Danau ini merupakan objek kedua yang kami kunjungi dalam
wisata kami di Manado. Danau Linow terletak di Desa Lahedong, Kecamatan Tomohon
Selatan, Kota Tomohon Minahasa Sulawesi Utara. Danau ini memiliki kadar
belerang yang cukup tinggi sehingga warna danau mudah sekali berubah-ubah
bahkan saat kami datang menampilkan 3 warna sekaligus. Kalau dilihat secara
kasat mata warna tampak di hijau tosca, biru laut serta coklat susu, sungguh
indah sekali ciptaan Allah ini.
Perubahan warna itu disebabkan kandungan belerang di danau.
Kandungan belerang itu sendiri karena di salah satu sisi danau terhubung
langsung dengan sumber air yang mengandung belerang dan mengalir ke dalam
danau. Penyebab lainnya karena pembiasan cahaya dan pantulan dari vegetasi di
sekitar danau. Selain itu, warna danau
tersebut juga terpengaruh oleh terobosan sinar matahari yang masuk melalui
celah-celah awan dan memantul di permukaan danau. Hawa sejuk dan asri pepohonan
di sekitarnya membuat perjalanan terasa
nikmat dan nyaman, apalagi saat kami sampai , hujan baru saja usai sehingga
menambah kesejukan udara di Danau Linow.
Saya bertanya kepada pemandu kami, Om Boy, tentang seputar
pengelolaan danau ini yang tampak bersih dan teratur. Om Boy mengatakan bahwa
objek wisata ini dikelola oleh swasta. Sehingga, wajarlah bila pihak pengelola
menjaga kebersihan, kenyamanan, dan kealamian danau ini untuk menjadi daya
tarik yang bisa mendatangkan para wisatawan.
Danau seluas 35 hektar ini juga lengkapi lintasan trekking
atau buat pejalan kaki, jadi kita bisa memutari danau dengan berjalan menikmati
keheningan, keindahan dari berbagai sisi sudut danau linow. Kalau di lihat
sekilas, danau ini mirip Kawah
Putih yang di Bandung, tapi Danau Linow ini lebih sepi, lebih terawat.
Di kawasan sekitar Danau Linow tercium aroma belerang yang
cukup kuat, baunya seperti bau kentut. Di sini juga banyak ditemukan beberapa
tempat pemandian air panas. Diduga, sumber belerang dan mata air panas tersebut
berhubungan dengan Gunung Lokon yang masih aktif. Gunung yang terlihat gagah dan
elok dari pusat Kota Tomohon tersebut
terakhir kali meletus pada September 2013.
Pengunjung juga bisa menikmati makanan di kafe yang terletak
di sisi bukit yang mengitari danau. Menikmati kopi dan pisang goreng sambal
ikan roa sungguh nikmat sembari melihat pemandangan ke seluruh area danau. Duduk
berlama-lama di kafe terasa tak membosankan karena indahnya pemandangan danau
dan sejuknya udara.
Jalanan menuju bibir danau terbuat dari kayu dan bambu yang
dibangun seperti dermaga. Tepat di ujung jalan, sebenarnya tersedia sarana
wisata berupa perahu kayuh (dikayuh dengan pedal mirip sepeda) dan kano yang
bisa disewa. namun, kami tak menggunakan wahana itu. Kami hanya duduk
menyeruput kopi dan menikmati pisang goreng sambal roa ditemani semilirnya
angin. Kata Om Boy, pengunjung jangan coba-coba untuk berenang. Kandungan
belerang yang tinggi bisa membuat tubuh terluka dan berakibat fatal.
Di sisi kanan danau terdapat sebuah bangunan rusak yang
tampaknya dimaksudkan sebagai Pusat Informasi Geotermal dan Geowisata Tomohon.
Sebenarnya pembangunan kantor semacam itu adalah inisiatif yang bagus,
sayangnya bangunan belum selesai dibangun, dan entah kenapa dibiarkan begitu
saja hingga rusak. Om Boy menginformasikan kepada kami bahswa pembangunan
oleh pemerintah itu pekerjaan yang sia-sia. Buang-buang uang dan energi, begitu
ungkap Om Boy.
Menurut satu sumber yang saya baca, Linow berasal dari kata
lilinowan yang artinya tempat berkumpul air. Kata itu diambil dari bahasa
Tombulu atau bahasa dari salah satu etnis di Minahasa. Area Danau Linow seluas
sekitar 35 hektar dan berkedalaman sekitar 5 meter bisa terlihat jelas dari
atas bukit sebelum turun menuju bibir danau.
Setelah kami
puas menikmati indahnya alam dan lezatnya kopi panas dengan pisang goreng
sambal roa, kami mulai menaiki bis kami untuk menuju Kota Menado untuk makan
malam dan beristirahat di hotel.
Meskipun jalan penuh liku, beruntung pemandangan asri
sepanjang jalan dan hawa yang sejuk bisa mengusir rasa jenuh di perjalanan.
Bahkan, kami bisa melihat pemandangan Laut Sulawesi dari jendela bis kami. Jalan di Tomohon memang berliku dan melewati
perbukitan. Sepanjang jalan Tomohon kami melihat penjual buah-buahan, seperti
pisang dan langsat. Hamparan hutan dan
pohon cengkeh juga menjadi pemandangan sepanjang jalan. Beberapa teman, sudah
mulai tertidur karena lelah dan bangun pada dini hari. Jadi, meskipun jalan
penuh liku, kami bisa menikmati perjalanan dengan nyaman. (Ch. Enung Martina)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar