Selasa, 05 Juli 2016

LIBURAN: DANAU LINOW


Danau ini merupakan objek kedua yang kami kunjungi dalam wisata kami di Manado. Danau Linow terletak di Desa Lahedong, Kecamatan Tomohon Selatan, Kota Tomohon Minahasa Sulawesi Utara. Danau ini memiliki kadar belerang yang cukup tinggi sehingga warna danau mudah sekali berubah-ubah bahkan saat kami datang menampilkan 3 warna sekaligus. Kalau dilihat secara kasat mata warna tampak di hijau tosca, biru laut serta coklat susu, sungguh indah sekali ciptaan  Allah ini.

Perubahan warna itu disebabkan kandungan belerang di danau. Kandungan belerang itu sendiri karena di salah satu sisi danau terhubung langsung dengan sumber air yang mengandung belerang dan mengalir ke dalam danau. Penyebab lainnya karena pembiasan cahaya dan pantulan dari vegetasi di sekitar danau. Selain itu, warna  danau tersebut juga terpengaruh oleh terobosan sinar matahari yang masuk melalui celah-celah awan dan memantul di permukaan danau. Hawa sejuk dan asri pepohonan di sekitarnya membuat  perjalanan terasa nikmat dan nyaman, apalagi saat kami sampai , hujan baru saja usai sehingga menambah kesejukan udara di Danau Linow.

Saya bertanya kepada pemandu kami, Om Boy, tentang seputar pengelolaan danau ini yang tampak bersih dan teratur. Om Boy mengatakan bahwa objek wisata ini dikelola oleh swasta. Sehingga, wajarlah bila pihak pengelola menjaga kebersihan, kenyamanan, dan kealamian danau ini untuk menjadi daya tarik yang bisa mendatangkan para wisatawan.

Danau seluas 35 hektar ini juga lengkapi lintasan trekking atau buat pejalan kaki, jadi kita bisa memutari danau dengan berjalan menikmati keheningan, keindahan dari berbagai sisi sudut danau linow. Kalau di lihat sekilas, danau ini  mirip Kawah Putih yang di Bandung, tapi Danau Linow ini lebih sepi, lebih terawat.

Di kawasan sekitar Danau Linow tercium aroma belerang yang cukup kuat, baunya seperti bau kentut. Di sini juga banyak ditemukan beberapa tempat pemandian air panas. Diduga, sumber belerang dan mata air panas tersebut berhubungan dengan Gunung Lokon yang masih aktif. Gunung yang terlihat gagah dan  elok dari pusat Kota Tomohon tersebut terakhir kali meletus pada September 2013.

Pengunjung juga bisa menikmati makanan di kafe yang terletak di sisi bukit yang mengitari danau. Menikmati kopi dan pisang goreng sambal ikan roa sungguh nikmat sembari melihat pemandangan ke seluruh area danau. Duduk berlama-lama di kafe terasa tak membosankan karena indahnya pemandangan danau dan sejuknya udara.

Jalanan menuju bibir danau terbuat dari kayu dan bambu yang dibangun seperti dermaga. Tepat di ujung jalan, sebenarnya tersedia sarana wisata berupa perahu kayuh (dikayuh dengan pedal mirip sepeda) dan kano yang bisa disewa. namun, kami tak menggunakan wahana itu. Kami hanya duduk menyeruput kopi dan menikmati pisang goreng sambal roa ditemani semilirnya angin. Kata Om Boy, pengunjung jangan coba-coba untuk berenang. Kandungan belerang yang tinggi bisa membuat tubuh terluka dan berakibat fatal.

Di sisi kanan danau terdapat sebuah bangunan rusak yang tampaknya dimaksudkan sebagai Pusat Informasi Geotermal dan Geowisata Tomohon. Sebenarnya pembangunan kantor semacam itu adalah inisiatif yang bagus, sayangnya bangunan belum selesai dibangun, dan entah kenapa dibiarkan begitu saja hingga rusak.  Om Boy menginformasikan kepada kami bahswa pembangunan oleh pemerintah itu pekerjaan yang sia-sia. Buang-buang uang dan energi, begitu ungkap Om Boy.

Menurut satu sumber yang saya baca, Linow berasal dari kata lilinowan yang artinya tempat berkumpul air. Kata itu diambil dari bahasa Tombulu atau bahasa dari salah satu etnis di Minahasa. Area Danau Linow seluas sekitar 35 hektar dan berkedalaman sekitar 5 meter bisa terlihat jelas dari atas bukit sebelum turun menuju bibir danau.
Setelah kami puas menikmati indahnya alam dan lezatnya kopi panas dengan pisang goreng sambal roa, kami mulai menaiki bis kami untuk menuju Kota Menado untuk makan malam dan beristirahat di hotel.

Meskipun jalan penuh liku, beruntung pemandangan asri sepanjang jalan dan hawa yang sejuk bisa mengusir rasa jenuh di perjalanan. Bahkan, kami bisa melihat pemandangan Laut Sulawesi dari jendela bis kami.  Jalan di Tomohon memang berliku dan melewati perbukitan. Sepanjang jalan Tomohon kami melihat penjual buah-buahan, seperti pisang dan langsat.  Hamparan hutan dan pohon cengkeh juga menjadi pemandangan sepanjang jalan. Beberapa teman, sudah mulai tertidur karena lelah dan bangun pada dini hari. Jadi, meskipun jalan penuh liku, kami bisa menikmati perjalanan dengan nyaman. (Ch. Enung Martina)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar