(sumber gambar http://wisatakomodotours.com)
Labuan Bajo terkenal dengan banyaknya pulau-pulau kecil yang begitu indah untuk dikunjungi, salah satunya adalah Pulau Kelor Flores. Pulau ini sangatlah memukau. Sebuah pulau sepi yang memiliki pasir sangat lembut dengan airnya yang jernih serta terumbu karangnya yang cantik, itulah Pulau Kelor.
Jarak pulau ini tidaklah begitu jauh dari Labuan Bajo, sekitar 1 jam perjalanan dengan menggunakan kapal biasa dan kurang lebih 30 menit dengan menggunkan speedboot.
Meskipun tidak berpenghuni, pulau ini cukup sering didatangi oleh para pengunjung sebagai tempat singgah terakhir untuk ber-snorkeling atau sekedar bermain-main di pantai sebelum kembali ke Labuan Bajo seusai menjelajahi Taman Nasional Komodo.
Sama halnya dengan kebanyakan pulau di Labuan Bajo, Pulau Kelor menyiratkan keindahan di darat dan di dalam laut. Koral yang indah berpadu dengan terumbu karang yang alami serasa begitu menggoda.
Kami mengunjungi pulau ini setelah kami berkunjung ke Pulau Rinca. Saat itu, hari sudah sore, matahari sudah mulai redup, tetapi tetap bersinar cerah. Cahayanya yang keemasan memantul di birunya lautan. Kita akan terpana dengan kejernihan air lautnya hingga kita dapat menikmati pemandangan dasar laut dari atas kapal.
Pulau Kelor di Flores ini memiliki bibir pantai yang cukup landai dengan pasir putih dan bukit menjulang di tengah pulau yang menggoda untuk didaki. Namun, kami tidak menaikinya karena kaki kami pegal setelah pecicilan mendaki Pulau Padar tadi pagi. Bukit di Pulau Kelor bisa kita daki. Bukit ini memiliki kemiringan lebih dari 45 derajat. Ketika saya perhatikan dari bawah ada jalan setapak yang bisa kita ikuti hingga puncak bukit. Pastinya akan membutuhkan usaha lebih dan nafas panjang saat jalan mulai miring. Namun, jangan kuatir trekknya tidak seberat di Bukit Padar. Bukitnya juga lebih pendek dan tidak seterjal Bukit Padar. Kurang lebih 20 menit dibutuhkan trekking menaiki Bukit Pulau Kelor. Begitu kata Leo, guide kami.
Keindahan pantai di Pulau Kelor nampak dari pasir putih berpadu dengan air biru jernih yang dibatasi dengan gugusan pulau di seberangnya, dan dilatari dengan langit biru kekuningan cerah.
Ketika tiba di pantai kami berenang dan snorkling untuk menikmati keindahan karang di dasar laut dan banyak ikan kecil lucu yang akan menyapa kita di bawah laut. Saya tidak pandai berenang, tetapi saya tetap menceburkan diri di laut. Airnya yang biru jernih menggoda saya untuk menikmatinya dan merasakan kesegarannya di tubuh saya. Saya tidak takut karena saya memakai life jacket. Jadi amanlah, pasti. Selain itu para Bajo yang gagah ada di sekitar kami siap untuk menyelamatkan. Jadi, so... kurang apa lagi?
Begitu kita turun ke laut, kita disambut dengan kehadiran ikan kakak tua yang cukup usil ‘menyapa’ kami dengan cara menggigit kaki. Memang tidak sampai menyebabkan luka, tapi cukup membuat kami kaget dan geli setiap kali ada cubitan kecil di betis atau di telapak kaki. Di sini juga kami sempat bercengkarama dengan ikan-ikan badut atau yang lebih terkenal dengan nama nemo. Jadi ingat Pak Ahok dengan filosofi nemonya. Ah, Pak Ahok, di Labuan Bajo pun kamu hadir di ingatanku.
Selain snorkeling pengunjung juga dapat dengan leluasa melakukan free dive karena ombak di pantai ini cukup tenang sehinga tidak terlalu bahaya untuk para free diver. Namun, jelas kami tidak melakukan kegiatan yang satu ini. Di antara peserta sepertinya saya belum mendengar ada yang diver. Dasar yang cukup dalam dengan terumbu karang yang cantik bisa ditemui di area yang tidak terlalu jauh dari tepi pantai.
O, ya berhati-hati saat berenang karena karangnya agak tajam. Hindari juga bulu babi yang kadang tiba-tiba muncul. Pengalaman teman saya Ibu Margareth ( teman yang bersama saya naik ke Bukit Padar) terkena bulu babi. Dia sudah panik. Untung ada Ibu Yuni, guru biologi. Ia tahu jurus jitu menetralkan bisa bulu babi yaitu dengan air kencing. Nah, jadilah adiknya Ibu Margareth, bernama Ibu Vita, mengencingi kakaknya.
(doc.pribadi)
Hari sudah beranjak senja. Matahari mulai terbenam di sebelah barat. Kuning kemerahan. Seperti jeruk sankist yang bulat dan besar. Panorama bertambah sempurna dipadu dengan langit biru yang semburat jingga dan kuning. Sesekali camar melayang, menukik sebentar ke permukaan air laut, lalu terbang menghilang di balik perbukitan Pulau Kelor. Barang kali ia akan pulang ke sarang di balik karang yang berdiri kokoh di sepanjang perbukitan Kelor.
Kami rombongan diminta untuk kembali menaiki kapal kami. Kajoma Eco dan awaknya sudah siap melayani kami. Bayu, lelaki Bajo, si pengendara kapal motor kecil, mulai mengangkut kami. Badannya yang gagah dengan otot-otot lengannya yang kekar menonjol dari balik kaus putih yang dikenakannya. Kontras dengan kulitnya yang gelap kecoklatan. Sungguh pemandangan yang sangat maskulin.
Kami tiba di kapal, hari mulai meremang. Pak Solohin, Sang Kapten, mulai menyalakan mesin kapal. Kapal Kajoma Eco pun mulai berlayar menembus lautan biru yang diselimuti cahaya mentari senja nan jingga.
Dalam pejalanan kami habiskan untuk bernyanyi lagu apa saja. Pak Moko dan Andre, chef kapal, bergantian mengiringi kegilaan kami dengan genjrengan gitarnya. Semenatra Dwiyanto dan Leo, sang guide, menyemarakkannya dengan tabuhan kendang dari barang dapur yang ada di sekitar situ. Begitu semaraknya senja di Laut Flores.
(doc.pribadi)
Tiba-tiba gerimis turun menyelimuti senja itu. Nampak matahari masih bersinar. Titik-titik air hujan turun dengan lembutnya. Tal ayal lagi, fenomena alam ini pasti akan memunculkan satu kejadian alam yaitu pelangi. Dan.... tralala......pelangi tersaji di hadapan kami. Melengkung sempurna.
(doc.pribadi)
Saya adalah orang yang sangat peka dengan pelangi. Saya kalau melihat pelangi girangnya tak ketulungan. Sejak kecil saya suka pelangi. Pelangi itu membawa banyak kenangan manis dalam hidup saya. Saat saya bersama almarhum ayah saya ke sawah dan melihat pelangi di hadapan kami. Lalu malamnya ayah saya bercerita tentang seorang putri yang turun dari kayangan untuk mandi di bumi dengan meniti pelangi. Dongeng itu sangat berkesan bagi saya. Tambah lagi ketika saya mulai belajar Al Kitab, dalam Perjanjian Lama ada kisah tentang Nabi Nuh. Dalam kisah itu Tuhan menyatakan janji-Nya bahwa tak akan lagi membuat bencana bah seperti itu. Lalu muncul pelangi untuk menyatakan janji Tuhan pada Nuh.
(doc.pribadi)
Sungguh saat itu saya sangat terharu. Seharian saya melihat keindahan alam yang fantastic, sekarang pelangi hadir di depan saya. Saya beranjak dari kegembiraan rombongan, sedikit menepi untuk memperhatikan pelangi untuk diri sendiri. Saya berdoa untuk semua keindahan yang diberikan-Nya pada hari ini untuk saya. Saya bersyukur untuk segala sesuatu yang Tuhan beri dalam hidup saya. Saya tahu Dia berbicara lewat semuanya, khususnya pelangi yang tersaji saat ini di hadapan saya. Bahwa janji-Nya untukku itu pasti, untuk keluargaku, untuk negriku, untuk bangsaku: Dia akan selalu memberkati dan mengasihi saya, Anda, kita semua. Bersama gerimis turun, setetes air mata syukur pun menetes dari pelupuk mata saya.
(Christina Enung Martina, Kala Senja di Laut Flores, 26 Mei 2017)
Hi. Can I ask kamu apakah tour agency yang kamu guna untuk trip Komodo kamu? Saya dari Malaysia dan juga mahu experience 3 hari tinggal di kapal
BalasHapushai, Gavin. You can find tour agent on this link
BalasHapushttps://labuanbajotour.com/