Untuk
tulisan ini saya akan menagngkat dua anak muda yang saya temui dalam perjalanan
saya ke Labuan Bajo. Kedua anak muda ini membuat saya terinspirasai. Ada banyak
anak muda yang menginspirasi saya. Termasuk ketiga anak kandung saya. Mereka
menginspirasi saya. Cicilia Meta Asriniarti (Metta) anak saya yang pertama, dia
adalah anak yang ramah dan pandai membawakan diri, serta tak pantang menyerah, pintar
bahasa Mandarin, dan idenya luar biasa. Anak saya yang kedua Aloysius Gonzaga Ilham
Sidharta (Aga) anak yang tenang, bertanggung jawab, pintar musik,dan punya jiwa interpreneur. Tarsisius Abraham
Abhimanyu (Abhi), sebetulnya belum nampak bakatnya karena baru berusia 6 tahun.
Namun ia juga inspirasi saya,
kecil-kecil suka menggambar, panadai berbahasa Inggris (padahal saya tak
mengajari dia dan tak mengursuskannya), kritis, dan ceplas-ceplos seperti kepolosan
anak kecil pada umumnya.
Nah
sekarang mari berkenalan dengan dua anak muda di bawah ini!
Artomoro, Uang Datang untuk Nila!
Nila sari begitu saya mengenalnya dulu ketika SMP. Anaknya tidak
terlalu menonjol. Yang saya ingat adalah sosok murid perempuan yang tidak
pecicilan, serius belajar, dan cukup pandai. Saya dulu mungkin mengajar
Bahasa Sunda di kelasnya karena saya
dulu guru mata pelajaran Muatan Lokal. Dahulu Tangerang masih berada dalam
kawasan Provinsi Jawa Barat. Jadi muatan lokalnya Bahasa Sunda.
Seingat saya dia bersekolah di SMP St. Ursula sekitar tahun
2002. Dia melanjutkan sekolah ke SMK Pariwisata St. Laurensia School. Sekarang dia dikenal dengan Nila Gunardi. Saya
sudah mendengar nama dia saat saya akan berangkat ke Labuan Bajo. Fotonya
beredar di grup media sosial kami. Beberapa orang teman menanyakan tentang dia
pada saya. Saya harus mengorek ingatan saya tentang murid-murid yang sudah
lulus. Tetap belum terbayang wajahnya. Nah, waktu kami makan di restorannya,
Arto Moro, yang beralamat di Jln. Soekarno Hatta – Laboan Bajo, maka baru
saya engeh. Ok, saya menangkap sosok
dia ketika dia jadi murid saya.
Saya mengajar sejak tahun 1989 hingga sekarang di empat sekolah yang
berbeda. Jadi betapa banyaknya murid saya tersebar. Saya sering kaget karena
tiba-tiba di suatu tempat ada bapa-bapa atau ibu-ibu yang menyapa saya. Rupanya mereka dulu pernah
saya ajar. Saya pernah kaget dipeluk seorang laki-laki tinggi besar dan
brewokan. Ternyata dulu murid saya.
Kembali
ke Nila. Nila salah satu sosok yang menginspirasi saya di Labuan Bajo. Saya
melihat dia seorang yang pekerja keras. Terlihat dari cara dia melayani
tamu-tamunya. Dia seorang yang memanage restorannya dengan baik. Pelayanan yang
diberikan bagus, itu terasa ketika kami dilayanai di restorannya. Saya yakin
pelayanan yang baik itu bukan hanya diberikan kepada kami para gurunya. Hal ini
terlihat juga dari banyaknya tamu lain yang makan di restorannya.
Saya melihat kreativitas pada anak muda ini. Nilai-nilai
hidup seperti disiplin, daya juang, jujur, dan percaya diri, serta tanggung
jawab nampak dari penampilannya. Saya mengagumi beberapa anak muda, entah murid saya atau
anak saya sendiri.
Artomoro
merupakan restoran dengan masakan
Indonesia juga barat. Ketika kami makan kami mendapatkan menu 'nasi, sambal, lalapan, ayam goreng, ikan,
cumi, udang, dan bakwan jagung'. Menu seperti itu masih agak langka di Labuan
Bajo. Kami makan dengan puas. Perut kami kenyang dan hati kami gembira melihat
keberhasilan salah satu anak didik kami.
Nila,
selamat berkarya di bidangmu. Semoga semua harapan dan mimpi-mimpimu tercapai.
Saya berdoa untuk keberhasilanmu. Suatau saat Tuhan mempertemukan kita lagi di
lain kesempatan.
Leo Bajo, Sang Guide yang Bersemangat
Saya tidak begitu mengetahui identitas dirinya sebanyak saya mengenal Nila. Hal ini karena Leo, begitu saya memanggilnya, tak begitu banyak bercerita tentang dirinya. Saya memamnggilnya Leo Bajo karena untuk membedakan dengan Leo- Leo lain yang saya kenal. Leo atau beberapa orang memanggilnya Didi, lebih banyak bercerita tentang pekerjaannya sebagai guide, tentang Labuan Bajo, tentang keluarganya, dan yang paling banyak dia ceritakan tentang sahabatnya di salah satu SMK di Ruteng yang bernama Ricky. Leo sangat bersemangat ketika bercerita tentang Ricky. Saya malah lebih mengenal pribadi Ricky dari cerita Leo daripada tentang dirinya.
Seperti pada umumnya orang Flores yang saya jumpai, kesan pertama saya dia adalah pemuda yang ramah. Mungkin juga karena dia seorang guide yang diwajibkan dalam pekerjaannya ramah terhadap para tamu.
Kesan kedua adalah Leo anak yang suka bercerita. Saya kira cocok untuk profesi sebagai seorang pemandu. Kami bercerita di geladak kapal selama 2,5 jam dalam perjalanan dari Labuan Bajo ke Bukit Padar.
Dari ceritanya yang mengesankan saya adalah Leo anak pekerja keras. Pada usianya yang ke-21 tahun ini dia bekerja di Kapal Kajoma Eco sebagai guide. Usianya terpaut sedikit dengan anak laki-laki saya (anak kedua), Aga yang berusia 22 tahun menuju 23 tahun. Banyak pengalaman yang dia dapatkan saat menjadi gude karena bertemu dengan tamu yang berasal dari latar belakang negara, bangsa, budaya yang berbeda. Leo merasa senang menjadi guide. Dia bercita-cita ingin pergi ke luar negri.
Melihat kecekatannya bekerja membuat saya sebagai seorang ibu merasa bangga. Jadi teringat Aga yang juga termasuk pemuda yang bertanggung jawab meskipun kamarnya berantakan. Kontradiktif bukan? Bertanggung jawab dalam bekerja, tapi kamar berantakan.
Yang menarik lagi bagi saya, dalam obrolannya dia bercerita banyak tentang sahabatnya Ricky. Ricky seorang pemuda yang berbadan besar, suaranya keras, berbicara lugas, terkesan kasar, tetapi hatinya seperti malaikat. Begitu kesan saya terhadap sahabat Leo, Ricky. Saya jadi penasaran dengan Ricky. Saya jadi teringat seorang pribadi, murid saya yang mirip dengan sifat-sifat Ricky yang diceritakan Leo.
Selama dia menjadi guide kami, dia bekerja melayani kami dengan sangat baik. Leo mengajarkan saya tentang impian, harapan, kerja keras, cinta tanah air, dan persahabatan. Terima kasih Leo, karena Tuhan mempertemukan saya denganmu sebagai pribadi yang luar biasa. Semoga semua harapan dan cita-citamu tercapai. Bila kamu ke Jakarta, silakan mampir ke rumah saya di Serpong, Tangerang Selatan. O, salam untuk Ricky!
(Christina Enung Martina, Jelupang, 15 Juni 2017)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar