Minggu, 29 Desember 2019

JEJAK LANGKAH 27


GEREJA SEGALA BANGSA
(The Church of all Nations)


”Pergilah dan buatlah orang-orang dari segala bangsa menjadi murid, baptislah mereka . . . , ajarlah mereka menjalankan semua perkara yang aku perintahkan kepadamu.”—MAT. 28:19, 20.

Gereja Segala Bangsa, atau juga dikenal sebagai Gereja atau Basilika Agony, yang artinya penderitaan.  Gereja ini adalah sebuah Gereja Katolik Roma yang terletak di Bukit Zaitun di Yerusalem, tepatnya di samping Taman Getsemani. Lokasinya tidak terlalu jauh dari Kota Tua Yerusalem, tetapi berada di luar Kota Tua Yerusalem.  Di samping gereja ada sebuah taman yang secara tradisi dipercaya sebagai taman Getsemani dalam kisah Injil. Di dalam bangunan gereja ada lokasi yang disucikan dan secara tradisi dipercaya sebagai tempat Yesus berdoa di taman Getsemani.


Gereja ini diberi nama Gereja Segala Bangsa karena pembangunan gereja ini dibiayai oleh 12 negara di dunia yang kemudian ditandai dengan lambang-lambang dan kubah gereja. Selain memiliki nama sebagai gereja segala bangsa, gereja ini juga dikenal sebagai gereja Agony yang artinya penderitaan mengacu kepada peristiwa Yesus menghadapi sakratul maut.  Karena itu,  interior gereja ini berkesan agak gelap guna disesuaikan dengan arti nama gereja tersebut.

Berbagai sumbangan berharga dipersembahkan oleh beberapa bangsa demi memperindah gereja ini, yaitu oleh Amerika, Jerman, Kanada, Belgia, Inggris, Meksiko, Chile, Brasilia, Argentina (lambang negara-negara tersebut terdapat pada langit-langit  12 kubah). Justru karena sumbangan universal itu, gereja ini diberi nama Gereja Segala Bangsa. Fasad (sisi luar) gereja didukung oleh deretan mozaik yang menggambarkan Yesus Kristus sebagai mediator antara Allah dan manusia. Desainer dari  mosaik pada fasad ini adalah Profesor Giulio Bargellini .

Gereja yang berada di kaki Gunung Zaitun ini dibangun oleh arsitek Italia Antonio Barluzzi pada tahun 1919-1924. Gereja ini dibangun diatas gereja pertama yang bergaya Byzantium yang dibangun pada abad ke 4 Masehi dan kemudian dihancurkan oleh bangsa Persia pada tahun 614 dan kemudian dibangun kembali oleh serdadu Perang Salib tetapi kemudian dihancurkan kembali. Saat ini gereja ini dipercayakan kepada The Custody of the Holy Land.

Di dalam gereja ini terdapat sebuah batu yang diyakini sebagai tempat di mana dahulu Yesus pernah berdoa di Taman Getsemani pada malam sebelum Dia dikhianati oleh Yudas Iskariot.

Sebuah altar terbuka yang terletak di taman gereja digunakan oleh banyak denominasi Kristen untuk berdoa termasuk pengikut Katolik Roma, Ortodoks Timur, Armenian Apostolik, Protestan, Lutheran, Evangelical, Anglikan, dan versi lain dari Kristen yang unik dari tiap-tiap negara.

Lantai basilika ini melanjutkan sisa mosaik yang ditemukan dari zaman Kaisar Teodosius yang sudah ada pada bangunan itu. Di tembok luar gereja sekarang dapat disaksikan sebuah mosaik karya G. Bargellini yang bertema Yesus menguduskan segala macam derita manusia. Kaca-kaca di dalam gereja berwarna ungu menciptakan suasana remang-remang yang mengundang orang untuk berdoa dan bermeditasi. Mosaik-mosaik bermotif bunga di langit-langit diciptakan oleh D. Archiardi; patung-patung oleh G. Tonnini, sedangkan hiasan-hiasan dari besi – oleh A. Gerardi. Yang patut diperhatikan secara khusus ialah mosaik di atas altar utama yang menggambarkan Yesus sedang mengalami sakratul mautnya. Mosaik ini dibiayai oleh umat dari Hungaria. Mosaik yang menggambarkan penangkapan Yesus dibiayai oleh para serdadu dari Polandia. Mosaik yang menggambarkan pengkhianatan Yudas dibiayai oleh umat Irlandia. Teralis besi di sekeliling Batu Sakratul Maut dibiayai oleh umat dari Australia.

Atap gelembung yang menjadi kubah, tembok yang tebal, dan fasad mosaik, memberikan gereja suatu tampilan bergaya Neoklasik nan menawan.

Di depan altar yang berbentuk cawan, terdapat batu yang diyakini sebagai tempat di mana dahulu Yesus pernah berdoa di taman Gethsemane pada malam sebelum Dia dikhianati oleh Yudas Iskariot.

Berkunjung ke Gereja ini, kita diajak untuk merenungkan pergumulan batin Yesus ketika berdoa pada Bapa di Surga: " kalau boleh singkirkan cawan ini dari padaku..." Menyadarkan diri bahwa identitas kita sebagai umat Allah seharusnya selalu membawa kepada pemujaan setinggi-tingginya kepada Yesus Kristus sang Anak Domba Allah, penebus kita. Melalui karya Kristus umat Allah ditebus, dikuduskan dan diselamatkan. Sehingga kita layak menyebut Allah sebagai Bapa.


Kita bersyukur atas karunia keselamatan yang Allah berkan melalui pengurbanan Yesus. Segala bangsa di hadapan Allah sama kedudukannya sebagai bagian dari Kerajaan Allah.
Status menjadi umat Allah juga sudah dijamin oleh Allah dan akan disempurnakan ketika semua orang percaya dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa berada di hadapan Tahta Allah di Surga. Tidak lagi ada perbedaan sebab Allah yang memilih dan mempersatukan bersama dan di dalam Dia. Di sana Allah sebagai pusat untuk dimuliakan dan disembah oleh seluruh umat dari segala bangsa dan segala yang ada di surga. Gambaran ini menunjukkan bagaimana umat Allah di surga yang seharusnya juga secara rohani menjadi patron gereja hari ini.


Mengikuti Misa di sini sangat terasa ada persaudaraan yang terhubung (connected) antarmanusia di seluruh bumi. Ada suatu perasaan bangga sebagai umat Katolik yang mempunyai banyak saudara di seluruh dunia. Semua orang yang memasuki gedung gereja ini merasakan keheningan dan khidmat dalam hati untuk mengenang Dia yang tersalib.

  (Ch. Enung Martina: Teriring ucapan terima kasih tak terhingga kepada : Sr. Francesco Maryanti,OSU yang menjadi jalan semua ini teralami, Romo Hendra Suteja, SJ pembimbing rohani yang kepada beliau kebijaksanaan diberikan Tuhan, kepada Romo Sugeng yang mempunyai talenta untuk menghibur, kepada Mas Edi dan Mas Engki yang tak lelah melayani,  kepada seluruh tour guide, crew di bis, dan seluruh peserta ziarah dari Keluarga besar Santa Ursula BSD.)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar