Tak lengkap bila pergi ke Manado tidak pergi ke Bunaken. Maka
pada hari kedua, kami keluarga besar St. Ursula BSD, pagi-pagi buta sudah
mengantri di depan ruang makan hotel. Para pegawai hotel sepertinya agak risih
juga dengan para tamu rombongan besar yang sangat siap untuk menyerbu makanan.
Peserta bukan karena sudah sangat kelaparan menantikan makan, melainkan karena
ada komando yang mengatakan pukul 7.00 WITA makan dan bersiap-siap untuk wisata
bahari kami pada hari ini. Namun, peserta menanti dengan tertib. Karena kami
memang warga yang baik dan taat aturan.
Dengan aneka kostum yang siap untuk berbasah-basah terciprat
air, para peserta nampaknya sudah benar-benar menantikan untuk menjelajah
Bunaken. Tujuan utama hari ini memang Pulau Bunaken. dari hotel kami menuju ke
dermaga dengan bis. Di sana bis air sudah menanti kami. Kami naik boat
berdasarkan aktivitas yang dipilih sebelumnya, yaitu snorkling dan atau submarine.
Saya hanya memilih submarine. Hati saya belum berani untuk secara langsung terjun
ke laut, meskipun ada alat pengaman. Saya memang fobia air dan ketinggian.
Saya naik boat dengan peserta lain yang memilih untuk
kegiatan submarime dan yang memilih 2 kegiatan sekaligus: submarine dan
snorkling. kami berangkat mendahului yang lain.
Ketika kami meninggalkan daratan menuju Pulau Bunaken, kami melihat
pemandangan yang mirip dengan yang pernah kami lihat pada saat pergi ke Itali,
yaitu di Danau Garda. Pada saat kami meninggalkan Kota Salo menuju Desenzano
melalui Danau Garda dengan boat, kami melihat pemandangan yang menawan yaitu
daratan yang makin lama menjauh dari kami. Hal serupa juga terjadi saat ini.
Air laut yang biru bening berbuih karena boat yang kami naiki
menerobosnya. Lautnya begitu bersih. Biru dan bening. Melihat kenyataan ini,
hati saya melonjak karena terpesona oleh keelokan alam. Hati siapa pun akan
terpesona melihat keindahan ini. Pantas saja para turis domestik atau pun
mancanegara begitu mendewakan laut Bunaken.
Untuk menunggu sampai di tempat tujuan, para peserta
mengisinya dengan menikmati keindahan panorama, mengambil foto diri dan alam,
mengobrol, bercanda, melamun, tidur-tidur ayam, dan beberapa orang mejeng di
atas geladak dekat haluan. Matahari mulai terasa terik di badan, meski hari
masih tergolong pagi. lama-lama saya tergoda juga untuk ikut bergabung dengan
keriuhan teman-teman yang sedang mejeng di haluan. Akhirnya saya menggabungkan
diri. Benar saja merak sedang asyik selfi, foto bersama, dan saling ribut
memberi komentar dengan berbagai gaya. Jadilah saya menjadi bagian dari orang
yang benar-benar menimkati laut, angin, juga matahari Minahasa nan terik.
Karena melihat kemolekan alam, mendorong kami untuk bernyanyi.
Lagu yang kami bawakan adalah lagu Rayuan Pulau Kelapa kalau tidak salah karya
Taufik Ismail. Betul Miss Ocha? Lagu ini menggambarkan tentang negri yang begitu indah.
Tanah airku Indonesia, Negeri elok amat
kucinta, Tanah tumpah darahku yang mulia,Yang kupuja sepanjang masa. Tanah
airku aman dan makmur, Pulau kelapa yang amat subur, Pulau melati pujaan bangsa,
Sejak dulu kala. Saat refrein kami membawakannya lebih bersemangat. Melambai lambai, Nyiur di pantai, Berbisik
bisik, Raja Kelana. Memuja pulau, Nan indah permai, Tanah Airku, Indonesia!!!. Keseseluruhan
lagu itu kami bawakan sambil merem melek. Ada beberapa orang merentangkan
tangannya di haluan. Menirukan adegan dalam video klip lagu India? Entahlah.
Pasti pernah melihat refrensi sebelumnya.
Sebenarnya rombongan boat kami bisa langsung submarine dengan
berganti boat submarine. Namun, airnya belum pasang sehingga tak memungkinkan
kapalnya tenggelam jauh ke dalam. karena itu, tour guide memutuskan membawa
rombongan menuju Pulau Bunaken dulu untuk menikmati keindahannya dan makanan
atau minuman di pulau itu. Jadilah kami
rombongan yang pertama tiba di pulau.
Segeralah saya dan beberapa orang mencari pembuangan akhir
membuang hajat kecil kami. Suster Francesco sebagai seorang yang paling kaya
dalam rombongan, segeralah mentraktir kami makan pisang goreng sambal terasi,
bukan sambal roa. Minumannya beli sendiri-sendiri. Saya pesan kelapa muda satu
butir. Hijau dan muda. So, pasati sadap! Datanglah pisang goreng traktiran dari
Suster. Pisangnya diiris besar, tebal,
digoreng kekuningan, garing, dan tepungnya renyah. Dalam keadaan mengepul panas
disajikan pada setiap meja-bangku kayu di bawah pohon rindang yang kami duduki. Tak lupa sambalnya. Pisang
goreng tadi dicoelkan ke sambal yang didominasi oleh rawit dan bawang merah.
Wessss, mak nyussss!!!!
Di sinilah kami sekarang sedang duduk. Tempat kami berada
kali ini di Pulau Bunaken yang merupakan sebuah
pulau seluas 8,08 km² di Teluk Manado, yang terletak di utara pulau Sulawesi.
Pulau ini merupakan bagian dari kota Manado, ibu kota provinsi Sulawesi
Utara. Di sekitar pulau ini dikelilingi laut yang disebut sebagai Taman laut
Bunaken yang merupakan bagian dari Taman Nasional Bunaken. Menurut pemandu,
Taman Nasional Bunaken meliputi area seluas 75.265 hektare dengan lima pulau
yang berada di dalamnya, yakni Pulau Manado Tua (Manarauw), Pulau Bunaken, Pulau
Siladen, Pulau Mantehage berikut beberapa anak pulaunya, dan Pulau
Naen. Lokasi penyelaman (diving) berada hanya terbatas di
masing-masing pantai yang mengelilingi kelima pulau tadi. Taman laut Bunaken memiliki 20 titik
penyelaman (dive spot) dengan kedalaman bervariasi hingga 1.344 meter. Dari 20
titik selam itu, 12 titik selam di antaranya berada di sekitar Pulau Bunaken.
Dua belas titik penyelaman inilah yang paling kerap dikunjungi penyelam dan
pecinta keindahan pemandangan bawah laut.
Saat selesai menikmati sejuknya air kelapa muda dan
hangat-legitnya pisang goreng, kami keling shoping di kios-kios sederhana untuk
mencari sekedar oleh-oleh kaos bertuliskan ‘bunaken’ sebagai bukti bahwa pernah datang di pulau
ini. Mulailah belanja. Ke mana pun
perginya, belanja tak pernah lupa.
Tiba saatnya kami untuk berpetualang laut. Kami naik boat
untuk berganti dengan submarine. bagi teman yang akan ikut snorkling juga,
mereka harus memakai baju dan peralatan yang sudah mereka sewa. Sebelum kami
naik ke submarine, kami diajak dulu melihat dunia bawah laut dengan glass bottom boat. Dari kaca yang berada di dasar perahu itu, kami
bisa melihat bawah laut dengan aneka biotanya. Air Laut Bunaken yang jernih memmungkinkan kami untuk melihat
aneka biota yang ada di dalam laut sana. Sungguh mempesona. Ikan, kuda laut,
bintang laut, babi laut, karang, rumput laut, anemon, ubur-ubur, mahluk ini,
mahluk itu, dan aneka mahluk yang ada di laut yang belum pernah saya lihat
nampak dari balik kaca tersebut. Itu baru sebagian mahluk laut yang mauncul.
Ada sumber yang pernah saya baca bahwa biota laut itu jauh lebih beragam
daripada di darat. Saya sungguh terpana melihat kenyataan betapa indahnya dasar
laut!
Tiba saatnya untuk berpindah ke submarine. Teman-teman yang
akan ikut snorkling juga sudah terlebih dahulu ke submarine. Sekarang mereka
dibawa ke arah laut tempat mereka akan nyebur untuk menjadi ‘mahluk laut’
sementara waktu.
Kami masuk ke submarine dan turun menuju ruangan yang
dikelilingi kaca semua untuk melihat ke dasar laut. Pendingin ruangan sudah
menyala, dan mesin sudah dihidupkan. Mulailah submarine ini bergerak. Perlahan
membelah laut. Air semuanya di
sekeliling kami. Mulailah tampak rumput laut, lumut, ubur-ubur, ikan kecil
sejenis nemo dan dori, ikan belang berkostum tahanan penjara, karang
putih-ijo-kuning-ping-kebiruan. Makin jauh laut makin dalam. Air agak gelap
kebiruan. Saya agak merinding melihat palung-palung laut yang airnya kehitaman
menandakan betapa dalamnya dia. Saya melihat dinding-dinding seperti jurang
kalau di daratan, tetapi semuanya ditumbuhi aneka karang dengan aneka warna dan
bentuk. Saya hanya ngowoh saja melihat keajaiban ini. Di sekitarnya aneka ikan
yang cantik dengan warna emas, perak, kuning, hitam, biru, neon, menyala, ping,
totol-totol, dll berenang berkejaran. Saya seperti dalam dunia finding nemo dan
finding dori. Apa yang ada dalam film itu di sini nyatanya juga ada di hadapan
saya, hanya dibatasai kaca tebal saja. Ketika melewati palung yang gelap, saya
membayangkan monster laut mungkin juga bersemayam di dalamnya. Keindahan ini
sepertinya berada di dunia lain, antah berantah. Laut memang dunia lain yang
penuh keindahan, keajaiban, sekaligus penuh misteri.
Satu jam kami berada di submarine tak terasa. Tahu-tahu mesin
pendingin mati dan mesin pun berhenti. Kami dipersilakan kembali naik ke
geladak. Otak saya masih penuh dengan dunia bawah laut.
Ternyata ketika saya mencari sumber tentang keindahan bawah
laut tadi begini penjelasan wikipedia: Sebagian besar dari 12 titik penyelaman
di Pulau Bunaken berjajar dari bagian tenggara hingga bagian barat laut pulau
tersebut. Di wilayah inilah terdapat underwater
great walls, yang disebut juga hanging
walls, atau dinding-dinding karang raksasa yang berdiri vertikal dan
melengkung ke atas. Dinding karang ini juga menjadi sumber makanan bagi
ikan-ikan di perairan sekitar Pulau Bunaken.
Taman laut
Bunaken terletak di Segitiga Terumbu
Karang, menjadi habitat bagi 390 spesies terumbu karang dan juga berbagai
spesies ikan, moluska, reptil dan mamalia laut. Taman ini merupakan perwakilan
ekosistem laut Indonesia, meliputi padang rumput laut, terumbu karang dan
ekosistem pantai.
Sumber lain mengatakan bahwa ada sekitar 13 jenis terumbu
karang yang menjulang terjal vertikal ke bawah sedalam sekitar 25 – 50
meter. Kita juga dimanjakan dengan
pemandangan yang disuguhkan oleh sekitar 91 species ikan yang ada di Taman Laut
Bunaken. antara lain koi putih (Seriola rivoliana), gusimi
lokal(Hippocampus), nila gasi (Scolopsis bilineatus), goropa
(spilotocepsep hinephelus dan hypselosoma Pseudanthias), lolosi ekor
kuning (Lutjanus kasmira), dan banyak yang lain. tidak hanya itu
disini juga banyak ditemukan moluska seperti ikan kepala kambing (Cassis
cornuta), nautilus (Nautilus pompillius), kima raksasa (Tridacna
gigas), dan tunikates atau askidian.
Kami kembali lagi ke boat yang tadi membawa kami. Sekarang
kami akan kembali ke Pulau Bunaken untuk menikmati makan siang. Tak terasa hari
sudah menujukkan pukul 13.00 WITA. Beberapa teman yang tidak ikut submarine
sudah mulai menikmati makian siang. Segeralah kami membereskan diri di kamar
mandi yang bisa disewa untuk membilas diri.
Hidangan di hadapan kami adalah: nasi putih hangat, acar
tomat dan bawang beraroma lemong cui, ikan bakar, ikan gule, ikan goreng, kari
ayam, cah kangkung, cah bunga pepaya, sup ikan, sambal cabe-bawang merah, dan
bakwan jagung. Segeralah kami menyerbu hidangan ini. Perut memang sudah lapar. (Ch. Enung Martina)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar