Salib Merah di Bukit Kelong
Liburan tahun pelajaran 2015-2016 ini, keluarga besar Santa
Ursula BSD melakukan perjalanan ke Menado. Kegiatan ini dilakukan dari hari
Selasa, 14 Juni sampai hari Juamt, 17
Juni 2016. Peserta yang ikut dalam tour
ini adalah TU dan guru yang bsudah mengabdi
minimal 5 tahun ke atas.
Perjalanan kami mulai dari Santa Ursula BSD menuju Bandara
Sukarno Hatta pada pukul 3.00 dini hari dengan bis. Keberangkatan kami ke
Menado tepat pukul 05.30 dengan pesawat Garuda, flight GA602. Tiba di Bandara
Sam Ratulangi pada pukul 09.55 WITA.
Bukit Doa Kelong menjadi tujuan perdana perjalanan wisata
kami. Setiba di lokasi peserta mengikuti doa jalan salib menaiki bukit
tersebut. Bukit Doa ini terletak di Kabupaten Tomohon, Sulawesi Utara. Keindahan alam yang berpadu dengan
sejuknya udara pegunungan Tomohon, membuat setiap pengunjung betah
untuk berlama-lama ditempat ini. Tak heran jika Bukit Doa Kelong menjadi
salah satu tempat wisata religi yang dikunjungi para wisatawan, bukan hanya
mereka yang berkepercayaan Katolik saja yang mengunjungi tempat ini.
Sebenarnya Bukit Doa Tomohon tidaklah begitu jauh dari Kota
Manado, akan tetapi dikarenakan jalan dari Kota Manado menuju Kota Tomohon yang
menanjak dan berbelok-belok, ditambah ruas jalan yang tidak terlalu lebar,
membuat pengendara tidak bisa memacu kendaraan dengan cepat dan kami sebagai
penumpang agak ser-seran melihat jalan berkelok-kelok. Melihat jalanan di tenpat ini mengingatkan
kita pada jalan di Cadas Pangeran yang mengubungkan Sumedang dan Bandung.
Memasuki jalan lingkar Tomohon, kami disuguhi nuansa hijau khas pegunungan dengan
daerah perbukitan yang masih asri. Di samping kiri dan kanan jalan yang menuju
Tondano ini, kami bisa melihat hamparan sayuran dan taman bunga milik
warga Tomohon. Jalan ini memang akses
untuk menuju objek wisata alam Bukit Doa Tomohon atau yang biasa juga
dikenal dengan nama Jalan Salib Mahawu.
Di beberapa titik kami bisa melihat panorama Kota Manado dengan
latar belakang laut dengan hamparan pulau Bunaken, Manado Tua dan Siladen. Menurut Om Boy, pemandu kami, meskipun begitu, tidaklah sulit
untuk menuju ke tempat ini. Bagi para pelancong dengan biaya terbatas (backpaker),
untuk menuju Bukit Doa Tomohon, dari pusat Kota Manado wisatawan tinggal naik mikrolet (angkot) jurusan
Wanea Samrat untuk menuju ke terminal Karombasan. Begitu tiba di terminal
Karombasan, pengunjung bisa mencari bus jurusan Tomohon. Agar tidak tersesat,
bicaralah kepada kondektur bahwa kita hendak menuju ke Bukit Doa
Tomohon sehingga bisa diturunkan di pangkalan ojek yang siap mengantar kita.
Pemandangan alam yang begitu indah, bersih, sejuk dan tertata
dengan rapi, menjadikan Bukit Doa Mahawu, sebutan lain untuk Bukit Kelong, bak sebuah magnet
yang menarik setiap orang untuk berkunjung ke tempat ini. Atas semua
kelebihan yang dimilikinya, tidak mengherankan jika Jalan Salib Mahawu
menjadi lokasi perhelatan berbagai macam kegiatan mulai dari tempat
wisata alam dan wisata religi umat Kristiani, lokasi out bond,
lokasi gathering, tempat berlangsungnya pemberkatan nikah yang kudus
hingga menjadi tempat menggelar pesta pernikahan dengan nuansa pesta
taman. Namun, harus berhati-hati saat menapaki rute jalan salib terutama pada
musim penghujan karena agak licin dengan lumut yang tumbuh di bebatuan
sepanjang rute.
Untuk menuju Bukit Doa Tomohon terdapat dua pintu masuk.
Pintu masuk pertama, dengan jalan kaki. Biasanya jalan ini dipergunakan bagi
umat Katolik yang akan mengikuti Jalan Salib, prosesi untuk mengenang peristiwa
sengsara Yesus Kristus. Di tanah yang berkontur berbukit-bukit ini terdapat
perhentian-perhentian. Puncak via dolorosa ini adalah Chapel of Mother Mary. Di
lokasi di atas bukit ini juga terdapat The Grotto of Mother Mary, Gua Mahawu, kafe , dan amphiteater.
Jalan salib kami lewati dengan khidmat, meskipun ada salah
satu teman kami pada stasi IV tidak kuat karena kondisi badan yang tidak prima.
Ada juga beberapa teman (yang fisiknya tidak memungkinkan) yang langsung menuju
resto yang berdekatan dengan lokasi Gua Maria melalui pintu yang lain. Saat kami berada di stasi 12,
gerimis mulai datang menjelang. Peserta yang membawa payung dan pelindung
kepala lain segera mengeluarkan perbekalannya. Pada stasi 13 mulai deras sehingga pada Makam Yesus di
stasai 14 hujan turun bagaikan dicurahkan langit Menado mengguyur kami.
Cukup lama kami menunggu di Makam Yesus hingga hujan agak
reda. Beberapa peserta yang membawa pelindung kepala mulai menerobos hujan
untuk menuju ke resto yang akan dijadikan titik pertemuan kami untuk makan
siang bersama. Para guide mulai mendistribusikan payung secara bergantian untuk
menjemput para peserta yang terjebak hujan. Sesudah menyelesaikan doa rosario, saya memutuskan menerobos hujan dengan payung biru yang saya bawa. Sebetulnya saya ingin mampir di Gua
Maria sebelum menuju resto, tetapi hujan sangat deras mengguyur. Akhirnya saya
terus menuju resto untuk menikmati makan siang kami.
Menu makan siang pertama kami di Menado adalah makanan khas
Menado : ada nasi putih (agak ngeletis-belum begitu matang), paniki (kelelawar)
dibumbu pedas, sate babi, balado ikan tongkol, rica-rica RW, sup brenebonen
(kacang merah), dan kerupuk. Sebagai penutupnya semangka dan pisang. Menu
yang sungguh menantang karena ada lauk yang tergolong extreem food. Semua lauk
saya coba sedikit-sedikit, kecuali RW karena saya tahu kapasitas darah saya. Ketika
makan paniki, saya merasa kurang cocok karena aromanya yang kurang sesuai untuk
saya. Namun, secara umum saya menyukai makan siang ini, terutama sup kacang
merahnya yang beraroma rempah begitu terasa.
Usai makan siang, cuaca kembali membaik. Matahari mulai
menampakkan diri lagi meski malu-malu. Awan mulai menyibak. Maka tampaklah di
hadapan kami pemandangan alam yang
spektakuler tersaji didepan mata. Sambil berjalan di atas rerumputan dan
membelakangi perbukitan Mahawu, kami bisa dengan leluasa melihat pemandangan Gunung
Lokon yang menjulang tinggi. Hijaunya perkebunan terpapar di depan
mata. Udara segar dengan pemandangan yang menakjubkan akan membuat tubuh terasa
seperti mendapat suntikan energi. Pesona
wisata alam ini membuat kami terpesona. Indah sekali, Jo! (Ch. Enung Martina)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar