 sebelumnya. Kapel Fransiskan ini dibangun di situs ini pada 1933. Gereja ini termasuk dalam lokasi kunjungan  perjalanan Paus Paulus VI dan Yohanes Paulus II selama kunjungan mereka ke Israel pada 1964 dan Maret 2000.  Di dasar dindingnya, di seberang altar utama, pondasi dari gereja abad ke-4  terlihat. Pada abad ke-9, Gereja ini disebut sebagai tempat bara-arang. Nama ini merujuk kepada peristiwa penyiapan makanan yang dilakukan Yesus bagi para rasul-Nya. Yesus membuat api dan arang untuk memasak ikan.
Di dalam gereja terdapat batu kapur berbentuk meja di depan altar,  yang disebut sebagai  "Mensa Christi", bahasa Latin untuk meja Kristus. Menurut tradisi ini adalah tempat di mana Yesus dikatakan telah meletakkan sarapan roti dan ikan untuk para rasul.  Di tempat ini pula Yesus mengatakan kepada Petrus untuk  "menggembalakan domba-domba-Nya". Ini merupakan  ketiga kalinya Yesus menampakkan diri kepada mereka setelah kebangkitan-Nya. (Yohanes 21:1-24).

Gereja Primat Petrus disebut juga Gereja Penampakan Tuhan, atau  disebut pula sebagai  Church of the Primary of St.Peter sebab pada penampakan ini,  Yesus menunjuk Petrus menjadi kepala dari para Rasul / pra murid - Nya. Kisah penunjukan itu bisa kita baca dalam Yoh 21: 15-23 dimana Yesus bertanya kepada Petrus apakah Petrus mengasihi-Nya yang diulang sampai 3x. Setelah Petrus berkata, “Tuhan, Engkau tahu segala-galanya, Tuhan tahu saya mencintai Tuhan” (Yoh 21:17), maka Yesus mempercayakan tugas memimpin Gereja kepada Petrus dengan berkata, “Gembalakanlah domba-domba-Ku”. 

Bangunan gereja ini tidak terlalu besar tapi sungguh apik dan mempesona. Dindingnya yang berwarna abu-abu kebiruan ditambah jendela-jendelanya  yang melengkung bercat putih menambah keindahan bangunan tsb. Kalau kita memandang ke samping kanan gereja, kita akan melihat hamparan taman bunga yang bermekaran dan teduh pepohonan rindang yang ditata dengan apik.  Sedangkan di samping kiri Gereja pantai  Danau Galilea dengan airnya yang berwarna biru menawan. Di Antara pepohonan di depan Gereja, terdapat patung yang menggambarkan perutusan Yesus kepada Petrus.

Di dalam Gereja suasana terasa hening dan tenang. Tepat di depan altar, terdapat batu cadas yang letaknya di lantai altar yang dinamakan Mensa Christi (meja Kristus), karena di situlah dulu Yesus duduk makan ikan bersama para rasul-Nya. Lihatlah mozaik di jendela belakang altar, begitu tertimpa sinar matahari maka gambarnya semakin bercahaya. Betapa  indah seperti dalam lukisan yang pernah saya lihat.
Sambil duduk di bangku umat, tak henti-hentinyanya saya mengucap syukur karena saya boleh datang yang kedua kalinya ke tempat ini. Saya sangat beruntung mempunyai Tuhan sebaik Yesus yg sangat menyayangi saya dan juga semua umat-Nya. 

Selesai berdoa pribadi saya keluar dan duduk di teduhnya pepohonan di taman sekitar gereja. Sambil duduk saya berimajinasi tentang Petrus kala peristiwa dalam kisah Al Kitab terjadi. Membayangkan Petrus sebagai nelayan yang dipilih Yesus untuk menjadi pemimpin ‘domba-Nya’.
Saya penasaran dengan pribadi sederhana Simon atau Petrus ini yang kepada dia Tuhan Yesus mempercayakan ‘domba-Nya’. Hasil penelususran saya melihat tentang ‘Primat Petrus
’ apa maksudnya?

“Pertama Simon, yang disebut Petrus.”[5] Dengan penekanan penting ini terhadap primat St. Petrus, St. Matius menyertakan daftar Keduabelas Rasul ke dalam Injilnya, yang juga dimulai dengan nama Simon dalam dua Injil sinoptik lainnya dan dalam Kisah Para Rasul[6]. Daftar ini, yang memiliki daya pembuktian besar, dan pasase Injil lainnya[7] memperlihatkan dengan jelas dan sederhana bahwa kanon Perjanjian Baru menerima apa yang Kristus katakan kepada Petrus dan perannya dalam kelompok Keduabelas[8]. Jadi, dalam komunitas Kristen awal, dan sesudahnya di seluruh Gereja, citra Petrus tetap kokoh sebagai Rasul yang kendati memiliki kelemahan insani, namun ditugaskan Kristus di tempat pertama di antara Keduabelas dan dipanggil untuk melaksanakan tugas khusus yang berbeda di dalam Gereja. Ia adalah batu karang yang di atasnya Kristus membangun Gereja-Nya[9]; ia adalah seseorang, setelah bertobat, yang imannya tidak gugur dan yang akan menguatkan saudara-saudaranya[10]; terakhir, ia adalah Gembala yang menuntun seluruh komunitas murid Tuhan.[11] 


Dalam pribadi, misi dan pelayanan Petrus, dalam kehadiran dan wafatnya di Roma yang disaksikan oleh literatur kuno dan tradisi arkeologis – Gereja melihat realitas mendalam yang secara hakiki terkait dengan misteri persekutuannya dan keselamatan: “Ubi Petrus, ibi ergo Ecclesia”[12]. Sedari awal dan dengan kejernihan yang kian bertambah, Gereja telah memahami bahwa, sama seperti terdapat suksesi Para Rasul dalam pelayanan Uskup, demikian pula pelayanan kesatuan yang dipercayakan kepada Petrus tergolong ke dalam struktur permanen Gereja Kristus dan suksesi ini ditetapkan di takhta kemartirannya.

Karena itu, atas dasar kesaksian Perjanjian Baru, Gereja Katolik mengajarkan, sebagai doktrin iman, bahwa Uskup Roma adalah Penerus Petrus dalam pelayanan primatnya di dalam Gereja universal[13]; suksesi ini menjelaskan pra-keunggulan Gereja Roma[14], yang diperkaya juga oleh pewartaan dan kemartiran St. Paulus.

Dalam rencana ilahi, primat sebagai “jabatan yang diberikan secara individual oleh Tuhan kepada Petrus, yang pertama dari antara Para Rasul, dan yang diteruskan kepada penerusnya”[15], kita telah memahami tujuan karisma Petrus, yakni “kesatuan iman dan persekutuan”[16] semua umat beriman. Paus Roma, sebagai Penerus Petrus, adalah “prinsip dan fondasi kesatuan yang kekal dan kasatmata bagi Para Uskup dan segenap umat beriman”[17] dan karenanya ia memiliki rahmat pelayanan khusus guna melayani kesatuan iman dan persekutuan yang perlu bagi Gereja untuk memenuhi misi penyelamatannya.[18]

“Gereja yang berziarah, dalam institusi dan sakramennya, yang tergolong ke zaman ini, memikul tanda dunia ini yang sedang berlalu.”[44] Untuk alasan ini pula, hakikat primat Penerus Petrus yang kekal secara historis telah diungkapkan dalam bentuk-bentuk pelaksanaan yang berbeda sesuai dengan situasi Gereja yang berziarah di dunia yang berubah-ubah ini.
Dalam tradisi Katolik, dasar jabatan paus sungguh kita temukan terutama dalam Matius 16:13-20. Di sana dikisahkan Yesus bertanya, “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” Para rasul menjawab, “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi.” Lalu Yesus bertanya kepada mereka: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?”

St Petrus, yang waktu itu masih dikenal sebagai Simon, menjawab, “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Kristus tahu bahwa jawaban ini berasal dari Allah, “Bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga.”
Karena jawabnya ini, Kristus berkata kepada Petrus, pertama, “Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.” Perubahan nama itu sendiri, dari Simon menjadi Petrus, menyatakan bahwa rasul tersebut dipanggil untuk suatu peran kepemimpinan yang istimewa. Kata “batu karang” juga mengandung makna istimewa. Di satu pihak, “batu karang” merupakan ungkapan bangsa Semit (termasuk di dalamnya adalah bangsa Yahudi dan Arab) untuk menunjukkan dasar yang kokoh di mana suatu komunitas akan dibangun.


Yesus mengatakan, “Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga.” Dalam Perjanjian Lama, orang “nomor dua” dalam kerajaan selalu diserahi kunci. Dalam Yesaya 22:19-22 kita dapati kisah tentang Elyakim, kepala istana Raja Hizkia (2 Raja-raja 18:17 dst), kepada siapa diserahkan kunci rumah Daud. Sebagai tanda jabatannya, ia yang memegang kunci mewakili raja, bertindak dengan wewenangnya, dan harus berbuat sesuai kehendak raja.
Dalam Perjanjian Baru, dalam Kitab Wahyu, Yesus memegang kunci Surga, Neraka dan Api Penyucian, “Yang Kudus, Yang Benar, yang memegang kunci Daud; apabila Ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila Ia menutup, tidak ada yang dapat membuka…” (Wahyu 3:7) dan “Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir, dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut” (Wahyu 1:17-18). St Petrus ambil bagian dalam wewenang yang menembus hingga ke dunia baka.

Terakhir, Yesus mengatakan, “Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.” Ini adalah istilah rabbinic. Seorang rabbi dapat mengikat, memaklumkan suatu perbuatan sebagai terlarang atau menjatuhkan hukuman ekskomunikasi kepada seorang karena suatu dosa berat; atau, seorang rabbi dapat melepaskan, memaklumkan suatu perbuatan sebagai diperkenankan atau memulihkan seorang pendosa yang dikenai ekskomunikasi ke dalam komunitas. Di sini, Yesus mempercayakan suatu wewenang istimewa kepada St Petrus untuk melestarikan, menafsirkan serta mengajarkan kebenaran-Nya.
Wewenang ini dipertegas setelah kebangkitan, ketika Yesus menampakkan diri kepada para rasul di Danau Tiberias (atau Galilea) (bdk. Yoh 21:1-19). Di hadapan para rasul yang lain, Yesus bertanya tiga kali kepada St Petrus, “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” yang dijawab St Petrus dengan, “Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Dan setelah setiap jawaban St Petrus, Yesus berkata kepadanya, “Gembalakanlah domba-domba-Ku.” Di sini, Kristus menegaskan peran St Petrus sebagai pemimpin gembala Gereja. Di akhir perikop, Kristus menyatakan bagaimana St. Petrus akan wafat, dan lalu berkata kepada St Petrus, “Ikutlah Aku.” 
Sebab itu, St Petrus dan masing-masing penerusnya mewakili Kristus di dunia ini sebagai Vicar Kristus dan memimpin kawanan umat beriman Gereja menuju Kerajaan Surga. Pemahaman atas Matius 16 dan Yohanes 21 ini tak tersangkal.

(Ch. Enung Martina: Teriring ucapan terima kasih tak terhingga kepada : Sr. Francesco Maryanti,OSU yang menjadi jalan semua ini teralami, Romo Hendra Suteja, SJ pembimbing rohani yang kepada beliau kebijaksanaan diberikan Tuhan, kepada Romo Sugeng yang mempunyai talenta untuk menghibur, kepada Mas Edi dan Mas Engki yang tak lelah melayani,  kepada seluruh tour guide, crew di bis, dan seluruh peserta ziarah dari Keluarga Besar Santa Ursula BSD.)

video link yang setema : https://www.youtube.com/watch?v=ktJbiIim2Lk
https://www.youtube.com/watch?v=ktJbiIim2Lk








Tidak ada komentar:

Posting Komentar