Hari terakhir di Labuan bajo, Minggu, 28 Mei 2017, kami mengunjungi tempat wisata gua cermin.
Gua Batu Cermin yang eksotis ini terletak di sebalah timur Pelabuhan Labuan Bajo atau berjarak sekitar 4 kilometer dari pusat kota Labuan Bajo. Gua ini ditemukan pertama kalinya oleh Theodore Verhoven, Seorang pastor Belanda dan juga seorang ahli arkeolog pada tahun 1951. Verhoven juga mengatakan bahwa dulunya Pulau Flores berada di dasar laut. Pernyataan ini berdasarkan pada penemuan koral dan fosil satwa laut seperti fosil kura-kura yang menempel pada dinding Gua Batu Cermin Labuan Baju hingga saat ini.
Kekaguman dan keterpikatan saya sudah dimulai ketika memasuki jalan menuju gua tersebut. Kami disambut dengan deretan pohon-pohon bambu yang berduri disepanjang jalan menuju goa. Durinya yang panjang-panjang dan cukup tajam. Deretan bambu-bambu itu membentuk gapura dan lorong sepanjang jalan menuju goa.
Gua ini dinamakan Gua Batu Cermin , karena pada waktu siang hari ketika matahari tepat berada diatas kepala (sekitar pukul 12.00), akan ada satu area di dalam gua yang mendapat sinar matahari. Sinar dari celah tersebut akan memantul ke sebagian dinding gua seolah-olah terlihat seperti cermin.
Di dalamnya kita dapat melihat beberapa fosil ikan dan kura-kura yang sudah menempal permanen ke dalam dinding-dinding batu. Menurut cerita dari sang pemandu, pada zaman dulu sekali, tempat itu terendam oleh air laut, sehingga jika diperhatikan ada beberapa bagian batu di gua ini terlihat aus seperti terkena kikisan dari ari laut. Di sini juga sering ditemukan monyet-moyet berkeliaran. Ternyata di sekitar gua ini juga memiliki hutan sehingga kita dapat menemukan kera ekor panjang dan babi butan di alam bebas.
Sebelum masuk ke dalam goa kita diberikan helm dan senter. Di mulut goa kita harus berjalan sambil merunduk atau berjongkok karena celah dari bebatuan ke tanah rendah sekali hanya sekitar setengah meter. Oleh karena itu disarankan jangan bawa tas backpack. Perlu hati-hati karena jalan dalam gua cukup terjal dengan lorong yang sempit.
Pemandangan di dalam goa sangat menarik. Banyak stalagmit dan stalaktit yang indah. Batu-batu karang yang menggambarkan fosil kehidupan bawah laut. Dalam gua juga kami sempat melihat silloutte Bunda Maria yang terpahat di dinding gua. Sewaktu kami berjalan masuk lebih kedalam goa, kami melihat ada beberapa ekor kelelawar sekali menempel di batu karang. Karena memang di dalam gua terdapat ruangan kedap cahaya (gelap pekat).
(sumber gambar gunturgozali.com)
Kemudian kami sampai pada suatu lokasi dimana di atasnya ada lobang tempat masuknya air hujan dan sinar matahari. Menurut informasi dari Flori, pemandu, jika pukul 12.00 siang sinar matahari tepat di tengah-tengah lobang tersebut, maka sinarnya akan memantul ke bebatuan disana dan nampak seperti cermin. Sayangnya, kami datang tidak tepat sesuai persyaratan terjadinya fenomena alam tersebut. Sebetulnya menurut Flori, saat tiba di bagian batu cermin di goa ini, cahaya matahari yang masuk melalui sela-sela bebatuan goa terpantul di dinding goa dan menimbulkan warna-warna cantik seperti cermin. Saya membayangkan pasti sangat cantik.
Namun, meskipun tidak melihat fenomena alam tersebut, tidak mengurangi kesan saya akan keindahan Gua Batu Cermin.
(Ch. Enung Martina, Labuan bajo, 28 Mei 2017)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar