Minggu, 01 Juli 2018

AMBON MANISE 12


AMBON NAN DAMAI

(Pic. bbcindonesia)

Cerita dua pemuda Ambon yang dulu bermusuhan saat terseret pusaran konflik atas nama agama pada tahun 1999, tetapi sekarang mereka  bersahabat disebut para pembaca BBC sebagai inspirasi perdamaian.

Salah satu pemuda tersebut menjadi tour guide di bis 1. Pemuda tersebut bernama Ronald Reagen. Barangkali orang tuanya terinsiparasi oleh nama salah satu presiden Amerika Serikat. Weh, ternyata pemandu saya ini begitu saya cari di internet gambarnya bertebaran. Orang terkenal juga ini bocah! Sedangkan yang satu lagi bernama Iskandar. Keduanya menjadi icon perdamaian di Kota Ambon. Saya tidak kenal Iskandar. Namun, Tuhan mempertemukan saya dengan Ronald.

(Ronald)

Poster Iskandar dan Ronald pernah dipasang di salah satu sudut kota di Ambon sebagai "contoh persaudaraan" Muslim dan Kriten dan sebagai bagian dari acara anak-anak muda Seni untuk Damai untuk semakin mempererat pertemanan dan persaudaraan.
"Kami mengajak generasi muda berkeliling dan menikmati karya visual, instalasi dan musik di lima titik di kota Ambon. Namun beberapa orang selama ini masih takut atau enggan untuk mengunjungi...dan kami mau mengajak orang-orang untuk melintasi batas-batas perasaan takut, curiga yang masih ada," cerita Ronald.

Ini kutipan dari bbcindonesia :

bbcindonesia 24 APRIL Kisah mantan tentara anak Ambon: Saling serang, saling bunuh...sampai 'sayang kamu semua' . . Mereka dulu bermusuhan, saat Ambon terlibat dalam pusaran konflik atas nama agama, Muslim dan Kristen. Mereka termasuk dari ratusan anak yang berada di garis depan dalam konflik paling berdarah di Indonesia yang pecah hampir 20 tahun lalu itu. Saling serang, saling bunuh, saling bakar. Mereka terkungkung dalam komunitas yang terpecah, sampai kemudian mereka bertemu, menumpahkan pengalaman dan perasaan. Pertemuan yang membuka mata mereka bahwa mereka adalah imbas dari konflik "entah siapa yang punya perbuatan". Dua pemuda Maluku ini, Ronald Regang dan Iskandar Slameth, kini giat menjadi duta perdamaian dan ingin agar "orang di luar sana mengambil hikmah atas apa yang kami rasakan." #CrossingDivides #MelintasiPerbedaan #peace #perdamaian #hope #harapan #BBCIndonesia @ronal_regan @alendarkhairullaah 

Saat saya mendengar cerita Reagen, saya mendengarnya seolah dia mendongeng dari sebuah negri antah berantah. Namun, itu ternyata nyata dialmai pemuda yang bercerita di hadapan saya dengan matanya yang nanar menerawang mengingat kejadian pilu di masa lalunya.
Bila dia tidak menceritakannya, saya tak akan menyangka bahwa pemuda ini mengalami trauma yang begitu mengerikan dalam hidupnya. Penampilannya sangat ceria dan banyak tertawa serta bercanda. Namun, ketika saya berhadapan muka dan memandang matanya yang tajam mengarah ke beringas, baru saya tahu bahwa mata itu berbicara banyak.  
Hal ini terbukti kala dia emosional karena kejengkelan dan kemarahan. Saya melihatnya saat hari terakhir ketika kami akan makan siang menuju ke satu tempat yang menurut kami sangat tak jelas. Ini bukan salah Ronald dkk. Ini semata kesalahan dari pihak pengelola tour (yang dibayar St. Ursula BSD) yang membawa kami dari Jakarta, yang selama kami di Ambon, pelayanan pengelola tour ini jauh dari memuaskan.  Saat itu Ronald sangat emosional. Dia marah dan jengkel karena komunikasi sangat buruk. Saya sebagai ketua bis 1 menyaksikan dia sangat marah dan kecewa. Saya melihat matanya beringas dan nafasnya memburu serta tak berkata-kata. Namun, saya tahu dia sangat emosional. Saya hanya mendekati dia dan menepuk punggungnya pelan, “Ini bukan salahmu! Kami tahu itu!” Dia berekasi dan menatap saya seperti seorang anak yang diberi dukungan.  
Ketika saya melihat videonya tentang kisah perjalanan perjuangan perdamaian di Ambon menunjukkan bahwa masyarakat Ambon merupakan masyarakat yang cinta damai. Karena itu, ketika ada kerusuhan Ambon tahun 1999 silam menyisakan tanya mengapa itu bisa terjadi pada masyarakat yang menjaga persaudaan sejak ratusan tahun silam. Gaung perdamaian terus dihembuskan di kota ini. Karena itu  pada tanggal 25 November tahun 2009 Kota Ambon dipilih sebagai tempat peringatan Hari Perdamaian Dunia dengan ditandai diresmikannya Gong Perdamaian di Lapangan Pelita.  Srlain itu, Kota Ambon tercatat pada  Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai kota ke-34 situs dengan perdamaian dunia. 

Kehadiran gong perdamaian dunia di Kota Ambon yang pernah dilanda konflik sosial pada 1999-2004 diharapkan dapat menggugah masyarakat Maluku untuk hidup berdampingan sebagai satu keluarga besar sebagai cerminan budaya “pela dan gandong (relasi persaudaraan antara satu negeri dengan negeri lain baik yang sedaratan atau berlainan pulau. Hal ini berlaku  juga antara etnis dan agama yang berbeda.  Pela sendiri berarti perjanjian sedangkan  gandong  sendiri berarti adik)  sebagai warisan leluhur. Gong perdamaian dunia ini pada  lingkaran luarnya bergambar bendera seluruh negara di dunia dan simbol-simbol agama di dunia  pada lingkaran dalamnya. Gong perdamaian  telah “disemayamkan” di 34 kota di dunia. Diharapkan gong yang berasal dari Desa Plajanmlonggo, Jepara, Jawa Tengah, itu mampu menggemakan pesan perdamaian bagi umat manusia di seluruh muka bumi pada umumnya, dan di Kota Ambon pada khususnya.
Meskipun banyak ketidakpuasan yang kami alami dari pelayanan tour yang dipercaya Yayasan kami, tetapi kami mempunyai kenangan indah di Ambon sesuai dengan icon Ambon Manise!
Akhirnya kami tiba untuk meninggalkan Ambon. Setelah berterima kasih pada crew bis 1, kami pun turun menuju ke pintu boarding pass kami. Secara khusus saya menyalami Jack (driver), Andre/Bongkar, serta tak lupa Ronald. Ronald memeluk saya dan mengucapkan : “ Terima kasih, Mama” dengan pandangan tulus bekaca-kaca dari seorang anak. Saya sungguh terharu.
Berakhirlah perjalanan kami di Ambon. Kedaiaman Ambon mengantarkan kami untuk kembali ke rumah kami di Tangerang Selatan.  (Ch. Enung Martina)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar