Rabu, 04 Juli 2018

Antara Stress dan Tukak Lambung


Terkena Penyakit Maag
Saya mengetahui bahwa maag  adalah gejala penyakit yang terjadi  pada lambung, dikarenakan terjadinya peradangan atau iritasi dengan ciri-ciri seperti sakit di lambung, mulas, perih dan mual, dan jika dibiarkan akan mengakibatkan terjadinya luka atau lubang yang parah di dinding lambung atau biasa disebut juga dengan tukak lambung. Itu yang saya ketahui dari definisi kesehatan.

Pada hari terakhir sebelum liburan akhir tahun pelajaran 2017-2018 saya mengalami gejala pada tubuh saya seperti perut kembung, nyeri dan perih di sekitar perut dan dada, sering bersendawa, merasa mual dan ingin muntah, kondisi tubuh melemah.

Awalnya saya menyangka itu mungkin masuk angin seperti biasanya. Karena itu saya kerokan dan gosokan seluruh badan. Lalu minum teh panas manis.  Biasanya kalau sudah itu tinggal menunggu kentut, sendawa, dan keringat keluar tubuh. Kalau sudah begitu, pasti sembuh. Namun, ini kok berbeda ya. Tidak sembuh dan sakitnya dekat ulu hati. Biasanya sekitar perut. Wah, ini tidak beres. Lantas saya tahu ini gejala maag. Terus terang saya baru mengalami sakit perut yang seperti ini.

Yang saya lakukan pertama adalah merefleksikan diri saya apa yang tak beres dengan diri saya. Saya  makan dengan waktu yang teratur. Saya tak pernah telat makan, bahkan sangat dini saya makan. Makan dengan porsi yang wajar. Saya juga mengunyah makanan dengan baik. Pola tidur  saya juga sangat  teratur, kecuali sesekali tidur malam kalau ada kegiatan sampai malam. Minum minuman yang beralkohol juga tidak. Saya juga tidak mengonsumsi obat-obatan tertentu, Makan makanan pedas saya lakukan, tapi tidak sampai berlebihan.

Apakah saya stress? What… the….

Saya menyangkal bahwa saya stress. Saya ini orangnya tahan banting. Kuat mental. Hal-hal remeh temeh tak bikin saya stess. Sombong, Bray! Memang betul. Puji Tuhan, saya termasuk yang kuat.

Meskipun diri saya menyangkal, tetapi saya penasaran sendiri dengan keadaan saya. Lantas saya mulai mengkaji lebih dalam kemungkinan saya stess. Akhirnya saya sangat tahu bahwa diri saya sedang menghadapi permasalahan yang membuat diri saya merasa diinjak dan terinjak sampai ada di titik nadir saya. Kalau hanya diri saya saja itu mungkin saya bisa saya netralisir dengan diri saya sendiri. Namun, ternyata permasalahannya sampai merembet pada kawan-kawan sejawat saya, bahkan seorang anak laki-laki berusia 10 tahun.

Saya tidak bisa dan tidak akan berbagi ceritanya di media atau di mana pun karena menyangkut beberapa nama dan tentu saja nama baik sebuah lembaga. Namun, rekan-rekan sejawat saya tahu. Terutama rekan saya satu unit pasti sangat tahu cerita ini. Saya akan keep dengan rapat!

Saya hanya berbagi bahwa ternyata dampak dari perkataan seseorang itu bisa menimbulkan permasalahan yang dan luka batin sangat dalam. Luka batin inilah yang berdampak pada fisik. Salah satu dampaknya adalah penyakit maag atau tukak lambung. Lantas saya penasaran, bagaimana hubungan stress dengan lambung?

Lambung yang sehat memiliki penghalang lendir (mucous barrier) yang mencegah asam lambung di dalamnya kontak langsung dengan lapisan permukaan lambung. Ribuan sel lendir dan kelenjar di dinding lambung terus-menerus memproduksi lendir untuk melindungi lapisan dalam (permukaan) dinding lambung.

Pada prinsipnya di sana ada sistem keseimbangan, antara faktor perusak dan penyembuh. Asam lambung yang bersifat keras (perusak) tidak dapat melukai lambung akibat adanya barrier itu tadi. Dan ketika terjadi kerusakan sel-sel dinding lambung, akan dengan cepat memperbaharui diri. Pada gastritis atau sakit maag dan masalah yang terkait dengannya, keseimbangan ini tidak berjalan dengan baik. Sebagai hasil akhirnya lapisan lambung termakan oleh asam lambung dan menjadi rusak bahkan sampai menyembabkan adanya tukak pada lambung.Terkadang sistem barier lendir dalam kondisi yang normal-normal saja, akan tetapi ketika asam lambung diproduksi secara berlebihan atau sangat asam, sampai pada suatu titik di mana barrier tidak danggup untuk menahannya.

Stress sangat berpengaruh terhadap kesehatan tubuh secara keseluruhan, termasuk ia dapat mempengaruhi asam lambung. Jadi stress menjadi penyebab sakit maag atau kekambuhan karena stress dapat meningkatkan produksi asam lambung. Di samping itu, para ahli menemukan bahwa stress dapat merangsang area tertentu pada otak yang meningkatkan sensitifitas terhadap nyeri, termasuk nyeri uluhati. Jadi meskipun asam lambung tidak begitu meingkat, namun bagi orang yang lagi stress itu akan lebih terasa sakit. Alasan lainnya kenapa stress menyebabkan sakit maag, karena stress dapat menurunkan kadar hormon prostaglandin yang memiliki fungsi membantu memperkuat barrier yang melindungi lapisan lambung dari Asam lambung. (Sumber: Stress, Penyebab Sakit Maag yang Tak Disadari – Mediskus)

Begitu saya tahu bahwa saya terkena maag, dengan segera saya pergi ke klinik tempat faskes saya berada : Klinik Selaras BSD. O, Klinik Selaras BSD pelayanannya sekarang bagus lho! Saya puas dengan pelayanan paramedic dan karyawan di Klinik Selaras BSD. Mana bersih dan nyaman lagi. Love Klinik Selaras BSD!!!

Saudari-saudara, ternyata kita ini juga rentan stress. Satu permasalahan bagi orang tertentu mungkin biasa saja. Namun, bagi orang lain bisa melukai. Namun, yang saya dapatkan kali ini memang luar biasahhhh! Puji Tuhan, saya dipercaya untuk mendapatkan ini. Ya, kata orang tua, hitung-hitung memperinagn dosa kita dalam perhitungan di alam bazrah nanti. Lha, kok malah bawa-bawa alam lain.

Namun, sekarang lambung saya sudah sembuh. Begitu juga hati saya yang kemarim biru lebam, sekarang berangsur memerah lagi. Apa rahasianya? Pengampunan, Bray! Doa adalah alatnya.  

Anda tahu yang saya lakukan? Begitu hari pertama libur terjadi, Senin 11 Juni 2018, saya langsung ngacir pergi berziarah ke Gua Maria Kanada (Kampung Narimbang Dalam), Rangkas Bitung. Saya pergi di atas pukul 12.00 dengan naik kereta api. Wah, pilihan transportasi yang tidak tepat untuk hari itu karena itu hari mudik orang-orang Rangkas dan sekitarnya yang bekerja di luar daerah, terutama Jakarta, Bintaro, BSD dll. Jadi kereta sangat penuh sesak. Demikian pula di Statsiun Akhir Rangkas. Penumpang berjejal keluar dari statsiun.

Namun, kami (saya dan Metta, anak saya yang sedang liburan) mendapat kelegaan ketika naik angkot dari statsiun ke Gua Maria. Gua Maria pun milik kami berdua awalnya. Dari perhentian pertama sampai 8 hanya kami berdua. Saaat itu waktu menunjukkan sekitar pukul 14.00. hari sedang terik. Namun, kami menjalani jalan salib kami dari satu stasi ke yang lain di antara keteduhan pepohonan rimbun. Suasana itu membantu kami berdoa dengan sangat pribadi dan khidmat.

Hal lain yang saya lakukan adalah bermeditasi sambil berdoa. Saya berada dalam SOLITUDE. Dalam meditasi itu saya menjadi rileks. Otak saya lebih memilah – memilih, memfilter, menganalisis, memberi jawaban, berpasrah, dan akhirnya saya berserah-SURENDER. Luka saya makin menyembuh. Saya tahu dia akan sembuh 100%. Perlu proses dan perlu waktu.  (Ch. Enung Martina)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar