Minggu, 06 Oktober 2019

JEJAK LANGKAH 17


GEREJA SABDA BAHAGIA




Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.
Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.
Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.
Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.
Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.
Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat.
Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu  besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu” (Matius 5:2-12).




Church of the Beatitudes atau Gereja Sabda Bahagia atau Gereja Khotbah di Bukit adalah nama yang tidak asing karena sering terdengar dalam kisah Kitab Suci. Gereja Sabda Bahagia terletak di negara Israel salah satu negara di Asia Barat yang dikelilingi Laut Tengah, Lebanon, Suriah, Yordania, Mesir dan gurun pasir Sinai serta dua daerah Otoritas Palestina yaitu Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Kami berkunjung ke Gereja ini,,  pada pagi hari Sabtu 22 Juni 2019 untuk mengawalai ziarah kami hari itu dengan Misa di Bukit Bahagia. Kami mengadakan Misa pagi kami di sebuah kebun di belakang Gereja Sabda bahagia. Gereja Sabda Bahagia terletak di sebuah bukit kecil yang menghadap ke Danau Galilea yang disebut Bukit Sabda Bahagia. Lokasinya dekat dengan Tabgha dan Kapernaum. Menghadap ke pantai barat laut Danau Galilea, Bukit Sabda Bahagia menawarkan pemandangan mempesona bagian utara danau dan tempat ini juga bersebrangan dengan Dataran Tinggi Golan di sisi lain. Lokasi pasti tempat Yesus menkhotbahkan  Kabar bahagia masih belum diketahui.


Berbentuk bangunan segi delapan yang elegan dengan serambi bertingkat,  Gereja Sabda Bahagia berpadu padan dengan lereng yang mendominasinya. Dibangun pada tahun 1938 oleh  Ordo Fransiskan. Disain oleh arsitek Italia Antonio Barluzzi – dan sebagian dibiayai oleh diktator fasis Italia Benito Mussolini. Delapan sisi gereja yang terang dan lapang mewakili delapan sabda bahagia. Hal ini juga ditunjukkan dalam bahasa Latin di jendela atas.

Tempat ini dipercaya merupakan tempat Yesus menyampaikan sabda-sabda bahagia atau dalam Injil dikisahkan ketika Yesus berkhotbah di bukit. Gereja Sabda Bahagia adalah salah satu dari beberapa Gereja Katolik yang berdiri di tanah suci dan dibangun antara tahun 1936 sampai 1938. Denah gereja ini berbentuk segi delapan yang melambangkan delapan sabda bahagia.

Gaya bangunannya menggunakan arsitektur Bizantium dengan lapisan marmer dan mosaik emas di kubahnya. Di sekitar altar kita bisa  melihat simbol mosaik yang mewakili keadilan, kebijaksanaan, ketabahan, kesederhanaan, keyakinan, harapan dan cinta kasih.

Gereja Sabda Bahagia ini dirancang oleh arsitek Antonio Barluzzi dibawah pengawasan komisi Italia pemerintahan fasis Benito Mussolini. Para biarawan dan biarawati yang merawat situs bersejarah ini adalah Ordo Fransiskan yang mayoritas berasal dari Italia.


Kalau kita memasuki gereja, maka kita bisa melihat bagian dalam gereja yang tidak kalah indahnya. Di langit-langit nampak kubah berlapis emas, sedangkan di bagian lantai terdapat mosaik-mosaik yang menggambarkan tiga keutamaan teologal (iman, harap dan kasih) dan empat keutamaan fundamental (kebijaksanaan, keadilan, kesetiaan, dan pengendalian diri).



Tempat duduk untuk umat yang ingin berdoa dibuat melingkar di sekitar altar yang ditempatkan di tengah-tengah gereja. Di depan altar, terdapat sebuah Kitab Suci besar yang terbuka tepat pada perikop tentang sabda Bahagia ini.


Di sekeliling gereja ini selain pemandangannya indah juga sejuk. Lingkungan yang terawat dengan baik inilah yang menjadi salah satu ketertarikan bagi para peziarah untuk berdoa dan bermeditasi. Di tempat ini terlihat  pohon zaitun dan pohon kurma.

Panorama yang indah juga bisa kita lihat dari halaman Gereja. Kalau kita melihat ke kiri akan nampaklah Kapernaum – yaitu kota pusat pengajaran Yesus serta Sungai Yordan yang bermuara di Danau Tiberias. Di sebelah Timur kelihatan Wadi Samak dengan reruntuhan di Kursi (dulu : Gerasa: kisah roh jahat yang merasuki babi-bai). Di sebelah kanan tampak kota Tiberias, lalu di kaki gunung di Tabgha akan nampak Gereja Penggandaan Roti dan Gereja Primat Petrus. Rasanya sungguh damai dan membahagiakan. Di taman sekitar Gereja pun terdapat tugu-tugu  yang bertuliskan sabda bahagia itu.



Dalam Misa pagi itu renungan saya adalah : Sabda Bahagia Tuhan Yesus dimulai dengan pernyataan, “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga” (Mat. 5:3, ITB). Pernyataan Tuhan Yesus ini merupakan paradox dalam kehidupan nyata di dunia ini karena kemiskinan identik dengan ketidakpunyaan, kesengsaraan, dan penderitaan. Dalam kemiskinannya, seseorang harus berjuang keras untuk memenuhi kebutuhannya. Bagaimana mungkin mereka yang miskin bisa berbahagia. Namun, Tuhan Yesus menyatakan berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah. Inilah paradok kehidupan sebagai pengikut Yesus.



Saya iseng-iseng mencari konteks lain makna dari kata miskin. Saya menemukan sebuah penjelasan yang menarik seperti ini:

Hal penting untuk memahami pernyataan Tuhan Yesus di sini adalah kita harus memahami arti miskin di hadapan Allah. Teks bahasa Yunani menuliskan οἱ πτωχοὶ τῷ πνεύματι, (Mat. 5:3, BGT). Kata ini lebih tepat diterjemahkan orang yang miskin secara roh atau miskin dalam roh. Bahasa Inggris menerjemahkan, “the poor in spirit (Mat 5:3 KJV); the poor in spirit (Mat 5:3 NAS).” Kata miskin dari kata ptokhos, kata ini sejajar dengan istilah bahasa Ibrani aniy, yni[‘.Ada dua istilah bahasa Yunani tentang miskin, yaitu penes (πένης) atau penikros (πενιχρός) dan ptokhos (πτωχός). Kata penes menunjuk kepada keadaan miskin dalam pengertian tidak kaya, tidak mempunyai banyak harta, atau hidup sederhana. Orang miskin ini adalah orang yang bisa bekerja dan menghasilkan pendapatan. Namun, pemasukan dan pengeluaran orang ini seimbang sehingga ia tidak memiliki sisa. Kata ptokhos berarti miskin dalam arti sangat miskin, tidak mempunyai apa-apa, orang miskin yang sangat menggantungkan hidupnya pada belas kasihan orang lain. Satu kata bahasa Jawa yang bisa menggambarkan orang ini adalah kere.


Senyatanya Tuhan Yesus menyataan tentang kebahagiaan. Sabda bahagia ini merupakan pengantar dan dasar untuk tuntutan-tuntutan radikal Yesus bagi orang yang mau menjadi pengikut-Nya. Syarat-syarat itu berat sehingga orang perlu melihat apa yang akan diperolehnya nanti, yakni keselamatan dan kebahagiaan. Di sini, Tuhan Yesus menunjukkan hakikat kebahagiaan dan bagaimana mendapatkannya.

Sabda bahagia bukanlah saran praktis untuk hidup sukses, melainkan deklarasi Tuhan Yesus untuk Kerajaan Allah yang sudah dan akan datang. Ini adalah hukum dan etika Kerajaan Allah. Perspektif ini mengarahkan kita untuk melihat Sabda Bahagia sebagai nilai-nilai Kerajaan Allah yang harus dihidupi orang percaya sebagai warga Kerajaan Allah.



Gereja Sabda Bahagia adalah tempat yang indah untuk merefleksikan tentang kebahagiaan kita.Berkunjung ke tempat ini akan  mengingatkan kita tentang menemukan apa itu kebahagiaan sejati. Apakah kebahagiaan itu berdasarkan dari banyak harta yang bisa dikumpulkan? Ataukah kebahagiaan itu adalah seberapa popular kita? Ataukah kebahagiaan itu adalah seberapa besar kita mempunyai jabatan di kantor? Atau bisa jadi kebahagiaan diukur dari umur panjang dan lamanya berkuasa? Mungkin kisah Sabda Bahagia dari Yesus di tempat ini masih relevan buat kita yang setiap hari berusaha mengejar kebahagiaan yang tidak kunjung datang. Atau jangan-jangan yang kita kejar bukan kebahagiaan, tetapi ambisi, kebutuhan jasmani, atau sekedar memang tuntutannya yang diterapkan pada diri kita. Lantas kita bertanya lagi siapa yang menuntut? Akhirnya kita bisa mendefinisikan kebahagian menurut kebutuhan kita. Bahagia adalah ……( Ch Enung Martina)

(Ch. Enung Martina: Teriring ucapan terima kasih tak terhingga kepada : Sr. Francesco Maryanti,OSU yang menjadi jalan semua ini teralami, Romo Hendra Suteja, SJ pembimbing rohani yang kepada beliau kebijaksanaan diberikan Tuhan, kepada Romo Sugeng yang mempunyai talenta untuk menghibur, kepada Mas Edi dan Mas Engki yang tak lelah melayani,  kepada seluruh tour guide, crew di bis, dan seluruh peserta ziarah dari Keluarga besar Santa Ursula BSD.)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar